Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Perang Sabak di Benua Biru

Pengadilan Jerman melarang Samsung menjual Galaxy Tab 10.1 di seluruh Eropa karena diduga menjiplak iPad2. Ada data yang diduga tak benar.

22 Agustus 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELAYAN sibuk menurunkan boks berisi Samsung Galaxy Tab 10.1 dari rak penjualan sebuah toko elektronik di London. Padahal mereka baru memajangnya satu pekan, setelah produk asal Korea Selatan itu dirilis di Inggris. Di pelabuhan, petugas bea-cukai melarang kontainer berisi puluhan ribu komputer tablet siap jual itu meninggalkan wilayah pabean. Penyebabnya satu: barang itu dianggap ilegal.

Pengadilan Regional Dusseldorf, Jerman, dua pekan lalu melarang penjualan sabak digital itu. Seperti dilansir Telegraph, putusan itu keluar setelah majelis hakim mengabulkan tuntutan ­Apple, raksasa komputer dari Amerika Serikat, yang menuding Samsung menjiplak produk mereka, iPad2, lewat Galaxy Tab 10.1, dan iPhone melalui Galaxy S, mulai bentuk tampilan antarmuka sampai pengemasan. ”Kami harus melindungi kekayaan intelektual dari perusahaan lain yang ingin mencuri,” kata juru bicara Apple, Martin Kuderna.

Meski putusan belum permanen, pelanggar terancam denda setara dengan Rp 3 miliar dan kurungan. Larangan ini berlaku di seluruh Eropa, kecuali Belanda, yang sistem hukumnya berbeda.

Sekilas keduanya memang mirip, berbentuk persegi panjang dengan layar plus-minus 10 inci berbingkai hitam. IPad2, yang dirilis pada Maret lalu, berukuran 24 x 18,6 sentimeter, sedangkan Galaxy Tab 24,6 x 17 sentimeter. Dengan ketebalan 10 milimeter, Galaxy Tab sekitar 2 milimeter lebih montok. Colokan charger, yang disebut slim dock, sama persis. Bedanya terletak pada tombol. iPad2 mempertahankan ciri pendahulunya dengan tombol bulat di bawah layar, sementara Samsung menempatkan tombol power dan pengatur suara di tepi badan tablet. iPad2 beroperasi dengan iOS4, sedangkan Galaxy mengandalkan Android 3.1 Honeycomb.

Melalui putusannya, Pengadilan Dusseldorf membuat Apple unggul 2-0 dalam perseteruan dengan Samsung. Pada awal bulan lalu, Apple sukses memaksa Samsung menunda peluncuran Galaxy Tab 10.1 di Australia setelah menang di pengadilan setempat. Gugatan juga berlangsung di Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan.

Perang di ranah sabak ini meregangkan hubungan dua raksasa itu. Padahal, selama ini, Apple mengandalkan komponen dari Samsung untuk produk mereka. Situs Economist menyebutkan 26 persen jeroan iPhone4, misalnya, merupakan produk Samsung, mulai flash memory sebagai wadah aplikasi dan perangkat lunak operasional, memory kerja alias DRAM, sampai prosesor aplikasi. Nilai kerja samanya, menurut Telegraph, US$ 5 miliar, sekitar Rp 43 triliun.

Berusaha optimistis, juru bicara Samsung, Rachel Jones, mengatakan ketukan palu di Jerman itu tak akan mempengaruhi putusan di pengadilan lainnya. ”Semua upaya akan kami lakukan agar produk kami tersedia di seluruh dunia,” ujarnya.

Kepala Pemasaran Mobile PT Sam­sung Electronics Indonesia Eka Anwar menolak spekulasi gugatan merembet ke Indonesia. ”Itu kasus di luar, tidak terjadi di sini,” ujarnya. Dia juga enggan menyebut total penjualan Galaxy Tab 10.1, yang baru dirilis bulan lalu.

Angka penjualan bisa jadi jawaban kasus ini, yaitu dugaan perang dagang. Euronews menyebutkan Samsung merupakan rival Apple. Tahun ini perusahaan asal California, Amerika Serikat, itu menargetkan menjual 25 juta iPad, sementara Samsung, walau terpaut jauh, berada di posisi kedua dengan target 7,5 juta unit Galaxy Tab.

Angka itu senada dengan suara di tingkat retail. Randy Kartawidjaja, 32 tahun, pemilik toko dalam jaringan KliknKlik.com, mengatakan selain iPad, Samsung paling laku. Juragan yang berlokasi di ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat, ini kesulitan memenuhi permintaan Galaxy Tab 10.1 karena minimnya pasokan, sekitar enam unit per bulan. Kalau stok lancar, dia yakin bisa melego sampai 20 unit.

Pengguna iPad1 itu mengaku terkejut mendengar kabar dari Eropa. Selama ini, dia melanjutkan, tak ada konsumen yang menganggap Galaxy Tab meniru iPad2. ”Tablet bentuknya baku,” katanya. ”Kalau ukurannya sama, ya, pasti mirip.”

Nah, perbedaan ukuran itulah yang diduga lolos dari pantauan hakim di Dusseldorf. Media Belanda, Web We­reld, menemukan bahwa dokumen yang Apple suguhkan ke pengadilan ngaco. Entah dimanipulasi atau tak sengaja. Perbandingan panjang dan lebar yang seharusnya 1,46 ditulis 1,36, sehingga mirip iPad2, yang rasionya 1,30. ”Kesalahan ini tentu mempengaruhi putus­an hakim,” ujar Florian Muller, konsultan hukum hak intelektual dari Jerman. Dia yakin hakim akan lebih berpihak kepada Samsung setelah melihat langsung dua tablet itu di pengadilan berikut, yang digelar 25 Agustus.

Setelah itu mungkin petugas toko di Eropa akan sibuk mengisi rak-rak penjualan mereka kembali. Atau malah petugas pelabuhan yang sibuk mengisi lambung kapal dengan kontainer berisi Galaxy Tab menjauh dari Benua Biru.

Reza M.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus