Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bibit siklon tropis 96S di perairan selatan Nusa Tenggara Barat yang terbentuk pada 4 April dan berubah menjadi 21S pada 5 April telah resmi ditetapkan sebagai siklon tropis kategori 3 pada 6 April 2024 oleh Pusat Peringatan Siklon Tropis (TCWC) Australia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lembaga itu memprediksi siklon atau badai tropis Olga mengalami pelemahan pada Ahad malam 7 April 2024. “Namun akan menguat kembali dengan kategori 4 dan mengalami pergerakan ke barat daya sebelah pantai barat Australia,” kata Erma Yulihastin, peneliti klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Senin 8 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Erma, pembentukan siklon tropis Olga diawali oleh pembentukan vorteks atau pusaran angin ganda yang berada di utara dan selatan ekuator, yaitu di perairan Banda-Maluku. Pemicunya aktivitas gelombang Rossby yang berinteraksi dengan osilasi Madden–Julian (MJO). “Mekanisme pembentukan siklon tropis Olga ini menyerupai dengan siklon tropis Seroja yang pernah terjadi pada 4 April 2021,” ujarnya.
Bedanya, kata Erma, pada mekanisme Olga, vorteks utara kemudian melemah dan menghilang. Sementara vorteks selatan terus tumbuh menjadi bibit siklon tropis Olga. Pada kasus badai tropis Seroja, vorteks utara bergerak ke barat laut menuju Filipina dan tumbuh menjadi siklon tropis yang menghantam Filipina.
Erma menambahkan, faktor dominan yang dapat memicu bibit siklon 96S menjadi siklon tropis Olga yaitu suhu permukaan laut yang memanas di perairan timur Indonesia. Kondisi itu mendukung suplai kelembapan dan pembentukan sistem tekanan rendah untuk pembentukan awan-awan konvektif yang intensif di tenggara Indonesia.
Interaksi antara gelombang ekuatorial Rossby dan MJO dengan titik pertemuan di wilayah tenggara Indonesia berperan menyediakan angin baratan (MJO) dan timuran (Rossby). “Sehingga kecepatan angin menguat dan stabil memberikan gaya vortisitas lokal untuk berputar,” ujarnya.
Erma menjelaskan, siklon tropis Olga memiliki karakter penjalaran yang lambat dan diprediksi mengalami pergerakan menuju ke barat daya mendekati Pantai Barat Australia. TCWC Australia telah mengumumkan bahwa siklon tropis ini tidak berdampak pada angin kencang maupun cuaca ekstrem pada wilayah pesisir dan kepulauan di Australia karena efeknya yang diperkirakan berada di laut. “Siklon Olga diprediksi akan bertahan hingga 11 April 2024,” kata dia.
Selama periode hingga 11 April itu, kata Erma, dampak ke wilayah Indonesia secara umum adalah mengaktivasi awan-awan konvektif dan kecenderungan pembentukan hujan yang terkonsentrasi di wilayah pesisir untuk Jawa hingga Nusa Tenggara, dan pembentukan squall line atau barisan sekelompok badai di Sumatra dan Kalimantan. Sementara itu, untuk wilayah Nusa Tenggara Barat dan Timur, tampak hujan sporadis hanya terlokalisasi di wilayah Sikka dan Flores tanpa disertai angin kencang.
Erma menambahkan, berdasarkan model prediksi cuaca Sadewa yang dikembangkan BRIN dan TCWC Australia, saat ini terdapat prakondisi pembentukan vorteks di perairan Arafura yang berpotensi dapat tumbuh menjadi bibit siklon 12U. Kondisi itu mengakibatkan pembentukan sistem tekanan rendah akan terkonsentrasi di timur Indonesia hingga pertengahan April.
ANWAR SISWADI