Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - World Weather Attribution atau WWA merilis laporan terbaru perihal fenomena gelombang panas atau heatwave yang melanda wilayah Eropa Selatan, Amerika Utara, dan Cina sepanjang Juli 2023. Studi dari WWA ini dilakukan oleh 7 peneliti termasuk ilmuwan dari universitas dan badan meteorologi di Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan analisis studi atribusi cepat, WWA menemukan beberapa temuan utama di antaranya mengenai potensi gelombang panas yang akan terjadi semakin sering dan ekstrem di masa depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di Amerika Utara, gelombang panas diprediksi bisa muncul sekitar 15 tahun sekali," dikutip dari laporan tersebut. Sedangkan di Eropa Selatan sekitar 10 tahun sekali dan di Cina sekitar 5 tahun sekali.
Studi tersebut juga menemukan bahwa perubahan iklim membuat gelombang panas setidaknya 50 kali lebih mungkin terjadi di Cina.
Dari sisi temperatur, fenomena gelombang panas bisa membuat suhu di Eropa selatan jadi 2,5 derajat Celcius lebih panas, di Amerika Utara jadi 2 derajat Celcius lebih panas, dan di Cina jadi 1 derajat Celcius lebih panas.
Tak hanya itu, gelombang panas seperti saat ini juga diprediksi akan terjadi setiap 2-5 tahun jika suhu rata-rata global dunia lebih hangat 2 derajat Celcius.
Pada Juli tahun 2023, wilayah Eropa selatan, sebagian dari Amerika Serikat, Meksiko, dan Cina sudah merasakan gelombang panas yang parah dengan suhu mencapai di atas 45 derajat Celcius. Fenomena ini menimbulkan terjadinya peringatan panas, kebakaran hutan, perawatan di rumah sakit yang berkaitan dengan gelombang panas, hingga kematian.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.