Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=arial size=1 color=brown><B>Grup Bakrie</B></font><BR />Jalan Berliku Menjual Bumi

Bakrie melepas Bumi ke Northstar Pacific. Kesepakatan dituntaskan karena Menteri Keuangan meminta perdagangan sahamnya dibuka Senin pekan ini.

3 November 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERMAIN teka-teki tampaknya sudah menjadi kebiasaan Grup Bakrie, baik untuk urusan caplok-mencaplok maupun saat melego aset. Dua tahun lalu, kelompok usaha ini bikin geger setelah aksi PT Bumi Resources menjual saham dua anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia, senilai US$ 3,25 miliar putus di tengah jalan.

Kali ini pelaku pasar modal dibikin penasaran kepada siapa PT Bakrie & Brothers akan melepas 35 persen saham Bumi Resources. Dan misteri itu terpecahkan. Jumat malam pekan lalu, keluarga Bakrie akhirnya bersedia menjual saham Bumi kepada Northstar Pacific, perusahaan investasi yang dimotori Patrick Walujo.

Keputusan ini diambil setelah Bakrie, dipimpin langsung oleh Nirwan Dermawan Bakrie, bernegosiasi alot dengan Northstar Pacific dan San Miguel Corporation. Pertemuan sejak siang hingga matahari terbenam itu berlangsung di Wisma Bakrie 2, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. ”Mereka maju sendiri-sendiri, tidak pakai konsorsium,” kata sumber Tempo.

Persaingan keduanya sekaligus menyisihkan Grup Tata, perusahaan asal India, yang sebelumnya ikut mengincar Bumi. Sumber itu mengatakan Tata meninggalkan gelanggang pada detik-detik akhir.

Padahal, satu hari sebelumnya, Tata masih bernegosiasi dengan Bakrie. Perusahaan yang sudah memiliki 30 persen saham Kaltim Prima ini bahkan pada Jumat siang masih nongol di Wisma Bakrie.

Tata telah menarik diri, di dalam gelanggang tinggal Northstar dan San Miguel. Sumber lain mengungkapkan, Northstar, yang hari itu diwakili Glen Sugita—Patrick berhalangan karena sedang di Amerika Serikat—menawarkan harga yang lebih tinggi daripada San Miguel. Menurut Presiden Direktur Bumi Resources Ari S. Hudaya, nilai transaksi yang disepakati US$ 1,3 miliar (Rp 14,04 triliun dengan kurs Rp 10.800).

Sumber tadi mengatakan Northstar semula mengajukan harga Rp 1.800 per lembar (total Rp 12,2 triliun untuk 35 persen atau 6,79 miliar lembar saham Bumi). Kalaupun dikerek, Texas Pacific Group—perusahaan investasi asal Amerika Serikat yang selama ini menyediakan dana buat Northstar—mematok harga Bumi maksimal Rp 2.000 per lembar.

Masalahnya, kelompok usaha yang dirintis Haji Achmad Bakrie sejak 1942 itu ngotot diberi kesempatan membeli kembali (buyback) 20 persen saham Bumi dalam waktu dua tahun. Opsi itu ditolak Northstar. ”Kalaupun ada opsi buyback, maksimal hanya sepuluh persen,” kata sumber Tempo yang dekat dengan Northstar. Hingga akhir, Northstar emoh klausul buyback dimasukkan dalam perjanjian.

Adapun San Miguel, perusahaan makanan dan minuman terbesar asal Filipina, tidak berkeberatan bila Bakrie bisa membeli kembali saham Bumi. Cuma, ya itu tadi, harga yang disodorkan kelewat murah. Berapa kisarannya? Semua yang terlibat negosiasi tutup mulut.

Yang jelas, keluarga Bakrie terjepit. Imperium ini butuh duit tunai lebih besar buat membayar utang. Mereka malam itu langsung menggelar rapat setelah dua calon pembeli pulang. Hasilnya, Northstar diputuskan sebagai pemenang. Alasannya: harga yang ditawarkan lebih tinggi.

Malam itu juga, Northstar kembali bertemu dengan Bakrie hingga Sabtu dini hari. ”Transaksinya langsung ditandatangani,” kata Ari. Saat ditanya apakah keluarga Bakrie ikhlas kehilangan Bumi, ia memastikan tidak ada klausul buyback dalam kesepakatan jual-beli.

l l l

KELUARGA Bakrie terpaksa melepas Bumi setelah terbelit utang. Gara-gara mencari uang dengan menggadaikan saham anak perusahaan, total pinjamannya US$ 1,386 miliar dan Rp 560,81 miliar, dengan tingkat suku bunga 8,5 persen hingga 20,75 persen. Seluruhnya didapat lewat serangkaian aksi gadai saham dari April hingga September. Jumlah utang yang belum dilunasi US$ 1,192 miliar dan Rp 510,81 miliar. Tenggat jatuh temponya bervariasi. Ada yang mulai Oktober lalu hingga April 2010.

Masalahnya, mengacu pada kapitalisasi pasar saat masing-masing perjanjian diteken, total kolateral saham yang dijaminkan menembus US$ 6,3 miliar. Tapi kini susut tinggal US$ 1,35 miliar.

Itu terjadi karena kapitalisasi pasar saham Bakrie menyusut 75 persen, dari Rp 283,83 triliun, per 6 Oktober tinggal Rp 70,83 triliun. Saham Bumi mencatat penurunan terendah, dari Rp 165,9 triliun tinggal Rp 42,2 triliun.

Nilai kolateral saham yang merosot hingga di bawah perjanjian gadai membuat Bakrie harus menyetor kekurangannya. Minimal membayar uang muka buat menutup selisih harga saham yang anjlok dari batas minimum seperti disyaratkan dalam perjanjian gadai saham.

Di tengah situasi itu, penjualan portofolio perusahaan tidak terelakkan. Nah, sejak itulah investor asing dan lokal memburu saham Bumi. Maklum, perusahaan ini sedang berkibar karena harga batu bara naik tinggi. Tahun ini, produksinya sekitar 62 juta ton, dan tahun depan bakal digenjot hingga di atas 100 juta ton.

Investor asing yang memburu Bumi antara lain Avenue Capital Group, Noonday Asset Management-Farallon Capital, hingga Carlyle Group—perusahaan asal Washington, DC, yang sudah melakukan investasi US$ 49,4 miliar.

Avenue bahkan sepakat membeli saham Bumi beberapa hari setelah emiten itu—bersama lima emiten Bakrie lainnya—distop perdagangannya di lantai bursa 7 Oktober lalu. Harga yang disepakati Rp 2.500 per lembar saham. Harga Bumi saat disuspensi Rp 2.175 per lembar.

Kesepakatan buyar karena perusahaan asal New York itu menolak opsi buyback. Perusahaan yang dimotori Marc Lasry ini juga tidak sreg dengan klausul agar posisi Ari S. Hudaya sebagai direktur utama dan Nalinkant A. Rathod sebagai komisaris Bumi tidak digeser.

Hingga muncullah Northstar Pacific. Perusahaan yang didirikan Patrick ini disebut-sebut bakal berkongsi dengan sejumlah perusahaan tambang pelat merah, di antaranya PT Tambang Bukit Asam, PT Aneka Tambang, dan PT Timah. Rencananya, Northstar melibatkan Texas Pacific Group Capital. Tapi ini bukan jaminan perusahaan itu pasti menang.

l l l

NAMA Patrick Walujo sendiri hingga Rabu pekan lalu kurang diperhitungkan. Banyak kalangan menilai kans menantu Theodore P. Rahmat, bekas CEO Astra International, itu untuk mendapatkan Bumi kecil. ”Meski Northstar bisa menghimpun duit banyak, Nirwan belum sreg,” kata sumber Tempo.

Apalagi belakangan San Miguel ikut meramaikan persaingan. Perusahaan itu mendapat restu dari pemegang sahamnya untuk menjajaki pembelian Bumi. ”Persetujuan itu sejalan dengan rencana kami untuk masuk ke dalam industri-industri yang memiliki pertumbuhan tinggi,” kata Chief Finance Officer San Miguel Fernando Constantino.

Uang tunai yang dimiliki San Miguel berlimpah, sekitar 105 miliar peso atau US$ 2,153 miliar. Sejak terjun ke sektor energi, pertambangan, dan properti, aset San Miguel melonjak US$ 4 miliar. Itu sebabnya, Nirwan tertarik. Sumber Tempo di kalangan keluarga mengatakan, Ahad dua pekan lalu, Nirwan—di depan Aburizal, Anindya Bakrie (putra Aburizal), dan Ari S. Hudaya—meminta salah satu kolega keluarga itu pergi ke Manila.

Kolega itu menemui perwakilan San Miguel keesokan harinya. San Miguel, kata sumber tadi, semula berani menawar lebih tinggi US$ 200 juta daripada harga yang selama ini beredar. Perusahaan itu berjanji mengirim perwakilannya ke Jakarta dua hari kemudian.

Rabu malamnya, sang kolega, bersama Nirwan Bakrie, menemui Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Erry Firmansyah. Mereka memberikan kabar tentang rencana pertemuan antara Bakrie dan San Miguel.

Bakrie meminta suspensi saham bersandi BUMI itu kembali diperpanjang hingga satu bulan. Bakrie & Brothers berencana menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa pada 2 Desember mendatang, terkait dengan rencana rasionalisasi perseroan.

Namun permintaan itu ditolak. Kata sumber Tempo, Erry berencana membuka perdagangan saham Bumi pada Senin pekan ini. Desakan itu datang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. ”Ada atau tidak ada deal, suspensi harus dibuka,” kata sumber itu. Inilah yang membuat Bakrie tak punya pilihan selain menuntaskan kesepakatan. Erry membantah pertemuan itu. Ia menolak menjelaskan kapan suspensi Bumi dicabut.

Bakrie sendiri sudah menjatuhkan pilihan. Namun niat Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sofyan Djalil agar Bumi dibeli perusahaan pelat merah belum tentu kesampaian. Soalnya, Northstar memutuskan tidak akan menggandeng perusahaan BUMN. Tapi Direktur Utama Bukit Asam Sukrisno yakin pembentukan konsorsium bakal terwujud. Hal itu, kata dia, akan dimatangkan setelah Northstar selesai bernegosiasi dengan Bakrie. ”Yang pasti, kami mau masuk meski hanya minoritas,” katanya.

Mengacu pada jual-beli sebelumnya, seorang analis mewanti-wanti agar mencermati betul langkah Bakrie. Soalnya, bukan tidak mungkin kesepakatan bubar di tengah jalan. Apalagi ini baru conditional sale and purchase agreement. Kedua pihak masih harus merampungkan transaksi selama 21-28 hari.

Dan bisa jadi nilai transaksi US$ 1,3 miliar itu belum tentu setara dengan 35 persen saham yang hendak dilepas Bakrie. ”Hanya disebutkan up to 35 persen,” katanya. Semuanya masih bergantung pada perundingan hingga satu bulan ke depan. Di sinilah, kata dia, kesungguhan Grup Bakrie menjual Bumi diuji. Namun Ari memastikan perjanjian tidak bisa dibatalkan.

Yandhrie Arvian, R.R. Arriyani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus