Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font face=verdana size=1><b>Kirill Babaev, Vice President Altimo:</b></font><br /> Kami Tahu Cara Mendongkrak Perusahaan

10 September 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEDATANGAN Presiden Rusia Vladimir Putin ke Jakarta menghangatkan kembali rumor lama. Perusahaan Rusia, Altimo, pernah disebut-sebut bakal membeli saham ope rator seluler PT Indosat Tbk. Kabar itu kian merebak karena sejumlah pe tinggi Altimo turut serta dalam delegasi bisnis Presiden Putin. Namun rumor itu dibantah oleh Vice President Altimo, Kirill Babaev.

Di sebuah kafe di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Babaev meluangkan waktu untuk menemui wartawan Tempo Heri Susanto dan Arti Ekawati pada Kamis pekan lalu. Ditemani kacang goreng dan teh dingin, pria jebolan Moscow International Relations University itu memaparkan rencananya di Indonesia.

Mengapa Altimo tertarik berinvestasi di Indonesia?

Tahun lalu kami membuat proyek ilmiah ”Altimo Index” bersama Cambrid ge University dan London Business School. Tujuannya untuk meng analisis pasar di seluruh dunia tentang negara paling menarik untuk investasi di bisnis seluler. Dari 70 ne gara yang dinilai, Indonesia di urutan keempat dan satu pasar yang paling menarik. Populasinya besar, penetrasi ponsel rendah, dan ekonominya tumbuh cepat. Kami sudah membuka kantor di Jakarta pada Desember lalu. Sekarang kami pelajari secara hati-hati semua peluang pasar. Kami perlu 1-2 tahun sebelum membuat keputusan.

Bagaimana potensi pasar Indonesia dibandingkan Vietnam, Malaysia, atau Filipina?

Vietnam juga mena rik. Kami punya kantor di Hanoi, Vietnam. Tapi jumlah penduduk Indonesia tiga kali lipat lebih besar dan peluang bisnis sangat menjanjikan. Filipina dan Malaysia kurang bagus karena pene trasi ponsel tinggi, 60 persen.

Indonesia akan jadi batu loncatan pengembangan bisnis di Asia Tenggara?

Itu mungkin saja. Kami dapat mempertimbangkannya setelah kami berhasil mengakuisisi proyek di sini. Itu akan menjadi landasan solid untuk mengembangkan pasar di Asia Tenggara.

Setelah delapan bulan membuka kantor di sini, apa hasilnya?

Kami sedang pada tahap meneliti proyek. Kami sudah bertemu dengan semua kelompok yang tertarik untuk membahas peluang yang ada. Sebagai contoh di Turki, kami perlu waktu dua tahun untuk meneliti pasar sebelum memutuskan investasi di Turkcell. Kami belum membuat keputusan konkret. Kami masih mempertimbangkan sejumlah opsi, apakah membeli saham di salah satu operator besar atau membentuk perusahaan baru.

Tidak khawatir telat?

Ingat pepatah karena terburu-buru berakhir sia-sia. Kami yakin masih pu nya peluang karena penetrasi masih rendah. Masih ada waktu.

Sudah bertemu dengan politisi atau sejumlah operator, misalnya?

Sayangnya, kami tak bisa menyebutkan siapa yang sudah kami ajak negosiasi. Namun saya lebih banyak bertemu pengusaha yang mengetahui pemain dan aturan lokal. Tahun lalu kami bertemu operator ponsel besar di ”Indonesia Investment Conference” di Bali. Saya terlibat diskusi panel dengan wakil Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo.

Apakah Anda tertarik membeli saham mayoritas mereka?

Strategi kami menjadi pemilik minoritas yang kuat di semua aset. Tujuan kami bukan mengontrol operasional. Kami tidak mengintervensi manajemen. Kami hanya tahu soal cara mendongkrak nilai perusahaan. Di beberapa ope rator, kami hanya memiliki 15 persen, tetapi di perusahaan lainnya seperti Vimpelcom kami punya 44 persen. Enam tahun lalu, ketika kami masuk, kapitalisasi pa sar Vimpelcom hanya US$ 1 miliar, tapi sekarang sudah US$ 20 miliar.

Bagaimana soal rumor tentang rencana Altimo membeli saham Temasek di Indosat?

Tidak bijak mengomentari rumor. Yang pasti, itu cuma spekulasi. Sejauh ini, kami tahu Temasek tak berminat menjual sahamnya. Namun, jika mereka akan menawarkan kepada kami, tentu akan kami pertimbangkan.

Seberapa serius Anda akan berinvestasi di Indonesia?

Kami ingin investasi jangka panjang di Indonesia dengan alokasi dana sekitar US$ 2 miliar. Kami melihat penetrasi pasar ponsel di Indonesia masih rendah, 30 persen. Karena itu, kami optimistis pasar Indonesia terus tumbuh.

Apa problem investasi di Indonesia?

Iklim investasinya positif. Pemerintah memperlakukan semua investor asing sama. Kami juga puas atas kestabilan politik dan ekonominya.

Soal birokrasi?

Saya pikir birokrasi Rusia mungkin lebih besar dibanding Indonesia. Kami berpengalaman dan tahu cara bekerja dengan birokrasi seperti ini. Saya kira Rusia dan Indonesia punya banyak kesamaan, sehingga kami lebih mudah bekerja di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus