Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

<font size=2 color=#CC0000>Otomotif</font><br />Berebut Gula si Multifungsi

Honda Freed dan Proton Exora meramaikan penjualan MPV. Pasar otomotif belum benar-benar pulih.

13 Juli 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Krisis tak membuat produsen mobil berhenti meluncurkan produk baru. Honda pada akhir Juni lalu mulai menjual Freed, mobil multiguna. Kini Freed sudah bisa dilihat di banyak pusat belanja di Jakarta dan sekitarnya. Salah satunya di Senayan City, Jakarta. Rabu siang pekan lalu, Anton, salah satu pengunjung, menjajal mobil van mungil tapi bisa memuat 67 pe­numpang ini.

Selain Anton, masih ada 40an pe­ngunjung mal yang mengantre ikut mengetes mobil gres itu. Menurut Kepala Pemasaran Honda Jakarta Centre, Karman, selama empat hari pameran di sana, 50 unit mobil yang dibanderol Rp 250 jutaan per unit itu sudah dipesan pelanggan.

PT Honda Prospect Motor yakin, kendaraan berdaya 1.500 cc ini bisa menarik perhatian masyarakat. Direktur Pemasaran Honda Jonfis Fandy menargetkan penjualan Honda Freed sebanyak 1.000 unit per bulan. ”Dan sejak peluncuran itu pun sudah ada 3.000 komitmen pembelian,” katanya.

Honda tak khawatir dengan lesunya pasar otomotif. Sebab, dari pengamatannya, pasar Indonesia tidak terlalu terpengaruh krisis, sehingga produsen asal Jepang ini pede lebih dulu merilis produk terbaru dibanding para pemain lawas, tahun ini.

Tapi Honda tak sendirian. PT Proton Edar Indonesia juga tak mau ketinggalan nyemplung ke pasar kendaraan multiguna alias MPV. Sejak April lalu, produsen mobil asal Malaysia ini sudah woroworo akan meluncurkan mobil terbarunya bermerek Exora (baca: Ishora) seharga Rp 180220 juta per unit pada 24 Juli mendatang. Momen peluncuran mobil berdaya 1.600 cc ini bertepatan dengan pameran Indonesia International Motor Show di Pekan Raya Jakarta.

Berbeda dengan Honda, Kepala Komunikasi Proton, Prisilla Ferris, tidak mau terlalu berambisi pasang target tinggi. ”Awalnya untuk brand awareness dulu, karena perlu waktu untuk­ memperkenalkan produk baru ke masya­rakat,” katanya. Untuk tiga bulan pertama, mobil buatan negeri jiran ini hanya pasang target seribu unit.

Pasar mobil multifungsi di Indonesia selama ini memang yang paling besar di antara model mobil lain. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia mencatat, dari tahun ke tahun, proporsi penjualan MPV terhadap total kendaraan selalu di kisaran 60 persen. Kemudian disusul pikap, yang menguasai sekitar 30 persen, dan sedan yang masih di bawah 10 persen.

Tahun lalu volume pasar MPV mencapai 388.790 atau 64,4 persen. Sedangkan selama JanuariMei 2009, penjualannya 118.594 unit. Khusus pasar low MPV (tipe 4 x 2, di bawah 1.500 cc) tahun lalu tercatat 279.051 unit, naik 43,5 persen dibandingkan 2007 (194.422 unit). ”Masyarakat Indonesia masih memperhitungkan harga dan fungsi dalam membeli mobil,” kata Ketua Umum Gaikindo Bambang Trisulo.

Itu sebabnya pasar kelas ini begitu padat. Meski makin banyak yang memperebutkan kue ini, Toyota, sebagai pemain lawas sekaligus penguasa pasar, tak gentar. Walau harganya mahal, di atas Rp 200 juta, karena daya yang juga besar (2.000 cc), penjualan Innova tetap menjulang. Tahun lalu Innova terjual 47.865 unit atau naik 32 persen dibanding tahun sebelumnya.

Keunggulan Innova, menurut Direktur Pemasaran Toyota Astra Motor Joko Trisanyoto, sudah teruji dan terbukti di masyarakat bahwa kapasitas kendaraan lebih besar dan nyaman. Adapun peningkatan kualitas layanan pascajual, menurut dia, juga dilakukan tanpa menunggu adanya pesaing baru. ”Jika pasar makin kompetitif, ya kita hadapi saja,” ucapnya.

Kurang pas jika tidak menyebut pemain lain yang lebih lama di kelas MPV, yakni Isuzu dengan Panthernya. Meski pemain baru datang menawarkan keunggulan model dan fitur canggih, menurut Kepala Komunikasi PT Isuzu Astra Motor Indonesia Maman Fathurrohman, penjualan Panther tetap tinggi. Hingga Mei tahun ini, Panther sudah terjual 1.351 unit, sedangkan tahun lalu 9.367 unit atau naik dibanding tahun sebelumnya 7.614 unit. Tiap tahun pangsa pasar Panther di pasar MPV pun stabil di kisaran 13,5 persen.

Nissan Motor Indonesia juga optimistis penjualan MPVnya masih oke. Produk Grand Livina, yang dibanderol di kisaran Rp 200 juta, menurut direktur pemasarannya, Teddy Iriawan, punya target berbeda dengan sasaran pemain baru yang menawarkan harga di atas Rp 240 juta.

Walau semester pertama tahun ini penjualan turun 40 persen dibanding tahun lalu, ia yakin akhir tahun bisa menjual 10 ribu unit. ”Masih ada mu­sim Lebaran dan akhir tahun untuk menggenjot penjualan,” kata Teddy. Hingga kini Grand Livina, yang diluncurkan pada 2007, menjadi primadona karena menyumbang 70 persen nilai penjualan Nissan.

Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan pembiayaan untuk mensubsidi bunga kredit. Tercatat, sejak pertengahan bulan lalu, suku bunga turun dari 5,6 persen menjadi 1,96 persen per bulan.

Secara umum, Bambang Trisulo menilai persaingan yang makin ketat memperebutkan pembeli di kelas MPV ini makin menguntungkan masyarakat. Konsumen punya banyak pilihan model, spesifikasi, hingga harga mobil, sekaligus produsen juga berlomba agar lebih efisien dan makin baik melayani konsumen.

Tapi yang perlu dicermati adalah imingiming penawaran dari produsen seperti diskon harga jual, undian, dan pemberian garansi sepanjang tahun untuk menarik pelanggan. ”Gimmick marketing akan berte­baran, dan konsumen harus jernih melihatnya,” katanya.

Ia juga pesimistis bertambahnya pemain di pasar MPV akan mendongkrak penjualan mobil nasional. Menurut dia, total pasar mobil masih lesu di kisaran 450 ribu unit, atau turun dibanding tahun lalu yang mencapai 600an ribu unit. Sebab, daya beli masyarakat belum pulih karena mengantisipasi krisis global. Artinya, para pemain lama harus bersiap pasarnya digerogoti, atau sebaliknya produk baru itu yang justru gigit jari.

R.R. Ariyani, Ismi Wahid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus