Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Pakar Sebut Kemenangan Trump Berdampak Negatif bagi Indonesia, Ini Penjelasannya

Trump yang mengedepankan America First sebagai motonya memberikan dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia karena kebijakan proteksionismenya.

7 November 2024 | 14.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengunjukrasa mengatasnamakan Front Perjuangan Rakyat (FPR) melakukan aksi kecaman kebijakan Presiden AS Donald Trump di Bundaran HI, Jakarta, 5 Februari 2017. Aksi ini menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bersatu dan memberikan solidaritas bagi warga Muslim yang negaranya terkena kebijakan imigrasi Trump. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dapat meningkatkan kebijakan proteksionisme perdagangan internasional bisa merugikan Indonesia.

Peneliti Bidang Ekonomi The Indonesian Institute Center for Public Policy Research (TII), Putu Rusta Adijaya, mengungkapkan Trump yang mengedepankan ‘America First’ sebagai motonya memberikan dampak yang cukup signifikan bagi Indonesia.

“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, plus Trump dengan kebijakan ‘America First’-nya, akan dapat meningkatkan proteksionisme perdagangan internasional yang juga akan berimbas negatif bagi Indonesia. Dampak pertama tentu saja akan ada potensi pengurangan net export Indonesia karena Trump akan menaikkan sekitar 10-20 persen tarif barang-barang impor yang masuk ke AS,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 7 November 2024, seperti dikutip dari Antara.

Pengurangan net export ini akan berpengaruh ke pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Triwulan III 2024 adalah 4,95 persen year-on-year yang mana masih di bawah rata-rata 5 persen yang dicapai beberapa tahun terakhir.

Dampak kedua adalah adanya capital outflow atau dolar pulang kampung ke AS karena Trump berjanji untuk memberikan insentif sangat besar, seperti pemotongan pajak dan deregulasi bagi perusahaan multinasional Amerika dan bahkan investor asing untuk lebih berfokus mengembangkan barang dan/atau jasanya di AS.

“Insentif maupun kondisi ekonomi domestik di AS lebih menarik dibandingkan kondisi ekonomi di negara berkembang seperti Indonesia, maka terjadi capital outflow. Muaranya adalah ke pelemahan nilai tukar rupiah. Perusahaan di Indonesia yang berutang dengan dolar akan semakin terbebani. Dampak jangka panjang yang ditakutkan adalah efisiensi perusahaan dengan PHK,” kata Putu.

Dia mengatakan proteksionisme juga berpotensi akan dilakukan oleh negara-negara lain sebagai dampak ketiga. Hal ini akan membuat perdagangan internasional akan semakin menjauh dari semangat perdagangan bebas.

“Kebijakan proteksionisme sedang terjadi dan kemungkinan akan tereskalasi karena Trump. Makin berjamur,” katanya.

Terkait dengan hal itu, negara maju mendominasi banyaknya kebijakan proteksionis di dunia. Kalau nanti para mitra dagang Indonesia melakukan proteksionisme imbas dari kebijakan Trump, Indonesia akan semakin merugi.

Elon Musk Sumbang Rp1,8 Trilun untuk Trump, Apa yang Akan Diperoleh?

Bos Tesla, Elon Musk, menyumbang sedikitnya $119 juta (Rp1,8 triliun lebih) kepada tim kampanye presiden AS terpilih Donald Trump dan tanpa lelah memuji mantan presiden itu pada tahap akhir kampanyenya yang kritis.

Dukungan Musk terhadap kemenangan telak Trump untuk masa jabatan presiden kedua itu bisa  memberi pengusaha miliarder tersebut pengaruh luar biasa untuk membantu perusahaannya mengamankan perlakuan pemerintah yang menguntungkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut wawancara Reuters dengan enam sumber perusahaan Musk yang mengetahui urusan politik dan bisnisnya dan dua pejabat pemerintah yang memiliki interaksi ekstensif dengan perusahaan Musk, tindakan politik Musk mencerminkan strategi yang lebih luas untuk melindungi perusahaannya dari regulasi atau penegakan hukum dan meningkatkan dukungan pemerintah mereka.

Sumber-sumber tersebut memberikan pandangan langka tentang strategi di dalam perusahaan Musk untuk memanfaatkan sepenuhnya hubungannya yang semakin dalam dengan Trump.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepentingan bisnis Musk - mulai dari kendaraan listrik Tesla hingga roket SpaceX dan chip otak Neuralink - sangat bergantung pada regulasi, subsidi, atau kebijakan pemerintah.

"Elon Musk melihat semua regulasi menghalangi bisnis dan inovasinya," kata seorang mantan pejabat tinggi SpaceX yang berbicara dengan syarat anonim. “Ia melihat pemerintahan Trump sebagai kendaraan untuk menyingkirkan sebanyak mungkin peraturan, sehingga ia dapat melakukan apa pun yang ia inginkan, secepat yang ia inginkan.”

Musk mendukung Trump pada 13 Juli, hari ketika kandidat tersebut ditembak di telinga dalam upaya pembunuhan di Pennsylvania. Sumbangan Musk membiayai upaya besar-besaran untuk mengajak masyarakat memilih saat Trump menghadapi tantangan yang lebih berat setelah Wakil Presiden Kamala Harris menggantikan Presiden Joe Biden pada bulan Juli sebagai calon presiden dari Partai Demokrat. Musk menghabiskan malam pemilihan dengan presiden terpilih di klubnya Mar-a-Lago di Florida, dan Trump mengatakan ia akan menunjuk Musk sebagai "raja efisiensi" pemerintahannya.

Tesla, SpaceX, Neuralink, dan Musk tidak menanggapi permintaan komentar. Tim kampanye Trump menyebut Musk sebagai "pemimpin industri yang muncul sekali dalam satu generasi" dalam sebuah pernyataan kepada Reuters, menambahkan bahwa "birokrasi federal yang rusak tentu akan mendapat manfaat dari ide dan efisiensinya."

Musk pernah membentuk citranya terutama dengan memerangi perubahan iklim dengan membangun mobil listrik untuk mengurangi polusi dan roket yang suatu hari dapat membantu manusia melarikan diri ke Mars dari Bumi yang sekarat.

Sekarang, ia berada di garis depan kelas miliarder Silicon Valley yang memperjuangkan gerakan libertarian sebagai reaksi terhadap ideologi liberal historis di wilayah California - yang sekarang dicemooh Musk sebagai "virus pikiran yang terbangun."

Keterlibatan politiknya yang meningkat dapat menempatkan kerajaan industrinya dalam posisi yang disamakan oleh karyawan saat ini dan mantan karyawan dengan Zaman Keemasan, ketika para baron industri seperti J.P. Morgan dan John D. Rockefeller memegang pengaruh besar atas kebijakan pemerintah dalam memengaruhi bisnis dan kekayaan mereka.

Kekuatan Musk yang semakin meningkat membuat para pendukungnya gembira yang memandang pemerintah sebagai hambatan bagi operasi teknologi tingginya, termasuk Shervin Pishevar, seorang kapitalis ventura yang telah berinvestasi di SpaceX dan mengadvokasi pergeseran Silicon Valley ke arah Trump.

Memotong regulasi, katanya, akan mempercepat upaya SpaceX untuk mencapai Mars. "Ia akan membuat Amerika berfungsi seperti perusahaan rintisan," kata Pishevar tentang Musk. “Tidak ada pengusaha yang lebih hebat dalam sejarah Amerika daripada Elon Musk."

ANTARA | REUTERS berkontribusi dalam penuslian artikel ini

Pilihan Editor UMP 2025: Buruh Tuntut Naik 10 Persen, Menko Polkam Sebut Kenaikan Terlalu Tinggi Hambat Pertumbuhan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus