Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Delegasi Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR RI baru-baru ini melakukan kunjungan kerja ke Astana, ibu kota Kazakhstan, dalam rangka memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Kazakhstan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kunjungan yang dipimpin I Wayan Sudirta ini tidak hanya berfokus pada diplomasi parlemen, tetapi juga mencakup berbagai aspek penting yang berpotensi meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, seperti ekonomi, perdagangan, investasi, dan pariwisata. Berikut serba-serbi pembahasan penting dalam kunjungan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Pembahasan Bebas Visa dan Penerbangan Langsung
Dalam dialog antara Delegasi GKSB DPR RI dan Wakil Menteri Perdagangan Kazakhstan, Kairat Torebayev, disepakati pentingnya kebijakan bebas visa bagi warga negara Kazakhstan yang berkunjung ke Indonesia serta pembukaan penerbangan langsung antara kedua negara. Langkah ini dipandang vital dalam meningkatkan arus perdagangan, investasi, dan pariwisata.
Penerapan kebijakan bebas visa diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan Kazakhstan, yang telah mencapai lebih dari 11 ribu orang selama Januari hingga Juli 2024. Selain itu, penerbangan langsung dinilai akan memperlancar akses perjalanan dan memperkuat kerja sama ekonomi di berbagai sektor, termasuk minyak bumi, pengembangan kilang, dan pariwisata medis.
2. Peningkatan Kerjasama di Sektor Perdagangan dan Investasi
Selain pariwisata, Delegasi GKSB DPR RI juga menekankan pentingnya memperkuat kerja sama di sektor perdagangan dan investasi. Pada tahun 2023, perdagangan bilateral antara Indonesia dan Kazakhstan hampir mencapai USD 350 juta, menandakan hubungan ekonomi yang semakin kokoh.
Sementara itu, investasi dari Kazakhstan ke Indonesia selama periode Januari hingga Juni 2024 telah mencapai USD 2 juta. Kedua pihak juga membahas potensi besar di sektor minyak bumi, pengembangan kilang (refinery), dan pariwisata medis, yang dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara serta memperluas peluang investasi.
3. Pembahasan Perjanjian Perdagangan Bebas dan Investasi
Selama kunjungan, Delegasi DPR RI mengadakan dialog dengan mitra parlemen mereka di Mazhilis, majelis rendah parlemen Kazakhstan. Salah satu fokus utama pertemuan tersebut adalah mempercepat finalisasi dan penandatanganan sejumlah perjanjian bilateral.
Perjanjian-perjanjian yang dibahas termasuk perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Eurasian Economic Union (EEU), perjanjian promosi dan perlindungan investasi, serta perjanjian penghindaran pajak berganda.
Ketua Delegasi, I Wayan Sudirta, menekankan bahwa perjanjian-perjanjian ini memiliki peran strategis untuk mendukung para pelaku usaha di kedua negara. Dengan adanya perjanjian perdagangan bebas dan perlindungan investasi, diharapkan akan semakin banyak pengusaha Indonesia yang dapat berdagang dan berinvestasi di Kazakhstan, serta sebaliknya.
4. Diskusi dengan Para WNI di Astana Kazakhstan
Selain menjalankan agenda formal, Delegasi GKSB DPR RI juga meluangkan waktu untuk bertemu dengan warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Astana. Pertemuan ini berlangsung di Wisma Duta Besar RI, di mana para anggota delegasi berdiskusi dengan WNI dari berbagai latar belakang, seperti spa therapist, pengajar, mahasiswa, tenaga kerja di sektor pertambangan, serta ibu rumah tangga. Dalam pertemuan ini, delegasi mendengarkan berbagai aspirasi dan masukan dari para WNI, sekaligus membahas sejumlah isu yang mereka hadapi selama tinggal di Kazakhstan.
5. Kunjungan ke Industri Strategis Kazakhstan
Sebagai bagian dari kunjungan, Delegasi GKSB DPR RI juga mengunjungi Astana Hub, sebuah pusat inovasi digital yang memainkan peran kunci dalam membangun ekosistem digital dan startup di Kazakhstan. Dalam kunjungan tersebut, CEO Astana Hub, Magzhan Madiyev, mempresentasikan visi dan misi Hub serta menjelaskan bagaimana mereka mendukung pertumbuhan industri digital di negara tersebut.