Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menjaga lingkungan kerja tetap positif bisa membantu meningkatkan kesehatan mental karyawan setara meningkatkan ketenangan karyawan. Simak 5 tips mengelola amarah di tempat kerja menurut Forbes.
Berdasarkan studi tersebut, kemarahan di tempat kerja adalah emosi negatif yang dapat memengaruhi fokus manajer, bawahan, dan rekan kerja, serta berpotensi mengganggu produktivitas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil studi Sekolah Wharton oleh Maurice Schweitzer dan Jeremy Yip, mengungkapkan kemarahan menyebabkan individu lebih egosentris dan fokus pada kepentingan mereka sendiri. Hal itu mengganggu pemikiran yang cermat dan mengurangi pengambilan perspektif karyawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengambilan perspektif yang terganggu dapat menyebabkan spiral konflik, di mana kemarahan membuat lebih sulit untuk menyelesaikan konflik, justru malah dapat mengeskalasi konflik.
Untuk mengelola kemarahan ada lima hal yang perlu dipahami. Pertama adalah memahami pemicu kemarahan. Kedua, mengembangkan strategi penanggulangan. Ketiga, mengubah pola pikir. Keempat, berlatih pemecahan masalah. Kelima, berinvestasi untuk perawatan diri (self-care).
1. Memahami Pemicu Kemarahan
Memahami pemicu kemarahan, seperti dengan menuliskan keadaan yang menyebabkan Anda merasakan emosi yang kuat. Membuat jurnal juga membantu Anda menunjukkan gejala kemarahan fisik, seperti otot tegang atau detak jantung cepat. Seiring waktu, Anda akan mulai melihat pola dan mengantisipasi situasi yang mungkin memicu kemarahan. Menulis tentang pengalaman Anda juga akan membantu memproses emosi lebih produktif.
2. Mengembangkan Strategi Penanggulangan
Mengembangkan mekanisme penanggulangan, seperti dengan latihan teknik pernapasan melibatkan langkah dasar, bernapas dan menghembuskan napas, yang masing-masing diselingi menahan napas selama empat detik agar pikiran santai, bersih dari stres.
3. Mengubah Pola Pikir
Mengubah pola pikir, mulai dengan komunikasi intrapersonal (self-talk), mengganti keyakinan negatif dengan penggunaan bahasa dan pikiran yang positif di dalam diri sendiri. Sejumlah contohnya antara lain:
-Tidak apa-apa untuk membuat kesalahan.
-Saya tidak perlu membuktikan diri dalam situasi ini. Aku bisa tetap tenang.
-Kemarahanku adalah pertanda, saatnya berlatih self-talk positif dan bersantai.
-Saya tidak harus kompeten sepanjang waktu. Tidak apa-apa untuk merasa tidak pasti.
-Tidak mungkin mengendalikan situasi dan orang-orang di tempat kerja. Satu-satunya hal yang bisa saya kendalikan adalah diri saya sendiri dan bagaimana saya bereaksi.
4. Berlatih Memecahkan Masalah
Berlatih pemecahan masalah, seperti dengan menetapkan batas-batas argumentasi yang sehat dengan tenang, memberi tahu lawan bicara bahwa Anda sudah memiliki komitmen. Atau Anda dapat membantu mereka kali ini tetapi beri tahu mereka bahwa Anda memiliki kewajiban pribadi setelah bekerja yang merupakan prioritas. Dengan menganalisis situasi, Anda dapat mengurangi kemarahan dan fokus pada perilaku konstruktif.
5. Berinvestasi pada Perawatan Diri
Berinvestasi untuk perawatan diri di luar pekerjaan, seperti dengan berkegiatan sehat yaitu olah raga, yoga atau hobi untuk mengurangi stres. Hal ini juga membantu memelihara sistem pendukung yang kuat. Temukan teman dan keluarga tepercaya untuk berbagi perasaan Anda. Jika kemarahan Anda di tempat kerja tampaknya meningkat, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional dari terapis atau konselor. Dengan menjaga kesejahteraan mental dan fisik, Anda akan membangun ketahanan dan kepercayaan diri.