Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Ahok Ganti Nama Panggilan jadi BTP, Ini Kata Psikolog

Ada beberapa alasan orang mengganti nama, antara lain untuk menciptakan image atau citra baru tentang dirinya. Bagaimana dengan Ahok jadi BTP?

26 Januari 2019 | 12.45 WIB

Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menunjukan jarinya saat prosesi pembebasannya dari Rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, 24 Januari 2019. Mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah dibebaskan sejak pukul 07.00 pada Kamis pagi, 24 Januari 2019. Instagram/@basukibtp
Perbesar
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, menunjukan jarinya saat prosesi pembebasannya dari Rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, 24 Januari 2019. Mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah dibebaskan sejak pukul 07.00 pada Kamis pagi, 24 Januari 2019. Instagram/@basukibtp

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja Purnama tak lagi mau dipanggil Ahok setelah bebas dari tahanan pada Kamis 24 Januari 2019 lalu. Ia memilih nama panggilan BTP, singkatan dari namanya sendiri.

Baca juga: Ahok Keluar dari Penjara, Ini Harapan Denny Sumargo untuk BTP

"Saya mohon maaf, dan saya keluar dari sini dengan harapan panggil saya BTP bukan Ahok," tulis dia dalam sebuah surat yang diunggah di akun Instagram pribadinya, beberapa hari menjelang bebas.

Ahok bukanlah nama yang buruk. Dari cerita BTP beberapa waktu lalu, nama itu diberikan mendiang ayahnya Indra Tjahaja Purnama sebagai tanda harapan. Nama itu berasal dari Banhok, “Ban” artinya puluhan ribu, dan “Hok” artinya belajar. Artinya, sang ayah ingin Basuki Tjahaja Purnama tak pernah putus belajar. Tapi lama kelamaan orang memanggilnya Ahok, bukan Banhok.

Nama sebaik itu, kenapa harus diganti? Psikolog Sani Budiantini Hermawan mengatakan, ada beberapa alasan orang mengganti nama, antara lain untuk menciptakan image atau citra baru tentang dirinya.

“Nama seseorang sangat terkait dengan image. Jadi, biasanya orang mengganti nama dengan alasan untuk membangun image baru karena image nama yang sebelumnya kurang baik atau negatif,” kata Sani kepada Tempo, Sabtu, 26 Januari 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ahok selama ini diasosiasikan dengan seorang yang bersikap keras oleh sebagian orang. Alhasil, meskipun ia kini terkesan lebih tenang, penilaian itu sulit lekang. Walhasil ketika nantinya ia berbicara sedikit bernada tinggi pun, orang lain mungkin saja menilainya sedang marah.

Tapi, apakah berganti nama bisa mengubah karakter seseorang? “Mengubah karakter bukan dengan mengganti nama. Tapi dengan meninggalkan nama lama Ahok yang selama ini dinilai sebagai orang keras, diharapkan bisa lebih diterima,” kata dia.

Selain membangun citra baru, alasan komersial atau daya jual juga menjadi pertimbangan banyak orang untuk mengganti nama. Sani menyebut, hal itu biasanya terjadi pada orang-rang yang berkarier di dunia hiburan.  Siapa yang tahu bahwa Mulan Jameela sebenarnya adalah Raden Terry Tantri Wulansari, atau Yuni Sahara yang nama aslinya Wahyu Setyaning Budi?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Artis-artis mengganti nama supaya enak didengar dan komersial atau punya nilai jual,” kata dia.

Di luar dua alasan itu, tentu banyak pertimbangan lain seseorang mengubah namanya, misalnya keluarga dan keyakinan.

Orang tua pada zaman dahulu, misalnya, bahkan punya keyakinan jika anak sakit ada pengaruhnya dengan nama. “Kalau itu sebenarnya tidak ada penelitian ilmiahnya, lebih pada tradisi dan budaya yang dipercaya. Itu adalah salah satu cara orang untuk mensugesti diri sendiri,” kata Sani.

Baca juga: Vlog Perdana Ahok: Akik Menyala Temani di Bui

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus