Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkapkan alasannya berkenan ditunjuk oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjadi petinggi perusahaan minyak negara tersebut. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengakui ingin membantu sahabatnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi, mengawasi kinerja perseroan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahok menyebutkan pendapatan Pertamina yang mencapai Rp 800 triliun atau hampir sepertiga anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN harus selalu diawasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau enggak diawasi dengan baik, direksi enggak punya KPI (key performance indicator). Sedangkan KPI administratif semua. Ya ada kewajiban, (meski) merem juga untung," tutur Ahok dalam wawancara bersama Andy Noya di acara Live Instagram KickAndy Show, Sabtu petang, 27 Juni 2020.
Menurut Ahok, pada masa lalu, posisi petinggi Pertamina seperti senior vice president harus dijabat oleh pegawai yang pengalaman kerjanya lebih dari 20 tahun. Pengangkatan itu pun dilakukan sesuai dengan golongan karyawan.
Dengan tim transformer ini, Ahok mengatakan anak-anak muda usia 30-40 tahunan yang memiliki potensi bisa menempati posisi strategis dengan jalan cepat. Bahkan, jabatan tinggi bisa diraih dengan lelang jabatan. "Sekarang anak muda doktor-doktor yang usianya 30-40 kurang lebih ada 60 persen. Masa depan Pertamina ada, asal mereka mau naik," tuturnya.