Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Analis Beberkan Tren Unik Pergerakan Saham menjelang Lebaran Tahun Ini

Dalam satu bulan terakhir, penambahan investor paling banyak terjadi pada saham blue chip seperti BMRI, BBCA dan BBRI

30 Maret 2025 | 14.44 WIB

Bursa Efek Indonesia di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Bursa Efek Indonesia di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang libur Lebaran, pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia menunjukkan tren unik dibandingkan dua tahun terakhir. Menurut analis pasar modal Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, tekanan asing yang besar, daya beli yang melemah, dan peningkatan risiko ekonomi global menjadi faktor utama yang membentuk dinamika pasar saat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami melihat momentum pra lebaran tahun ini memiliki sentimen yang berbeda dibandingkan dua tahun terakhir," ujar Audi saat dihubungi, Sabtu, 29 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia menyoroti beberapa faktor utama, seperti outflow asing sepanjang kuartal pertama yang mencapai Rp 29,9 triliun, deflasi pada Februari yang menekan daya beli, serta meningkatnya risiko ekonomi akibat depresiasi rupiah dan ketidakpastian kebijakan global.

Dalam kondisi ini, saham-saham yang mengalami lonjakan volume atau jadi incaran pembelian berasal dari sektor perbankan, teknologi, dan retail, terutama yang sempat tertekan sepanjang 2025.

"Dalam satu bulan terakhir, penambahan investor paling banyak terjadi pada saham blue chip seperti BMRI dengan 30,9 ribu investor baru, BBCA dengan 29,6 ribu, dan BBRI dengan 21 ribu. Sementara itu, di sektor retail, saham AMRT mencatat penambahan investor retail terbanyak, yakni 4,5 ribu," ujarnya.

Audi menilai kenaikan harga saham dan lonjakan jumlah investor dipicu oleh tiga faktor utama. "Valuasi pasar yang sedang terdiskon, pembagian dividen, serta kinerja positif hingga Februari 2025, khususnya di sektor perbankan, menjadi pendorong utama," kata dia.

Namun, ia juga mengingatkan adanya potensi koreksi pasca-Lebaran, mengacu pada tren historis dalam empat tahun terakhir. "Jika melihat pola sebelumnya, IHSG cenderung mengalami koreksi setelah Lebaran. Pada 2024, IHSG turun 3,64 persen di bulan berikutnya, sementara pada 2023 turun 4,08 persen," kata Audi. Menurutnya, faktor utama di balik tren ini adalah keterbatasan informasi selama libur bursa dan meningkatnya volatilitas pasar.

Ia juga menyoroti risiko tambahan yang berpotensi memperburuk kondisi pasar tahun ini. "Tahun 2025 kami perkirakan akan lebih berdampak karena sentimen eksternal seperti pemberlakuan tarif baru oleh Donald Trump di awal April," tuturnya.

Dinda Shabrina

Lulusan Program Studi Jurnalistik Universitas Esa Unggul Jakarta pada 2019. Mengawali karier jurnalistik di Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus