Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ancaman Resesi 2023, Asosiasi Marketing Indonesia Beberkan Sejumlah Strategi Menghadapinya

Asosiasi Markering Indonesia mengungkapkan sejumlah strategi agar bisa lebih cepat pulih menghadapi ancaman resesi ekonomi pada 2023.

8 Oktober 2022 | 18.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Marketing Association (IMA) mengungkapkan sejumlah strategi yang bisa diterapkan supaya bisa lebih cepat pulih menghadapi ancaman resesi ekonomi pada 2023. Salah satunya dengan mengimplementasikan konsep wirausaha pemasaran atau entrepreneurial marketing.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

President IMA Suparno Djasmin mengatakan, ancaman resesi ekonomi dunia bisa memicu kemunduran ekonomi. Padahal, setelah Pandemi Covid-19 berhasil di kendalikan, perekonomian berbagai negara, termasuk Indonesia sedang dalam tahap kebangkitan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Meski kondisi ekonomi global yang sedang bangkit dari pandemi Covid-19, dunia dihadapkan dengan potensi resesi," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu, 8 Oktober 2022.

Suparno berujar, potensi resesi, inflasi yang didorong oleh krisis energi, dan kondisi geopolitik yang berkepanjangan sehingga mengganggu rantai pasok perdagangan dunia menyebabkan bank sentral di berbagai negara kompak meningkatkan suku bunga.

Mengutip data World Trade Organization (WTO), Suparno mengatakan, prediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan turun dari 3,3 persen menjadi 2,3 persen pada 2023. Ancaman resesi perekonomian dunia ini menururnya akan betul-betul nyata dan berdampak ke lingkungan bisnis dalam negeri.

"Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran hingga kemunduran ekonomi," kata Suparno.

Nyatanya ancaman resesi ekonomi itu menurut Suparno bisa dirasakan saat ini di Indonesia, seperti inflasi yang akan mencapai 6,8 persen. Besaran inflasi itu akan membuat lemahnya daya beli dan menggerus konsumsi hingga berujung pada perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta banyak perusahaan yang berguguran. 

"Suku bunga acuan yang menjadi 4,25 persen untuk mengendalikan Inflasi juga mengakibatkan kenaikan harga-harga yang dapat meningkatkan risiko kredit yang tentunya akan berdampak pada perekonomian," ujarnya.

Oleh sebab itu, di tengah ancaman potensi resesi ini, Suparno menekankan pentingnya mengimplementasikan konsep entrepreneurial marketing. Konsep itu menitikberatkan pada peranan dari para pengusaha atau wirausaha menangkap peluang pemasaran yang baru.

Selanjutnya: "Ekonomi Indonesia akan start lebih awal ketika resesi selesai bila..." 

“Saya percaya, ekonomi Indonesia ini akan start lebih awal ketika resesi selesai bila seluruh elemen di IMA kompak bergerak dan saling kolaborasi serta menjadi marketer yang berjiwa entrepreneur. Terlebih bila didukung oleh 88 Chapter dengan 2.959 anggota IMA di Indonesia,” ujar Suparno.

Mengimplementasi ilmu dan praktik pemasaran terbaru itu menurutnya dapat dilakukan melalui kegiatan nyata yang berfokus pada UMKM dan pariwisata. Selain itu, di era komoditisasi dan maraknya produk impor saat ini, merek dan pengepakan merupakan salah satu pembeda yang bisa membantu Indonesia memenangkan persaingan. 

"IMA juga berkontribusi bagi Indonesia di masa-masa menantang ini untuk menghadapi resesi dengan mendorong implementasi ilmu dan praktik pemasaran yang kreatif dan inovatif melalui kolaborasi untuk membuat UMKM beyond Indonesia Market," kata dia.

Para profesional pemasaran yang tergabung dalam IMA menurutnya, juga perlu memperkuat kolaborasi dengan Kementerian Perdagangan untuk memberikan akses kepada para anggota IMA ke pasar luar negeri, serta kerja sama di bidang perdagangan untuk memasarkan produk- produk UMKM unggulan Indonesia. 

Selain itu IMA, kata Suparno perlu menjalin kerjasama dengan asosiasi strategis pada Rakernas IMA di Bali, 8 Oktober. Rakernas itu digabungkan dengan rangkaian acara internasional, 2nd World Marketing Forum, yang berlangsung pada 6 – 7 Oktober 2022 dan merupakan hasil co-creation IMA dan JMA (Japan Marketing Association). 

Selain itu, penyelenggaraan rakernas juga bersamaan dengan acara Annual General Meeting (AGM) dari Asia Marketing Federation (AMF), dan IMA adalah salah satu dari 19 negara yang menjadi anggota. Rangkaian acara tersebut disebut Octoberfest dan akan menggabungkan seminar internasional dan acara pertemuan besar anggota IMA seluruh Indonesia.

World Marketing Forum (WMF) yang didukung oleh Asia Marketing Federation (AMF), dimana IMA merupakan founding member-nya, merupakan wujud konkret IMA untuk menjadi asosiasi profesional yang mendukung perbaikan UMKM dan pariwisata di Indonesia, khususnya di Bali.

“WMF ini, merupakan momentum yang baik bagi IMA untuk memanfaatkan dan bekerjasama dengan 19 negara AMF selain dalam wujud akademis, tetapi juga secara bisnis sehingga IMA akan semakin berdampak positif bagi Indonesia dan mendukung pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan dalam meningkatkan ekspor produk-produk unggulan Indonesia,” ujar Suparno Djasmin.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus