Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Angin Baik Buat Eksportir

Harga kayu bulat bertambah baik karena sabah mengurangi kuota ekspor dan naiknya permintaan Eropa dan Amerika. Tapi di Jepang ada unsur-unsur kekuatan ekonomi yang ingin menurunkan harga. (eb)

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HARGA kayu bulat (log) tampak bertambah baik sejak dua bulan lalu. Pertengahan September ini harga kayu bulat meranti mencapai US$ 64 per M3 FOB Samarinda, Kalimantan Timur: naik US$ 4/M3 dari harga bulan Juli, atau US$ 6 M3 lebih tinggi dari penjualan Mei-Juni. Ini disebabkan "karena Sabah mengurangi kwota ekspor dan naiknya permintaan terhadap hasil industri kayu dari Eropa dan Amerika Serikat," kata Sadikin Djajapercunda, direktur eksekutif Masyarakat Perkayuan Indonesia (MPI). Menurut Sadikin, tindakan pemerintah negara bagian Sabah (Malaysia) adalah penting dalam perkembangan pasaran kayu ini. Tadinya, ketika Indonesia awal tahun ini mengurangi produksinya 10%, Sabah mengambil manfaat dari pengurangan suplai itu. Tapi setelah MPI mendesak Pemerintah untuk turun tangan barulah Sabah mengurangi produksi log-nya sekitar 10%. Ini dimulai dalam semester kedua 1978, yang langsung membawa perkembangan harga di pasaran Jepang. Sementara itu, dari pasaran ketiga (AS, Eropa dan Timur Tengah) pun bertambah permintaan terhadap kayu gergajian dan plywood. Tak jelas berapa besar peningkatan itu. Tapi dengan naiknya permintaan, terutama akan kayu gergajian, maka Korea Selatan dan Taiwan lebih banyak membeli kayu bulat Indonesia. Namun kenaikan ini juga karena usul MPI dan Sabah diterima oleh Jepang untuk menaikkan harga pembeliannya. Tapi kekhawatiran pun muncul. Akhir pekan ini Asosiasi Produsen Kayu Asia Tenggara bersidang di Kota Kinibalu, ibukota Sabah. "Ada unsur-unsur kekuatan ekonomi Jepang yang ingin menurunkan harga," kata Sadikin, sesaat sebelum terbang ke Sabah. "Kini ada gejala pembeli kayu yang besar-besar berusaha mem-book kapal sebanyak mungkin. Sehingga kapal-kapal independen menjadi sedikit jumlahnya." Akibatnya, tentu, pembcli independen pun kurang leluasa bergerak. Padahal, peranan pembeli bebas maupun kapal-kapal yang tak terikat pada conference lines itu cukup besar dalam bisnis perkayuan. MPI berharap agar pemerintah dan pengusaha kayu Indonesia berhati-hati menghadapi situasi ini. Terutama dalam memproduksi kayu bulat dan ekspornya. Produksi pada tingkat sekarang ini tampaknya sesuai dengan kebutuhan pasaran dunia. Jadi masih belum melampaui kebutuhan mereka. Jepang sendiri sampai saat ini masih punya persediaan untuk 2-3 bulan lagi. Yang penting sekarang ini, masih menurut Sadikin, adalah penanggulangan penyewaan kapal. Diketahui beberapa perusahaan anggota MPI saat ini tidak mendapat kapal. Namun ia mengakui harga jual sekarang lebih tinggi sedikit dari harga patokan. Tapi naiknya harga kayu bulat ini, "hendaknya tidak membuat pemerintah menaikkan pungutan di bidang perkayuan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus