HARGA kayu bulat (log) tampak bertambah baik sejak dua bulan
lalu. Pertengahan September ini harga kayu bulat meranti
mencapai US$ 64 per M3 FOB Samarinda, Kalimantan Timur: naik US$
4/M3 dari harga bulan Juli, atau US$ 6 M3 lebih tinggi dari
penjualan Mei-Juni. Ini disebabkan "karena Sabah mengurangi
kwota ekspor dan naiknya permintaan terhadap hasil industri kayu
dari Eropa dan Amerika Serikat," kata Sadikin Djajapercunda,
direktur eksekutif Masyarakat Perkayuan Indonesia (MPI).
Menurut Sadikin, tindakan pemerintah negara bagian Sabah
(Malaysia) adalah penting dalam perkembangan pasaran kayu ini.
Tadinya, ketika Indonesia awal tahun ini mengurangi produksinya
10%, Sabah mengambil manfaat dari pengurangan suplai itu. Tapi
setelah MPI mendesak Pemerintah untuk turun tangan barulah Sabah
mengurangi produksi log-nya sekitar 10%. Ini dimulai dalam
semester kedua 1978, yang langsung membawa perkembangan harga di
pasaran Jepang.
Sementara itu, dari pasaran ketiga (AS, Eropa dan Timur Tengah)
pun bertambah permintaan terhadap kayu gergajian dan plywood.
Tak jelas berapa besar peningkatan itu. Tapi dengan naiknya
permintaan, terutama akan kayu gergajian, maka Korea Selatan dan
Taiwan lebih banyak membeli kayu bulat Indonesia. Namun kenaikan
ini juga karena usul MPI dan Sabah diterima oleh Jepang untuk
menaikkan harga pembeliannya.
Tapi kekhawatiran pun muncul. Akhir pekan ini Asosiasi Produsen
Kayu Asia Tenggara bersidang di Kota Kinibalu, ibukota Sabah.
"Ada unsur-unsur kekuatan ekonomi Jepang yang ingin menurunkan
harga," kata Sadikin, sesaat sebelum terbang ke Sabah. "Kini ada
gejala pembeli kayu yang besar-besar berusaha mem-book kapal
sebanyak mungkin. Sehingga kapal-kapal independen menjadi
sedikit jumlahnya." Akibatnya, tentu, pembcli independen pun
kurang leluasa bergerak. Padahal, peranan pembeli bebas maupun
kapal-kapal yang tak terikat pada conference lines itu cukup
besar dalam bisnis perkayuan.
MPI berharap agar pemerintah dan pengusaha kayu Indonesia
berhati-hati menghadapi situasi ini. Terutama dalam memproduksi
kayu bulat dan ekspornya. Produksi pada tingkat sekarang ini
tampaknya sesuai dengan kebutuhan pasaran dunia. Jadi masih
belum melampaui kebutuhan mereka. Jepang sendiri sampai saat ini
masih punya persediaan untuk 2-3 bulan lagi.
Yang penting sekarang ini, masih menurut Sadikin, adalah
penanggulangan penyewaan kapal. Diketahui beberapa perusahaan
anggota MPI saat ini tidak mendapat kapal. Namun ia mengakui
harga jual sekarang lebih tinggi sedikit dari harga patokan.
Tapi naiknya harga kayu bulat ini, "hendaknya tidak membuat
pemerintah menaikkan pungutan di bidang perkayuan," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini