SEKALI lagi giliran PT Betul di Tebing Tinggi, Sumatera Utara,
yang diancam bank. Nafasnya sudah senin-kamis. Hutangnya pada
BNI 1946 setempat sebesar Rp 3 milyar. Ratusan juta lagi ia
terhutang pada pedagang cengkeh dan tembakau serta menunggak
untuk pita cukai.
Perusahaan ini, produsen rokok kretek Betul, masih mencicil tapi
kelihatan tidak akan mampu menyelesaikan hutang sebesar itu.
Didirikan 10 tahun yang lalu, ta.dinya Betul tergolong besar di
samping kretek Paten dan Banyu Wangi di propinsinya.
Pemasarannya malah sampai ke Aceh. Kini di pintu masuk ke
pabriknya tergantung tulisan PT Betul ini di bawah pengawasan
BNI 1946.
Bank pemerintah itu rupanya sudah terlanjur memberi kredit
besar. Nasabahnya telah memasukkan laporan fiktif pada bank, dan
menggunakan kredit BNI 1946 untuk keperluan bisnis lain.
Kasusnya mirip dengan apa yang terjadi antara Bank Bumi Daya dan
PT Grendel, juga produsen rokok kretek, yang punya dua pabrik di
Malang dan satu di Blitar. Grendel ini tenggelam sesudah 30
tahun karena hutangnya yang milyaran rupiah pada BBD dan
kelompok pedagang (cengkeh dan tembakau) tidak bisa dibayar
kembali (TEMPO, 6 Mei dan 20 Mei).
Dir-Ut PT Betul, A Hok, akhir-akhir ini sering menghilang dari
posnya, lebih senang berdiam ',i Medan. Pengusaha yang berusia
38 itu mempunyai beberapa perusahaan lain di Medan. Dalam
menghadapi hutang, menurut orang bawahannya, dia "main buka
lubang satu dan tutup lubang lainnya."
Karyawan dan buruhnya di PT Betul minggu lalu tinggal 300,
merosot dari 1200 pada awal tahun ini. Tidak pula semua
pekerjanya yang bersisa itu masih bekerja penuh. Para
kreditornya, termasuk BNI 1946, kelihatan berharap supaya
perusahaan itu tidak sampai ditutup. Namun PT Betul betul-betul
sudah sempoyongan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini