Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Asosiasi Tolak Syarat Rekam Biometrik Visa Umrah Haji Arab Saudi

Perekaman data biometrik untuk pembuatan visa umrah dan haji dinilai menyulitkan jemaah.

3 Januari 2019 | 16.35 WIB

Ilustrasi haji atau umrah. REUTERS
Perbesar
Ilustrasi haji atau umrah. REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Permusyawaratan Antar Syarikat Umrah dan Haji Indonesia (Patuhi) menolak pelaksanaan rekam data biometrik untuk pembuatan visa umrah dan haji yang dilakukan oleh Visa Facilitation Services (VFS) Thaseel, perusahaan penyelenggara pembuatan visa di bawah Kedutaan Besar Arab Saudi. "Hadirnya VFS ini sangat membuat kegaduhan dan gejolak di banyak jemaah haji dan umrah," kata Ketua Harian Patuhi, Artha Hanif dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis, 3 Desember 2018.

Baca: Arab Saudi Resmi Hapus Biaya Kenaikan Visa Umrah dan Haji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selama ini, rekam biometrik untuk keperluan pembuatan visa umrah dan haji hanya dilakukan begitu para jemaah mendarat di Jeddah, Arab Saudi. Prosesnya pun tidak berlangsung lama karena hanya membutuhkan waktu 5 menit saja. Tapi sejak tiga bulan lalu, sekitar Oktober 2018, proses rekam biometrik itu dipindahkan ke negara-negara asal jemaah haji dan umrah. "Mulai diwajibkan itu sejak 17 Desember 2018," ujar Artha.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Masalahnya, sejumlah perusahaan biro perjalanan haji dan umrah di bawah Patuhi menemukan kesulitan pada proses rekam biometrik di kantor-kantor VFS Thaseel yang ada di Indonesia. Pertama, yaitu kantornya yang hanya 30 unit dinilai sangat terbatas sehingga menyulitkan para jemaah yang tersebar di berbagai daerah. Kedua, proses pengurusan yang bisa memakan waktu hingga dua hari.

Akibatnya, kata Artha, banyak jemaah haji yang merasakan kerugian, mulai dari jadwal keberangkatan yang tertunda hingga tiket dan pemesanan pesawat maupun hotel yang terpaksa tertunda. Saat ini saja, khusus untuk jemaah haji Indonesia, jumlahnya sudah mencapai 1.050.000 orang setiap tahunnya. Jumlah jemaah umrah juga lebih banyak lagi. Nah, VFS dinilai tidak mampu untuk mengakomodasi kebutuhan seluruh jemaah tersebut.

Para perusahaan biro travel ini mengaku sudah membicarakan ini langsung dengan pihak VFS Thaseel. Tapi, kata Artha, mereka hanya memberikan jawaban, "kami hanya kontraktor pelaksana, tergantung perintah kerajaan Arab Saudi." Bahkan, kata Artha, pihak VFS Thaseel sempat menyampaikan pernyataan yang dinilai angkuh oleh Patuhi. "Kalau anda mau umroh, harus lalui proses biometrik, kalau enggak, enggak usah umroh," ujar Artha menirukan pernyataan pihak VFS Thaseel.

Perwakilan dari Patuhi akhirnya datang menemui pihak Kementerian Haji Arab Saudi langsung ke negara mereka. Perwakilan sempat dijanjikan akan mendapatkan solusi tentang syarat pembuatan visa umrah dan haji itu segera namun tiga minggu kemudian, kata Artha, belum ada lagi kelanjutan kabar dari kementerian tersebut.

Anggota Dewan Pembina Patuhi, Baluki Ahmad, menyebut jika kondisi ini terus berlanjut, maka potensi pengurangan jumlah jemaah haji dan umrah bakal berkurang drastis di tahun 2019. "Bisa-bisa di musim haji nanti, bisa berkurang drastis 30 sampai 40 persen."

Fajar Pebrianto

Meliput isu-isu hukum, korupsi, dan kriminal. Lulus dari Universitas Bakrie pada 2017. Sambil memimpin majalah kampus "Basmala", bergabung dengan Tempo sebagai wartawan magang pada 2015. Mengikuti Indo-Pacific Business Journalism and Training Forum 2019 di Thailand.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus