Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Atasan Boleh Marah, tapi Jangan Permalukan Anak Buah

Ada kalanya bos harus menegur anak buah yang melakukan kesalahan. Simak cara yang benar agar anak buah tidak dipermalukan.

3 Juli 2020 | 12.20 WIB

Ilustrasi konflik dengan bos. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi konflik dengan bos. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai seorang pemimpin, kita tentu memiliki tanggung jawab untuk menjaga kestabilan perusahaan. Sayangnya sebagai salah satu bentuk ketegasan, ada kalanya Anda harus menegur anak buah yang melakukan kesalahan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Meski demikian, Anda wajib melakukannya dengan cara yang benar. Maklum, menurut psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi @ Brawijaya Clinic, Alfath Megawati atau yang biasa dipanggil Ega mengatakan bahwa amarah atasan bisa berdampak buruk bagi pekerja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pertama dari segi kesehatan mental karyawan, Ega mengatakan bahwa kemarahan atasan dapat membuat para pekerja tertekan. “Bos yang mudah marah dapat merugikan dari sisi kesehatan psikologis pegawai. Bahkan, bisa mengurangi ikatan (engagement) positif antara pegawai-perusahaan atau pegawai-atasan,” katanya saat dihubungi Tempo.co pada 2 Juli 2020.

Hal tersebut juga pada akhirnya bisa mempengaruhi kinerja para pekerja. “Frekuensi marah yang sering, bukan hanya bisa membuat pegawai tertekan, tapi mungkin juga tidak lagi efektif membuat bawahan untuk bekerja produktif. Karena marah bukan lagi pendorong atau memotivasi, tapi menjadi hal biasa yang melekat pada atasan,” katanya.

Untuk itu, marah harus dilakukan dengan cara yang benar. Menurut Ega, marah tidak boleh dilakukan dengan terlalu sering dan wajib berdiskusi lewat teori OCDAC. Apa itu? OCDAC sendiri adalah kepanjangan dari open, clarify, develop, agree dan closing.

Dari opening, kita harus meluruskan tujuan agar tidak ada perbedaan persepsi. Kemudian, mulailah clarify atau mengklarifikasi mengenai ekspektasi yang dimiliki atasan dan menanyakan pula ekspektasi bawahan. Lalu, develop atau dicari solusi serta aksi untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan. “Saat ini kita akan mencapai kesepakatan atau agreement dan terakhir jangan lupa menutup (closing) dengan ucapan terima kasih,” katanya.

Ketika OCDAC sudah dilakukan, Ega mengatakan bahwa masalah akan lebih mudah diatasi. “Jadi, tidak ada yang dipermalukan, dan jelas juga bagaimana masalah tersebut dapat ditangani,” katanya.

SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus