Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
JAKARTA – Bangkitnya industri barang eceran atau retail pada tahun ini ditandai dengan pemulihan daya belanja konsumen. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, mengatakan basket size—istilah untuk nilai transaksi rata-rata pengunjung toko atau supermarket—sempat melonjak hingga 45 persen pada April 2022 atau periode Ramadan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Volume transaksi itu sempat melandai setelah Lebaran.
“Turun karena pengeluaran saat Hari Raya sangat besar. Setelahnya, naik lagi 10-15 persen pada bulan ini bila dibanding Juni 2022,” katanya kepada Tempo, kemarin.
Industri retail dan pusat belanja sempat terpuruk pada 2020 dan 2021 akibat derasnya kebijakan pembatasan mobilitas. Sejak pandemi pada Maret 2020 hingga akhir tahun itu, omzet retail non-pangan sempat anjlok hingga 60 persen. Dari catatan Aprindo per Mei 2021, basket size konsumen sempat tergerus dari yang normalnya Rp 200 ribu untuk sekali belanja menjadi sekitar Rp 50 ribu saja.
Saat mobilitas dibatasi, kata Roy, masyarakat cenderung menahan pengeluaran dan berfokus ke bahan pokok. Setelah pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di beberapa kota besar diturunkan ke level 1, para pengunjung bisa menghabiskan waktu lebih lama di pusat belanja.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo