Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyatakan proyek kendaraan listrik (EV) Indonesia tidak akan terpengaruh dengan mundurnya LG Energy Solution dari investasi baterai listrik Tanah Air. Menurut Bahlil, kepergian perusahaan asal Korea Selatan itu tidak mengubah kerangka dasar proyek, melainkan hanya menyesuaikan mitra investasi dalam struktur joint venture (JV). “Secara konsep, pembangunan dari Grand Package ini tidak ada yang berubah. Infrastruktur dan rencana produksi tetap sesuai dengan peta jaan awal,” kata Bahlil melalui keterangan tertulis yang Tempo peroleh Rabu, 23 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kabar mundurnya LG Energy Solution itu berawal dari pemberitaan kantor berita di Korea Selatan. Konsorsium Korea Selatan yang dikomandoi LG mengumumkan untuk membatalkan proyek rantai pasokan baterai kendaraan listrik di Indonesia pada Jumat, 18 April 2025. Proyek itu bernilai 11 triliun won atau US$ 7,7 miliar (sekitar Rp 129 triliun, dengan asumsi kurs Rp 16.841 per dolar AS).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Melansir Yonhap, konsorsium terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, LX International Corp, dan perusahaan lainnya. Semua entitas usaha sebelumnya telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membangun rantai pasokan baterai kendaraan listrik secara menyeluruh.
Adapun proyek rantai pasokan baterai kendaraan listrik di Indonesia yang dipimpin LG rencananya mencakup seluruh proses mulai dari pengadaan bahan baku hingga pembuatan prekursor, bahan katoda, dan produksi sel baterai. Indonesia diketahui sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia, yaitu bahan baku utama baterai kendaraan listrik.
Kendati begitu, Bahlil menyebut komitmen investasi EV di Indonesia sudah dimulai sejak Juli tahun lalu. Persisnya ketika Presiden ke-7 Joko Widodo meresmikan pabrik sel baterai EV di Karawang, Jawa Barat. Bahlil mengatakan pabrik ini hasil kerja sama antara Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution melalui PT HLI Green Power yang telah beroperasi dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 10 Gigawatt hour (GWh).
Dengan mundurnya LG dari proyek EV Indonesia, kata Bahlil, pemerintah tetap melanjutkan proyek ini namun tidak melibatkan perusahaan asal Korea Selatan itu. “Perubahan terjadi pada level investor, LG tidak lagi melanjutkan keterlibatannya pada JV 1, 2, 3 yang baru. Telah digantikan oleh mitra strategis dari Cina, yaitu Huayou,” ucap mantan Menteri Investasi itu.
Bahlil meminta masyarakat ataupun mitra bisnis pemerintah tak khawatir dengan kebijakan tarif dagang Amerika Serikat yang belakangan menjadi sorotan. Menurut dia, ketegangan geopolitik dan kondisi ekonomi global tidak akan mempengaruhi keberlangsungan proyek EV di Tanah Air. “Investasi senilai hampir US$ 8 miliar untuk pengembangan tahap berikutnya tetap berjalan. Groundbreaking tahap lanjutan direncanakan dilakukan dalam tahun ini, sehingga tidak ada penggantian atau pembatalan investasi sebagaimana yang dikhawatirkan,” kata Bahlil.
Adapun investasi EV yang sebelumnya disepakati pemerintah Indonesia dengan LG Energy Solution menelan pendanaan investasi hingga US$ 9,8 miliar. Kesepakatan ini sudah diteken sejak 18 Desember 2020 lalu dan dianggap berjalan sesuai rencana. Proyek ini mencakup pengembangan rantai pasok baterai EV, sejak dari penambangan hingga produksi baterai.