Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bahlil Sebut Pengolahan Hidrogen untuk Tekan Impor 1 Juta Barel BBM per Hari

Menteri Bahlil Lahadalia mengatakan bahan baku pembuatan hidrogen melimpah di Indonesia, mulai dari batu bara, gas, dan air.

15 April 2025 | 18.18 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kanan) bersama Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi (kiri) meninjau salah satu stan pada pembukaan Global Hydrogen Ecosystem 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), 15 April 2025. Pameran energi tersebut bertujuan menciptakan ekosistem kolaboratif untuk mempercepat transisi menuju energi bersih dan membahas masa depan hidrogen sebagai solusi energi berkelanjutan, berlangsung pada 15-17 April. Antara/Rivan Awal Lingga
Perbesar
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (kanan) bersama Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi (kiri) meninjau salah satu stan pada pembukaan Global Hydrogen Ecosystem 2025 di Jakarta International Convention Center (JICC), 15 April 2025. Pameran energi tersebut bertujuan menciptakan ekosistem kolaboratif untuk mempercepat transisi menuju energi bersih dan membahas masa depan hidrogen sebagai solusi energi berkelanjutan, berlangsung pada 15-17 April. Antara/Rivan Awal Lingga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengungkap dalam satu hari Indonesia masih harus mengimpor 900 ribu hingga 1 juta barel bahan bakar minyak (BBM). Jumlah ini tergolong besar dan harus dikurangi melalui pemanfaatan potensi bahan bakar pengganti fosil, seperti hidrogen ataupun baterai listrik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Soal ini, Bahlil menyatakan hidrogen merupakan komoditi baru yang masih dalam tahap pengembangan. Harganya pun saat ini tergolong lebih mahal ketimbang baterai listrik. Namun begitu, mantan menteri investasi ini yakin pengembangan energi hidrogen mampu direalisasikan di pasar Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Biaya hidrogen memang masih mahal, ini barang baru. Tetapi kita harus memulainya. Kalau ditanya bagaimana regulasinya, memang selama ini kita bikin regulasi itu baru mobil listrik, belum hidrogen,” kata Bahlil dalam agenda Global Hydrogen Ecosystem Summit, Jakarta Convention Center, Selasa, 15 April 2025.

Ketua Umum Partai Golkar ini menyebut regulasi untuk pemanfaatan hidrogen akan segera diterbitkan setelah mendapatkan potensi pasar yang menjanjikan, serupa regulasi terhadap kendaraan listrik. Menurut dia, pemerintah harus menyelesaikan regulasi ini demi mengurangi impor bahan bakar minyak di Indonesia.

Soal produksi hidrogen yang saat ini masih mahal ketimbang baterai listrik, menurut Bahlil, pada masa selanjutnya akan lebih murah sembari kehadiran teknologi-teknologi yang mendukung bahan bakar tersebut.

Bahan baku pembuatan hidrogen melimpah di Indonesia, mulai dari batu bara, gas, dan air. Bahlil yakin Indonesia akan semakin maju dalam sektor energi kalau dilakukan pengembangan terhadap hidrogen ini.

Menurut dia, tidak banyak negara di dunia yang memiliki keuntungan seperti Indonesia, khususnya dalam aspek kelimpahan sektor sumber daya energi dan mineral.

“Dengan processing memakai energi baru terbarukan itu, saya pikir ini menjadi salah satu alternatif untuk pengganti fosil dalam rangka menuju kepada net zero emission di 2060,” ujar Bahlil.

Alif Ilham Fajriadi

Bergabung dengan Tempo sejak November 2023. Lulusan UIN Imam Bonjol Padang ini tertarik pada isu perkotaan, lingkungan, dan kriminalitas. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus