Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bank Indonesia Ungkap Ada Peluang Menurunkan Suku Bunga Acuan

BI terakhir memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Januari lalu. Selama dua bulan berturut-turut, BI mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen.

19 Maret 2025 | 19.44 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2025, di Gedung Thamrin, Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Maret 2025. TEMPO/Ervana.
material-symbols:fullscreenPerbesar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2025, di Gedung Thamrin, Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Maret 2025. TEMPO/Ervana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan peluang penurunan suku bungan acuan (BI rate) masih ada, namun perlu menunggu waktu yang tepat. Pasalnya, ketidakpastian global saat ini masih tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BI terakhir memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Januari lalu. Selama dua bulan berturut-turut, BI mempertahankan suku bunga di level 5,75 persen. “Sementara ruang (penurunan) suku bunga ini masih ada, kami akan lakukan. Tapi sabar dulu dong, karena globalnya memang belum memungkinkan,” ujar Perry di Gedung Thamrin, Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 19 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ketidakpastian global yang masih tinggi ini, kata Perry, akibat kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang juga makin luas. Di AS, kebijakan tarif impor berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat di tengah meningkatnya pemberian insentif fiskal. Pada saat yang bersamaan, laju penurunan inflasi tidak secepat yang diprakirakan. 

Perry mengungkapkan, ekonomi Eropa, Jepang, dan India juga terdampak rambatan kebijakan tarif impor AS tersebut di tengah permintaan domestik yang belum meningkat akibat keyakinan usaha yang rendah dan ekspor yang melambat. Sementara itu, pelemahan pertumbuhan ekonomi Cina sebagai akibat kebijakan tarif impor AS tertahan dengan kebijakan pelebaran defisit fiskal 2025 dari yang ditargetkan. 

Dengan perkembangan tersebut, Perry berujar, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2025 diprakirakan sebesar 3,2 persen. 

Adapun di pasar keuangan global, ketidakpastian masih berlanjut diwarnai penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS (yield US Treasury) dan melemahnya indeks mata uang dolar AS di tengah ketidakpastian penurunan Fed Funds Rate (FFR). Perry mengatakan aliran modal global yang semula terkonsentrasi ke AS bergeser sebagian ke komoditas emas dan obligasi di negara maju dan juga negara berkembang.

Sementara itu, portofolio investasi saham masih terkonsentrasi ke negara maju kecuali AS, dan belum masuk ke negara pasar berkembang atau emerging market. “Tetap tingginya ketidakpastian global tersebut memerlukan respons kebijakan yang tepat dan terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat ketahanan eksternal, menjaga stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik,” ujar Perry.

Sebelumnya, Perry mengumumkan bahwa BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen. BI sudah menahan suku bunga di level yang sama sejak penurunan 25 basis poin pada awal Januari lalu. “Rapat Dewan Gubernur BI pada 18 dan 19 Maret 2025 memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 5,75 persen persen,” ujar Perry dalam konferensi pers, Rabu, 19 Maret 2025.

Selain itu, Perry mengumumkan suku bunga deposit facility tetap 5 persen. Sedangkan suku bunga lending facility 6,5 persen. Keputusan ini sejalan dengan upaya menjaga perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen.

Stabilisasi nilai tukar rupiah tetap dijaga di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. BI, kata Perry, tetap mencermati prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga dengan mempertimbangkan pergerakan rupiah.

Ervana Trikarinaputri

Lulusan program studi Sastra Inggris Universitas Padjadjaran pada 2022. Mengawali karier jurnalistik di Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus