Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Direktur Riset Center of Reform on Economics, Piter Abdullah, mengatakan peran Bank Indonesia dalam penanggulangan krisis cukup besar. Kapabilitas bank sentral dalam mengatur instrumen moneter, dari aturan suku bunga hingga penerbitan uang, bisa membantu pemerintah dalam menjaga kesehatan ekonomi secara makro dan pembiayaan. “BI-pemerintah akhirnya sepakat untuk berbagi beban. Artinya, memberi sinyal tentang semangat mengatasi krisis yang besar,” kata dia, kemarin.
Menurut Piter, berbagai beban ketika bank sentral menjamin ongkos bunga penerbitan surat utang negara yang bakal diserap BI di pasar perdana dan sekunder bisa meringankan beban jangka panjang pemerintah. Pemerintah mau tidak mau menerbitkan banyak surat utang negara lantaran sumber penerimaan fiskal, seperti perpajakan, sudah tidak bisa diharapkan dalam kondisi ekonomi yang loyo seperti ini.
Peran besar yang diambil bank sentral dalam penanggulangan wabah corona juga banyak dilakukan di negara-negara lain. The Federal Reserve Amerika Serikat, misalnya, sangat rajin mencetak uang dan membeli surat utang negaranya yang hingga Mei mencapai US$ 3,5 triliun. “Kalau ada yang bilang BI jaga kepentingan lembaga dan mempertimbangkan inflasi, perekonomian secara garis besar harusnya didahulukan,” ujar Piter.
Di Indonesia, berbagai kalangan seperti pengusaha mengusulkan agar BI mencetak banyak uang baru untuk menyediakan pembiayaan bagi pemerintah hingga Rp 600-4.000 triliun. Desakan tersebut, kabarnya, juga datang dari pemerintah. Dalam sidang kabinet yang digelar 18 Juni lalu, pemerintah dan BI menghitung kebutuhan pembiayaan pemerintah. Dalam hitungan revisi kedua APBN 2020, pemerintah memperkirakan bakal ada defisit anggaran hingga Rp 1.039 triliun lantaran virus corona.
Menurut sumber Tempo yang mengetahui jalannya sidang tersebut, pemerintah meminta bank sentral bersedia menjadi penyerap surat utang negara berdenominasi rupiah. Dalam rancangan Kementerian Keuangan, bendahara umum negara bisa menerbitkan surat utang negara rupiah hingga sepekan sekali. “Global bond sudah mentok di angka US$ 6,8 miliar, pinjaman multilateral potensinya cuma Rp 111 triliun,” ujar dia. “Ya, andalannya cuma SUN rupiah.”
Belakangan, tersebar video kemarahan Presiden Joko Widodo yang dilansir resmi oleh Sekretariat Kabinet. Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan Presiden memang ingin masyarakat tahu bahwa ia ingin berbagai kebijakan stimulus penanggulangan corona berjalan lancar. Moeldoko mengatakan ada tiga kebijakan yang mendapat perhatian khusus Presiden, yakni bantuan sosial, tunjangan tenaga kesehatan, hingga program di sektor keuangan yang melibatkan BI dan OJK, seperti restrukturisasi kredit.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan lembaganya sudah berkomitmen untuk berperan lebih aktif lagi dalam penanggulangan wabah Covid-19. Selain berbagai beban bunga, dia mengatakan, BI bakal tetap membeli surat utang yang diterbitkan badan usaha agar likuiditas perbankan terjamin. “Pembelian SBN di pasar perdana juga sudah berjalan dan terealisasi sekitar Rp 30,33 triliun.”
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan adanya komitmen dari Bank Indonesia untuk membantu pembiayaan fiskal menjadi modal dalam upaya penanggulangan corona. Namun dia mengakui bahwa kepastian ketersediaan pembiayaan masih menyisakan permasalahan pada percepatan eksekusi program, seperti rendahnya realisasi program kesehatan, yang hanya mencapai Rp 1,35 triliun dari Rp 87 triliun hingga 16 Juni lalu. “Dalam program itu tak hanya insentif tenaga kerja saja, tapi insentif fiskal perpajakan juga lambat,” kata dia.
“Sebenarnya di tingkat menteri pencairan dana bisa cepat, tapi di tingkat ke bawah masih banyak yang ragu karena kalau cepat-cepat tidak teliti nanti bisa indikasi pidana.”
HENDARTYO HANGGI | ANDI IBNU
Suntikan Bank Sentral Membantu Pemulihan Ekonomi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo