Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan ingin menghentikan impor beras mulai tahun depan. Hal itu seiring program cetak sawah yang sedang digeber Kementerian Pertanian (Kementan).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ya kalau melihat cetak sawah, kemudian Pak Presiden Prabowo Subianto kan inginnya kita produksi dalam negeri. Ya jangan impor, lah. Impor itu untuk beras-beras khusus aja,” kata Arief kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa, 19 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arief mencontohkan, beras-beras khusus yang dapat dikecualikan itu yakni beras basmati dan kao hom mali. Diimpor dari Vietnam dan Thailand, beras-beras itu umumnya diperuntukkan untuk hotel dan restoran. Menurut Arief, banyak turis yang menyukai jenis beras itu.
Namun, Arief mengatakan proporsi beras impor saat ini sangat kecil, dengan volume 20 ribu ton. Kalau Kementan menyampaikan lahan pertanian bertambah 750 ribu hektare dan produksi meningkat 2,5 juta ton, pemerintah tak lagi perlu mengimpor beras.
Ketika ditanya ihwal program cetak sawah yang tak akan langsung membuahkan hasil, Arief mengatakan masih ada optimalisasi lahan. Kepada para petani, pemerintah menggenjot intensifikasi, tambahan pupuk subsidi, hingga penyediaan saluran irigasi. “Ini kami harus bantu, kami harus dorong betul-betul sama-sama untuk produksi dalam negeri. Nah itu kementerian teknis,” katanya.
Peran Bapanas, Arief mengatakan, adalah melihat neraca beras yang menjadi pertimbangan perlu atau tidaknya pemerintah mengimpor beras. Bapanas kemudian menyampaikan kepada rapat koordinasi terbatas (Rakortas) antarkementerian dan lembaga ihwal kekurangan persediaan beras itu. Adapun keputusan impor atau tidak tergantung pada keputusan rakortas atau rapat terbatas (Ratas).
Namun pada tahun depan, Arief menaksir pada waktu panen raya pada Maret dan April, produksi akan mencapai 5 juta ton setara beras. Saat itu, Perusahaan Umum (Perum) Bulog bertugas menyerap beras produksi dalam negeri. Karena itu, Arief mengatakan pentingnya dryer atau pengering agat penyerapan beras optimal.
Per akhir Oktober 2024, stok beras Bulog masih tersisa 1,5 juta ton. Realisasi pengadaan beras dari impor mencapai 2,9 juta ton dari total penugasan sebesar 3,6 juta ton pada tahun ini. Artinya, Bulog masih akan mengimpor beras sebesar 700 ribu ton hingga akhir tahun.
Sementara pengadaan dalam negeri hanya 1,08 juta ton, terdiri dari realisasi dengan skema public services obligation (PSO) sebesar 696 ribu ton dan skema komersial sebesar 387 ribu ton.