Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Begini PBNU Minta Bank Syariah Indonesia Tak Kalah dengan Bank Konvensional

PBNU berharap PT Bank Syariah Indonesia Tbk, entitas hasil merger 3 bank syariah milik Himbara, segera memiliki fokus serta rencana bisnis yang jelas.

18 Desember 2020 | 11.45 WIB

Ilustrasi bank syariah BUMN. wikipedia
Perbesar
Ilustrasi bank syariah BUMN. wikipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Pengurus Besar Nahdlatul Ulama disingkat PBNU berharap PT Bank Syariah Indonesia Tbk, entitas hasil merger tiga bank syariah milik Himbara, segera memiliki fokus serta rencana bisnis yang jelas ke depannya.

Bank Syariah Indonesia harus segera menentukan apakah akan fokus melayani nasabah segmen korporat atau ritel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua PBNU Marsudi Syuhud mengatakan Bank Syariah Indonesia harus bisa memiliki fasilitas serta layanan dan produk bertaraf internasional.

Hal ini diperlukan agar Bank Syariah Indonesia betul-betul menarik di mata masyarakat dan pasar, serta menjadi solusi bagi nasabah nasional serta global yang membutuhkan berbagai layanan keuangan syariah.

Baca juga : Mengapa Pertumbuhan Bank Syariah Indonesia Diperkirakan Melampaui Bank Konvensional?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Tidak boleh kalah dengan fasilitas bank konvensional baik dari segi IT atau layanan internasional. Kan macam-macam itu layanannya, produk-produknya harus lebih menarik dan bisa diterima oleh kebutuhan pasar," ujar Marsudi dalam keterangan tertulis, Jumat, 18 Desember 2020.

Ia mengatakan masih banyak produk baru yang bisa dikembangkan oleh Bank Syariah Indonesia pasca merger, sehingga bisa menopang model-model transaksi syariah baik nasional atau internasional. Dia menyarankan agar Bank Syariah Indonesia bisa segera meniti kerjasama dengan pemain industri keuangan dan finansial global, untuk memaksimalkan peluang-peluang di pasar keuangan internasional.

Kemudian, Marsudi berpesan agar Bank Syariah Indonesia tidak gegabah ketika hendak mengambil kebijakan yang terkait Sumber Daya Manusia (SDM) perusahaan. “Kalau ada rasionalisasi SDM, saya harap dengan kajian yang mendalam sehingga sisi mana yang harus dirasionalkan dan diperlukan. Jangan memberatkan dan jangan sampai tidak adil atas human resource yang ada,” katanya.

Pendapat senada dikemukakan Ketua PBNU Robikin Emhas. Dia berkata, kehadiran bank syariah yang kuat diperlukan Indonesia untuk menjawab kondisi semakin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah global.

Robikin menilai positif proses penggabungan tiga bank syariah milik negara yang hingga kini masih berjalan. Jika tak ada aral kendala, Bank Syariah Indonesia akan efektif beroperasi per 1 Februari 2021.

“Saya kira bagus merger bank syariah BUMN ini. Bank syariah yang kuat sangat dibutuhkan di tengah makin bergairahnya pertumbuhan ekonomi syariah di berbagai negara, termasuk di Indonesia,” ujarnya.

Bank syariah hasil merger ini digadang memiliki aset total Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun. Jumlah tersebut menempatkan bank hasil merger masuk daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset, dan TOP 10 bank syariah terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar.

Entitas hasil merger nanti bernama PT Bank Syariah Indonesia Tbk., dan berstatus sebagai perusahaan terbuka. Berdasarkan susunan pengurus yang sudah ditetapkan, bank hasil merger akan dipimpin oleh Hery Gunardi selaku Direktur Utama. Hery akan didampingi dua Wakil Direktur Utama yakni Ngatari dan Abdullah Firman Wibowo serta 7 pejabat direktur lainnya.

CAESAR AKBAR

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus