Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

BEI: Ada 21 Emiten Bakal Buyback Saham Total senilai Rp 14,97 Triliun

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut ada 21 perusahaan tercatat atau emiten yang melaksanakan buyback atau pembelian kembali saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham.

11 April 2025 | 17.55 WIB

Bursa Efek Indonesia di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Bursa Efek Indonesia di Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut ada 21 perusahaan tercatat atau emiten yang melaksanakan buyback atau pembelian kembali saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham.  BEI mengatakan total nilai anggaran untuk buyback ini sebesar Rp 14,97 triliun. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Pada perkembangannya, hingga 9 April 2025, terdapat 21 emiten yang berencana untuk melakukan relaksasi kebijakan buyback tanpa RUPS,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna dalam keterangan tertulis, Jumat, 11 April 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada Maret lalu, BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan aturan yang membebaskan emiten melaksanakan buyback tanpa RUPS.  Dalam Peraturan itu OJK menyebut ketika kondisi pasar berfluktuasi secara signifikan, perusahaan terbuka dapat buyback tanpa memperoleh persetujuan RUPS.

Dari 21 emiten itu, Nyoman Yetna mengatakan ada 15 perusahaan yang telah buyback. Dari 15 perusahaan ini ada nilai realisasi sebesar Rp 429,72 miliar. 

“Terdapat 15 dari 21 Emiten yang telah melakukan pelaksanaan buyback tanpa RUPS,” kata dia. 

BEI dan OJK, kata Nyoman Yetna, akan memantau perkembangan pasar untuk memitigasi volatilitas yang terjadi. “OJK dan IDX terus melakukan monitoring atas perkembangan pasar untuk mengambil respon kebijakan yang cepat dan tepat dalam memitigasi volatilitas pasar,” kata dia. 

Pada pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal memang bergejolak. IHSG rontok di sesi perdagangan pertama pasca libur Lebaran dan sempat terjadi penghentian perdagangan (trading halt) di awal pembukaan sesi Selasa, 8 Maret 2025. IHSG bahkan sempat turun hingga lebih dari 9,5 persen, meski indeks perlahan naik kembali sebelum menutup sesi di level 6.008,4 (-7,71 persen). 

Saham-saham bank milik negara pun turut ambles pada perdagangan sesi pertama ketika itu. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) anjlok 7,65 persen, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) minus 8,27 persen, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) ambles di 4,48 persen, PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) negatif 7,34 persen, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) juga turun 7,69 persen.  

IHSG kini telah pulih dan berada di posisi hijau. IHSG pada Kamis, 10 April 2025, kembali pulih setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunda pemberlakukan tarif impor. IHSG Kamis menguat 5,02 persen ke level 6.267,8 poin.  

Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk. Reza Priyambada mengatakan naiknya posisi IHSG ke zona hijau saat ini tak menjamin akan bertahan lama.

“Di tengah positifnya pasar, apalagi IHSG saat ini yang mulai mencoba naik, sudah pasti akan ada yang memanfaatkan kenaikan tersebut untuk profit taking, alih-alih masih adanya risiko ketidakpastian sehingga membuat kenaikan IHSG pun kemungkinan tidak sustain,” kata Reza dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat, 11 April 2025. 

Adil Al Hasan

Bergabung dengan Tempo sejak 2023 dan sehari-hari meliput isu ekonomi. Fellow beberapa program termasuk Jurnalisme Data AJI Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus