Berharap pada Pasar Baru

EKONOMI global boleh saja lesu, tapi pasar ekspor jangan dilupakan. Itu sebabnya, Badan Pengembangan Ekspor Nasional terus menggenjot pasar nontradisional seperti Afrika dan Timur Tengah tahun ini. Sejak Januari-April 2009, sudah 8 dari rencana 20 pameran diselenggarakan Badan Pengembangan di luar negeri.

Dilihat dari hasilnya, upaya tersebut memberikan harapan. Dalam berbagai pameran selama empat bulan ini, nilai transaksi yang diraih mencapai US$ 18,4 juta. Hasil terbesar, kata Sekretaris Badan Pengembangan, Ahmad Firdaus Sukmono, diperoleh dari Tripoli, Libya, sebesar US$ 11,4 juta, dan Yordania (US$ 3,3 juta). Selebihnya dari Paris, Kairo, Barcelona, Jepang, Dubai, dan Manila. ”Ada peningkatan di Timur Tengah. Di Kairo, misalnya, transaksi naik dari US$ 250 ribu tahun lalu menjadi US$ 400 ribu.

Nilai transaksi itu memang masih jauh dibandingkan target tahun ini sebesar US$ 350 juta. Tapi, jika melihat kondisi perekonomian saat ini, dari hasil berbagai ajang pameran itu, bisa dilihat bahwa permintaan pasar masih cukup stabil. Meski demikian, tantangan masih cukup besar. ”Kondisi pasar global belum sepenuhnya pulih,” kata ekonom dari Centre for Strategic and International Studies Pande Radja Silalahi.

Salah satu indikasinya adalah jatuhnya penjualan di sektor retail di Amerika Serikat, padahal sudah disuntik berbagai insentif. Turunnya tingkat konsumsi ini diperkirakan juga bakal berimbas ke pasar nontradisional yang disasar Indonesia. ”Selama konsumen masih mengerem konsumsinya, pasar ekspor masih sulit diandalkan,” kata Pande. Lagipula, perpindahan ke pasar baru minimal membutuhkan 1-2 tahun.

R.R. Ariyani