Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) menargetkan pertumbuhan pendapatan hingga 10 persen di akhir sisa 2023. Sedangkan, untuk pertumbuhan aset BFI Finance menargetkan pertumbuhan sekitar 7-10 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di sisa tahun 2023 BFI Finance juga menargetkan pertumbuhan piutang neto dan aset sekitar 7 sampai 10 persen," kata Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono dalam acara Public Expose 2023 BFI Finance secara daring pada Rabu, 22 November 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mencapai target itu, Sudjono mengatakan BFI Finance memiliki strategi pada bisnisnya. Salah satunya adalah pengembangan produk keuangan baru. "Targetnya pengembangan produk keuangan baru serta optimalisasi produk yang sudah berjalan saat ini sehingga mampu mendukung target pertumbuhan bisnis perusahaan," kata Sudjono.
Selain itu, BFI Finance juga akan melanjutkan pengembangan teknologi informasi berbasis digital. Caranya, BFI Finance akan terus mengembangkan teknologi terkini guna mendukung pengembangan bisnis perusahaan berbasis teknologi secara end to end mulai dari sisi originasi transaksi baru hingga penagihan dan pelayanan konsumen.
Sebagai informasi, BFI Finance membukukan laba bersih sebesar Rp 1,176 miliar pada kuartal III-2023. Jumlah tersebut turun 10,2 persen dari perolehan laba setelah pajak pada periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 1,3 triliun.
"Nilai pembiayaan baru atau booking sampai dengan 9M23 tercatat sebesar Rp 14,4 triliun, atau meningkat 4,3 persen QoQ dan 5,3 persen YoY," kata Sudjono.
Peningkatan ini, kata Sudjono turut mendorong total nilai piutang pembiayaan menjadi Rp 21,9 triliun atau 19,3 persen YoY. Jumlah ini termasuk pembiayaan syariah.
"Pertumbuhan bisnis yang terjadi di periode ini turut mendorong kenaikan nilai aset dari Rp 20 triliun menjadi Rp 24,1, triliun atau naik 20,8 persen YoY, namun sedikit turun 4,0 persen jika dibandingkan QoQ akibat adanya kontraksi yang terjadi dari diberhentikannya sementara sistem operasional perusahaan karena ancaman cyber," ujar Sudjono.
Atas kontraksi tersebut, ucap Sudjono, Non Performing Financing atau NPF dari total piutang yang dikelola naik sebesar 7 bps secara QoQ dan 93 bps YoY menjadi 2,02 persen. Namun nilai ini masih terjaga dengan baik di level aman atau di bawah rata-rata industri multifinance sebesar 2,66 persen sesuai data per Agustus 2023.
Pilihan Editor: Bocoran Menpan RB soal Insentif ASN ke IKN: Diprioritaskan untuk yang Pertama Pindah