Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Bisakah Perempuan Tangani Tenaga Keamanan Laki-laki? Pelatih Ini Beri Jawaban

Perempuan di bidang keamanan tak hanya memberi kontribusi penting pada strategi pencegahan kekerasan tetapi juga membuktikan keberagaman gender.

15 Juli 2024 | 22.58 WIB

Ilustrasi Satpam. Antaramews.com
Perbesar
Ilustrasi Satpam. Antaramews.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Isu keamanan pada perempuan sering dikaitkan dengan rentannya mereka pada berbagai kejahatan. Untuk bisa meningkatkan resiliensi terhadap hal negatif, partisipasi perempuan dalam sektor keamanan menjadi langkah strategis untuk mengimplementasikan program pencegahan kekerasan yang berfokus pada kebutuhan perempuan, termasuk juga menginspirasi perempuan lain untuk berperan aktif menjaga keamanan diri dan komunitas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Meski demikian, statistik menunjukkan wanita hanya membentuk sekitar 24 persen dari tenaga kerja di bidang keamanan siber secara global atau masih banyak ruang untuk peningkatan representasi perempuan di sektor ini. Di tengah dominannya laki-laki di industri keamanan, Tri Lakmawati, 50 tahun, Training Operation Leader Nawakara menonjol sebagai pemimpin perempuan yang signifikan, menginspirasi banyak wanita untuk mengikuti jejaknya. Keberadaannya memperkaya industri dengan perspektif baru dan menunjukkan keberagaman dapat mempengaruhi inovasi dan efektivitas strategi keamanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wanita yang memiliki latar belakang sebagai HRD manufaktur, pengembangan bisnis, sekaligus pegiat sosial ini tak hanya berfokus pada internal perusahaan tetapi juga aktif membawa perubahan positif di industri keamanan yang lebih luas. Baginya, berkarir di training security menjadi hal yang menyenangkan sekaligus tantangan tersendiri karena dapat mendengar kebutuhan orang-orang dan menemukan pelatihan sesuai yang dibutuhkan.

Tri menjelaskan perempuan dalam bidang keamanan tidak hanya memberikan kontribusi penting pada strategi pencegahan kekerasan tetapi juga membuktikan keberagaman gender dapat mendorong inovasi dan efisiensi dalam industri ini.

“Pengoptimalan fungsi satpam sendiri bagi saya sangat penting dilakukan agar mereka bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saya bertekad untuk menciptakan perubahan dan memperkuat strategi keamanan dengan pendekatan yang lebih inklusif. Dengan berpartisipasi di Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP) seperti Nawakara, saya berharap bisa memberi kontribusi positif hingga membesarkan training center Nawakara,” ujarnya lewat keterangan yang diterima Tempo.

Beberapa tema training telah ia lakukan, antara lain simulasi keamanan di area objek vital nasional saat terjadi ancaman bom hingga menginisiasi training untuk "Basic Survival" yang menggandeng Survivor Pecinta Alam dan Sioux Indonesia (Snake Handling). 

Rintangan perempuan di industri keamanan
Saat bekerja di lapangan, baginya strategi yang masuk akal akan bicara, tak lagi soal gender. Awalnya, ia tak jarang menemukan tantangan multifaset karena dipandang sebelah mata. Tantangan tersebut nyatanya tak hanya datang dari anak buah tetapi juga dari LSM. Namun, lewat pendekatan yang menampilkan sisi keibuan untuk menghadapi situasi yang ada di lapangan, ia berhasil mengatasi tantangan yang ada. Salah satunya menghadapi demo ibu-ibu penambang liar di salah satu proyek tambang di Jambi.

Pekerjaan tak lazim bahkan ia lakukan seperti blusukan ke berbagai daerah terpencil untuk memantau cara kerja operasional anggota yang ada di bawah kendalinya. Pada malam hari, ia mendatangi pos proyek dan menilai cara kerja satpam terkait pos kontrol. Ia menggunakan kendaraan operasional yang tidak dikenali  anggota satpam, mengamati selama beberapa menit, dan memantau apakah ada pergerakan satpam saat mobil mencurigakan datang. Ternyata, hal tersebut berhasil menarik perhatian satpam dan mendapat apresiasi.

“Awalnya orang banyak yang mengira ibu-ibu bisa dipermainkan dan dikelabui. Sebagai pimpinan yang memimpin ribuan laki-laki, sikap tegas harus dimiliki untuk mengambil keputusan di kondisi apapun. Kalau tidak, habislah kita. Sebagai orang lapangan, sangat penting menguasai strategi analitik. Jangan sampai kita hanya jadi tukang buka akses kontrol dan buka palang pintu. Saya ingin perempuan berani bersaing dengan ribuan laki-laki,” imbau Tri.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus