Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Bisnis Nyata Kantor Maya

Penyewaan kantor plus layanan fasilitas bagi pelaku bisnis pemula makin menjamur. Pemain besar global terus berekspansi.

23 Februari 2015 | 00.00 WIB

Bisnis Nyata Kantor Maya
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTUMBUHAN sektor properti yang melaju pesat dalam beberapa tahun terakhir rupanya ikut mengerek tumbuhnya bisnis lain. Ceruk usaha yang terbilang anyar itu tak kalah menggiurkan, yakni jasa layanan kantor dan kantor virtual alias tempat kerja maya. Tak cuma diisi pemain mapan seperti Marquee dan Regus, ruang bagi pendatang baru masih terbuka seiring dengan semakin tingginya permintaan, terutama bagi mereka yang baru akan memulai usaha. Dalam setahun terakhir, beberapa perusahaan asing dan lokal aktif melebarkan sayap bisnis sektor ini.

Beda dengan model sewa atau pembelian biasa, jasa layanan kantor (service office) dan virtual office ini merupakan sistem sewa eceran yang lebih fleksibel. Klien dapat menyewa satu ruang, dari yang muat belasan orang hingga yang mini dan hanya cukup untuk satu orang. Hitungan waktu sewa bisa dari satuan jam, harian, pekan, bulan, hingga tahunan. Rentang tarifnya pun beragam, dari ratusan ribu rupiah per orang per jam hingga puluhan juta rupiah per ruang per bulan.

"Fleksibilitas ini banyak dimanfaatkan oleh perusahaan baru dengan skala yang masih relatif kecil," kata Lena Thong, pendiri dan Direktur Utama PT Marquee Office Indonesia, Kamis dua pekan lalu. Target pasar lain adalah pekerja asing musiman yang tak menetap terlalu lama, juga pekerja kontrak. "Pengusaha baru cenderung menghindari risiko menyewa ruang kantor permanen," Ferry Salanto, associate director di perusahaan konsultan properti Colliers, menambahkan.

Gambaran bisnis semacam ini tak langsung terlihat ketika Tempo datang ke kantor Marquee di lantai 28 Menara Karya, Kuningan, Jakarta Selatan, dua pekan lalu. Sekilas tak ada hal khusus pada penampilan dan cara resepsionis di kantor tersebut bekerja pada Kamis siang itu. Perempuan muda bernama Ratna dengan luwes menyambut setiap tamu yang datang atau memberikan informasi yang diperlukan. Perbedaan baru akan terlihat dan terdengar ketika ia menjawab dering telepon di mejanya. Setiap kali ada panggilan datang, ternyata Ratna selalu menyebut dirinya mewakili perusahaan yang berbeda-beda.

Sekali waktu Ratna terdengar menjawab panggilan telepon dengan sapaan, "Selamat pagi, dengan PT X." Dua menit kemudian telepon kembali berdering dan dia menjawab dengan menyebut perusahaan lain. Hampir tak pernah terdengar Ratna menyampaikan kepada lawan bicaranya di seberang bahwa dia merupakan pegawai di Marquee, perusahaan tempat ia bekerja dan menggajinya.

Ratna memang bukan sembarang resepsionis. "Di Marquee, kami menyebutnya customer service relation. Dia menjawab panggilan telepon untuk semua perusahaan klien kami," Lena Thong menjelaskan. Tak kurang dari 200 perusahaan yang ditangani resepsionis seperti Ratna dan rekan-rekannya.

Marquee adalah salah satu pemain besar di industri penyedia jasa service office dan kantor maya di Indonesia. Perusahaan yang berdiri pada 2006 itu kini mengelola sekitar 10 ribu meter persegi area yang tersebar di sembilan gedung perkantoran bergengsi di Jakarta. Dari satu atau dua lantai gedung yang disewa, Marquee membaginya menjadi puluhan ruang kerja yang lebih kecil untuk diecer lagi ke perusahaan-perusahaan lain.

Menurut Lena, perkembangan bisnis service office dan kantor virtual di Indonesia masih sangat menjanjikan. Jumlah pesaingnya di level tertinggi, yang hanya menggunakan gedung-gedung grade A, masih bisa dihitung dengan jari. "Dari hanya satu lokasi di awal berdiri, tiap tahun kami bisa berekspansi," ujarnya. Tahun ini ia berencana membuka tiga area kantor baru di Jakarta dan Bali, dengan nilai investasi Rp 5-6 miliar di tiap lokasi. Tahun depan ia berniat mengembangkan sayap ke Singapura dan Shanghai, Cina. "Kami akan menjemput peluang itu ke sana."

Beda dengan Marquee, yang memulai usaha dari dalam negeri dan hendak melebar ke luar, pesaingnya justru datang dari luar dan kini aktif menyerbu pasar lokal. Salah satu yang terbesar adalah Regus Service Center, perusahaan yang didirikan Mark Dixon pada 1989 di Brussel, Belgia. Mereka jauh lebih dulu malang-melintang di bisnis ini secara global, dengan 2.000-an cabang yang terserak di 750 kota di 100 negara.

Bukan tiba-tiba Regus datang. Mereka sudah memulai langkahnya pada 2005-2006, bersamaan dengan ekspansi mereka ke 50 negara di Asia, Amerika, dan Eropa. "Kantor di Menara Kadin ini yang pertama," kata General Manager Regus, Dhike Wardhana, Rabu dua pekan lalu.

Regus kini telah memiliki total 20 kantor di tujuh kota: Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali, Balikpapan, Makassar, dan Medan. Semuanya menempati lokaksi elite. Sebab, kata Dhike, yang dibutuhkan klien ketika memutuskan menyewa layanan semacam ini adalah fasilitas kelas satu, akses yang mudah, dan alamat bergengsi untuk mengisi kolom kartu nama perusahaan mereka. "Perkembangannya luar biasa. Okupansi kantor kami rata-rata 80 persen."

Pemain baru yang datang belakangan antara lain GreenHub. Perusahaan asal Singapura ini tahun lalu baru membuka satu service office di kawasan Kasablanka. Sebagai pembeda dengan para pendahulunya, GreenHub memberi sentuhan ramah lingkungan, seperti tanaman di dalam ruang dan sistem sensor pengatur penerangan agar irit energi. Belum setahun beroperasi, mereka menyatakan tingkat hunian kantornya 70-80 persen. "Tahun ini kami ada rencana membuka satu lagi di Jakarta," kata General Manager GreenHub Erin Supriyanti.

Ragam jenis jasa sewa kantor eceran dan virtual juga terus berkembang. Bukan cuma yang bermain di gedung elite dan pencakar langit, pasar di kelas yang lebih murah juga tak kalah menarik digarap. Untuk pangsa orang-orang muda dan mereka yang memulai usaha dengan modal lebih cekak, tersedia model ruang kerja bersama atau co-working space.

Salah satu ruang kerja bersama yang cukup dikenal di Jakarta adalah Comma Co-Working Space di Jalan Wolter Monginsidi. "Kami ada sejak November 2012. Mungkin yang pertama di Jakarta," kata Ario Pratomo, salah satu pendiri Comma Working Space, saat ditemui kantornya, Rabu dua pekan lalu.

Di Comma, pengelola hanya menyediakan satu ruang sekitar 200 meter persegi dengan meja-kursi yang ditata begitu rupa hingga penggunanya merasa nyaman. Untuk bekerja di sana, harga yang harus dibayar hanya Rp 30 ribu per jam atau sekitar Rp 3 juta per bulan.

Selain Comma, ada TierSpace, yang baru berumur empat bulan. Untuk TierSpace, Rubianka Atmadja menggunakan rumahnya di Jalan Bakti di Blok S, Jakarta Selatan, untuk disewakan setelah ia rombak dengan modal tak sampai Rp 1 miliar. "Sejauh ini progresnya bagus. Saya optimistis dalam satu-dua tahun balik modal," katanya.

Pingit Aria


Terus Tumbuh

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan properti, bisnis service office dan virtual office ikut melesat. Belum genap 10 tahun sejak dimulai, sampai 2014 saja tercatat sudah ada 64 lokasi service office yang dikelola oleh 19 perusahaan di Jakarta, dan terus berkembang. Berikut ini daftar pemainnya.

Grade A
(pencakar langit di kawasan elite):
Marquee (9 lokasi), Regus (11), Fortice (5), CEO Suite (4), TEC (3)

Grade B
(gedung kelas menengah):
Nomad (2), V Office (9), Cross Coop (2), JSO (1), Greenhub (1), UE (1)

Grade C
(semacam ruang kerja bersama):
JDC (1), Effist (2), Centreflix (7), Centurion (1), Meso (1), Boutique Office (1), Ezmo Suites (1), Office Plus (1)

Pertumbuhan luas service office di Jakarta

  • 2012: 40 ribu meter persegi
  • 2013: 60 ribu meter persegi
  • 2014: 70 ribu meter persegi
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    close

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus