Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Bisnis sayuran aneh

Komoditi sayuran seperti kangkung, bayam, selada dll. Dikembangkan besar-besaran oleh beberapa perusahaan. banyak diserap oleh supermarket dan pusat pertokoan grosir di Jakarta. (eb)

15 Desember 1984 | 00.00 WIB

Bisnis sayuran aneh
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KANGKUNG aneh", dewasa ini, melenggang mengglurkan konsumen supermarket. Berbeda dari kangkung biasa, misalnya kangkung air yang dibudidayakan petani di Danau Sunter, kangkung di toko serba ada umumnya hasil bisnis pertanian (agribisnis) ladang. Berakar seperti bayam, kangkung itu juga berdaun lebih lebar dari blasa. Kangkung ini srensinya" juga lebih tinggi: harganya di supermarket Jakarta Rp 250 per ikat, atau sepuluh kali harga kangkung biasa. Bukan cuma kangkung. Iagung manis, bayam, selada, sawi putih, loba, tlmun, dan sayuran lain yang disukai orang asing, seperti wortel, kentang, dan tomat, juga melanda pasar kelas menengah ke atas. Komoditi-komoditi tersebut kini diproduksi besar-besaran oleh, misalnya, anak perusahaan Astra, PT Jaya Pirusa, juga oleh pengusaha supermarket Kem Chiks, Bob Sadino. Artis Doris Callebout sudah mulai mencoba beragribisnis, hasilnya kentang. Sedang Rina Hasyim menghasilkan jagung. Areal yang dikembangkan Jaya Pirusa di Jati Sempurna, Bekasi, seluas 23 hektar. Modal yang ditanamkan sekitar Rp 300 juta sebagian besar habis untuk pengairan dan sarana lain. Dimulai sejak 23 Desember 1983, selama setahun, Jaya Pirusa baru mencoba-coba berbagai jenis pertanian sayur, sekaligus melakukan riset pemasaran. Dari hasil pengamatan itu pimpinan proyek, Krisna R. Sempurnadjaja, optimistis bahwa ruang gerak di bidang agribisnis tidak seketat di industri mobil dan motor. Sekitar 12 macam sayuran yang dikembangkan Jaya Pirusa, semuanya diserap hanya oleh supermarket dan pusat pertokoan grosir di Jakarta. Kesulitan yang dihadapi, menurut Krlsna, masalah bibit. Sepertl tomat, kacang panjang, dan selada (lettuce) harus diimpor dari Taiwan, Jepang, dan Singapura. Hasil pembibitan dalam negeri baru bisa diharapkan 2-3 tahun mendatang.Jaya Pirusa menggaji 130 tenaga harian di bawah pimpinan tiga sarjana IPB yang dibantu tujuh tenaga ahli menengah pertanian. Dalam bisnis pertanian ini, memang penyerapan tenaga kerja masih diperhatikan, sementara belum dianggap perlu penerapan teknologi tinggi. Bisnis pertanian sayur yang dikembangkan Bob Sadino, di atas tanah seluas 23 hektar di sekitar Jakarta (Cilangkap, Pamulang, Gloto, dan Grendeu), juga masih dikerjakan secara semimekanis. Ia memang sudah mulai mencoba sistem hidroponik, yakni penggunaan media pertanian dari busa dan serbuk gergaji, seperti yang dilihatnya di Belanda dan Jepang. Bekerja sama dengan beberapa sarjana ITB, proyek yang menggunakan hidroponik di Jawa Barat dan di kebun percobaan di Balikpapan ternyata berhasil, kendati belum seperti di negara maju. Pengembangan tomat, misalnya, kalau petani biasa hanya menghasilkan 1 kg per m2, pertanian Bob Sadino bisa menghasilkan 12 kg. Sedangkan di Belanda konon bisa mencapai produksi 30 kg. Bob Sadino belum berpikir untuk mengejar teknologi negara maju. Ia merasa masih terlalu banyak teknik produksi dan pemasaran produksi agribisnisnya yang belum dikembangkan secara mendasar. Misalnya, bagaimana mencari varietas sayuran yang disukai orang asing yang banyak bekerja di Indonesla. Aster kecil kumng, misalnya, banyak ditanyakan konsumen di toko serba adanya. Untuk sementara, konsumen pribumi masih menjadi sasaran pemasaran bisnis pertanian Bob Sadino. Setiap hari, sekitar empat ton sayuran, mulai dari kangkung, bayam, kacang panjang, sampai ke bumbubumbuan, seperti sumiko, habis dijual diJakarta. Bisnis seperti ini, menurut Bob Sadino yang telah memulainya sejak 1981 "membeli gengsi masyarakat kelas menengah atas". Jagung manis bisa laku Rp 300 per buah, sedangkan harga jagung petani biasa di pasar cuma Rp 50. Sedangkan kangkung, yang dikemas rapi di Kem Chiks, dijual Rp 1.000 per ikat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus