Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penjualan Tol Palimanan
PELUANG PT Bhaskara Utama Sedaya menjual sebagian saham PT Lintas Marga Sedaya, pemegang konsesi proyek pembangunan jalan tol Cikampek-Palimanan, ke Plus Expressways Berhad (Malaysia) semakin terbuka. Jalan kian lempang setelah PT Jasa Marga setuju untuk melepas 15 persen kepemilikan sahamnya di Lintas Marga ke Bhaskara yang juga pemilik 85 persen saham Lintas.
Kata sepakat tercapai dalam rapat di kantor wakil presiden pada 29 Mei lalu, yang dipimpin Muhammad Abduh, staf ahli Wakil Presiden. Dalam notulen rapat disebutkan saham dijual seharga Rp 937,5 juta. Adapun penandatanganan akta jual-beli akan dilakukan paling lambat dua pekan setelah rapat. “Setelah Jasa Marga bersedia menjual sahamnya, persoalan beres,” kata seorang sumber seperti dikutip Koran Tempo.
Sekretaris Perusahaan Jasa Marga, Okke Marlina, mengaku tidak mengetahui hasil pertemuan di kantor wakil presiden karena tidak ikut hadir. Namun, dia menegaskan pelepasan saham itu melalui prosedur baku, termasuk meminta izin kepada pemerintah sebagai pemegang saham Jasa Marga. “Pekan lalu, surat pemberitahuannya sudah kami kirimkan,” katanya kepada Tempo, Jumat lalu.
Bhaskara berniat menjual 55 persen saham Lintas ke Expressways, karena pembangunan tol yang ditenderkan 10 tahun silam ini tak kunjung bisa direalisasi akibat kesulitan pendanaan. Padahal, pemerintah telah menetapkan tenggat pembiayaan proyek adalah 16 Juni 2007.
Rencana penjualan ini sempat terganjal Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005. Sebab, berdasarkan aturan itu, pengalihan konsesi tidak diperbolehkan jika ruas jalan tol belum beroperasi (Tempo, 4 Juni 2007). Belakangan, rencana ini menuai kontroversi karena tersiar kabar kantor sekretariat wakil presiden mengusulkan revisi aturan itu. Padahal, PT Bukaka Teknik Utama milik keluarga Kalla merupakan salah satu pemilik saham Bhaskara.
Rekening Liar Akan Ditutup
DEPARTEMEN Keuangan akan menutup rekening liar di semua kementerian. “Dananya disetor ke kas negara,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Senin pekan lalu. Rekening liar yang dimaksud Sri adalah rekening milik kementerian atau lembaga negara yang tidak didaftarkan ke Departemen Keuangan. Rekening ini biasanya menampung penerimaan dana nonbujeter yang seharusnya disetorkan ke kas negara.
Dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan dan Departemen keuangan telah ditemukan 5.195 rekening liar. Sebanyak 3.195 rekening ditemukan pada Februari lalu senilai Rp 17,6 triliun. Sisanya, 2.000 rekening diketahui pada akhir bulan lalu. Dari 80-an rekening yang telah ditutup, negara menjaring Rp 5,5 triliun.
Anggota BPK, Baharudin Aritonang, mengatakan, jumlah rekening liar bakal bertambah jika pemeriksaan diperluas ke daerah. Meski belum ada indikasi kerugian negara, keberadaan rekening ini menyalahi peraturan karena tidak dilaporkan ke Menteri Keuangan. “Kalau dibiarkan, bisa digunakan untuk nilep,” ujarnya saat dihubungi Tempo pada Jumat lalu. Menurut Sri Mulyani, peraturan Menteri Keuangan yang mengatur soal ini akan keluar pekan ini.
Suku Bunga BI Turun Lagi
RAPAT Dewan Gubernur Bank Indonesia pada Kamis pekan lalu memutuskan menurunkan suku bunga bank sentral (BI Rate) 25 basis poin dari 8,75 persen menjadi 8,50 persen. Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI, Budi Mulya, mengatakan keputusan ini didasari oleh membaiknya kondisi perekonomian lokal dan keuangan global. “Termasuk prospek pencapaian sasaran inflasi tahun ini enam plus-minus satu persen,” ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, inflasi alias kenaikan harga barang dan jasa sepanjang Mei lalu hanya 0,1 persen. Pada April bahkan terjadi deflasi 0,16 persen. Akibatnya, inflasi Januari-Mei baru 1,84 persen. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu mencapai 2,41 persen. Dalam rentang setahun, inflasi dari Mei 2006 hingga Mei 2007 (year on year) pun hanya 6,01 persen.
Membaiknya perekonomian makro, menurut Budi, juga tecermin pada laju pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 5,97 persen. Stabilitas moneter ditandai dengan penguatan rupiah ke level Rp 8.800 per dolar Amerika. Cadangan devisa pun bertambah hingga mencapai US$ 50,9 miliar. Penurunan suku bunga BI ini merupakan yang kelima kalinya dalam tahun ini. Pada akhir 2006, suku bunga masih 9,75 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo