Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Optimistis di Tengah Stigma Negatif Industri Fintech

Amartha mencoba bertahan di tengah beragam kejadian yang mencoreng industri fintech. Fokus ke pendanaan untuk UMKM dan ibu-ibu.

23 Februari 2025 | 15.00 WIB

Pendiri dan CEO PT Amartha Mikro Fintek Andi Taufan Garuda Putra di Amartha Village, Jakarta, 11 Februari 2025. Tempo/Ratih Purnama
Perbesar
Pendiri dan CEO PT Amartha Mikro Fintek Andi Taufan Garuda Putra di Amartha Village, Jakarta, 11 Februari 2025. Tempo/Ratih Purnama

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Chief Executive Officer Amartha Andi Taufan Garuda Putra makin berhati-hati mengelola bisnisnya di tengah masalah di industri fintech.

  • Amartha mencoba menjaga pembiayaan tak bergeser dari akar mereka, yaitu pendanaan kepada UMKM serta komunitas ibu rumah tangga di desa.

  • Khusus untuk pinjaman produktif, tren permintaan modal kerja berpotensi untuk tumbuh signifikan.

SEPANJANG 2024, industri financial technology atau fintech menjadi sorotan, tapi bukan karena prestasi. Sejumlah kasus mencuat, seperti merebaknya platform pinjaman online ilegal, meningkatnya kredit macet serta gagal bayar di perusahaan peer to peer lending, sampai manipulasi laporan keuangan. Situasi ini memperparah musim dingin yang terjadi di dunia teknologi. Fenomena winter tech yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan pendanaan dari investor menurun dan melambatnya pendapatan perusahaan teknologi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menyaksikan kondisi ini, Andi Taufan Garuda Putra makin berhati-hati dalam mengelola PT Amartha Mikro Fintek, perusahaan peer to peer lending yang ia dirikan pada 2010. Chief Executive Officer Amartha ini mencoba menjaga pembiayaan tak bergeser dari akar mereka, yaitu pendanaan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta komunitas ibu rumah tangga di desa atau kota tier 2 dan 3. “Buat orang mungkin membosankan, tapi cara ini membuat kami nyaman dengan risikonya,” tutur Taufan saat bertemu dengan Tempo di kantornya pada 11 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dalam penyaluran pembiayaan, Amartha mencoba mengantisipasi kegagalan dengan mengukur profil risiko menggunakan teknologi credit scoring berbasis akal imitasi (AI) serta pendampingan langsung mitra oleh tenaga lapangan. Hal ini juga yang memicu rasio kredit macet atau non-performing loan di Amartha terjaga di kisaran 2 persen.

Taufan pernah menjadi Staf Khusus Presiden Joko Widodo. Ketika itu, dia sempat membuat kontroversi setelah melayangkan surat berkop Sekretariat Kabinet tertanggal 1 April 2020 kepada para camat untuk mendukung kerja sama program antara pemerintah dan Amartha perihal Relawan Desa Lawan Covid-19.

Taufan dianggap memanfaatkan jabatannya dalam melancarkan program kerja sama perusahaannya dengan pemerintah. Dia akhirnya meminta maaf dan menarik kembali suratnya itu. Pada 24 April 2020, Taufan pun mengundurkan diri sebagai Staf Khusus dengan alasan ingin mengabdi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, terutama yang menjalankan UMKM. Salah satu fokus yang dikembangkan Taufan bersama Amartha.

Meski sentimen negatif menyelimuti industri fintech, Taufan optimistis dengan bisnisnya. Kepada Vindry Florentin, dia menjelaskan alasannya. Pria yang hobi berlari ini juga berbagi cerita lain seputar rencananya mengembangkan Amartha. Berikut petikan wawancara Tempo dengan Taufan:

Pendiri dan CEO PT Amartha Mikro Fintek Andi Taufan Garuda Putra di Amartha Village, Jakarta, 11 Februari 2025. Tempo/Ratih Purnama

Dengan kondisi industri seperti sekarang, bagaimana cara Amartha menarik minat investor?

Kami sejak awal membangun bisnis secara prudent. Fokusnya tuh sustain secara sehat. Jadi fokusnya memang ke kualitas. Fokus kami itu bagaimana menjaga portofolio tetap sehat dan bagaimana berfokus kepada borrowers yang memang usahanya berkembang. Kalau ada yang pinjamannya macet, kami belajar supaya tidak terulang lagi.

Di kami, banyak bank yang masuk. Amartha sudah dipercaya lebih dari 30 institusi, baik dari perbankan maupun investor. Setiap kali mereka masuk, pasti melakukan due diligence. Jadi kami benar-benar menjaga governance prosesnya. Hal itu yang membuat kami bisa meyakinkan berbagai pihak walaupun stigma industrinya sedang kurang bagus.

Apakah winter tech akan menghambat pertumbuhan bisnis Amartha?

Winter tech memang menjadi tantangan tersendiri di industri teknologi. Namun perusahaan teknologi dapat membuktikan, dengan performa keuangan yang sehat dan terus bertumbuh serta bisnis model yang berkelanjutan, investor akan datang dan bekerja sama.

Apa tantangan buat bisnis P2P lending tahun ini?

Salah satu tantangan terbesarnya adalah membangun dan memelihara kepercayaan stakeholder di tengah dinamika yang sedang terjadi. Yang juga jadi tantangan adalah tekanan dari kondisi eksternal perusahaan. Misalnya bagaimana mitra Amartha menjaga keluarganya agar jangan sampai kena judi online. Contoh lain seperti saat beberapa waktu lalu terjadi susah elpiji 3 kilogram, mitra kami kesulitan berdagang sehingga pembayaran agak goyang. Nah, volatilitas ini tidak bisa kami kontrol.

Bagaimana Anda melihat tren permintaan pinjaman tahun ini? Apa yang akan jadi faktor pendorong?

Khusus untuk pinjaman produktif, tren permintaan modal kerja berpotensi tumbuh signifikan. Porsi penyaluran ke wilayah luar Pulau Jawa berpotensi tumbuh. Beberapa hal mendorong meningkatnya permintaan pembiayaan, dari ketidakpastian ekonomi hingga sulitnya mencari pekerjaan, sehingga membuat masyarakat mulai berpikir untuk berwirausaha dan membutuhkan permodalan.

Andi Taufan Garuda Putra

Pendidikan

  • 2004-2007: S-1 Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung
  • 2015-2016: S-2 Master of Public Administration dari Harvard University

Karier

  • 2010-sekarang: CEO Amartha
  • 2019-2020: Staf Khusus Presiden Indonesia
  • 2008-2009: Business Consultant, IBM

Berapa total pembiayaan Amartha sekarang?

Amartha sudah menyalurkan lebih dari Rp 23 triliun modal kerja kepada lebih dari 2,7 juta UMKM akar rumput di seluruh pelosok negeri, kecuali Aceh, Maluku, dan Papua.

Kenapa belum ada di tiga daerah itu?

Masalah prioritas saja. Kami bertahap akan ke sana. Baru tahun lalu kami masuk ke Kalimantan dan akan berfokus di sana dulu.

Apa tidak tertarik untuk masuk ke pembiayaan konsumtif?

Pasar UMKM besar, ada 50 juta UMKM. Belum lagi ngomongin ibu-ibu yang jumlahnya bisa 30 juta sendiri. Jadi itu dulu-lah.

Amartha tahun lalu mengakuisisi perusahaan leasing Bosowa Multi Finance. Bukan untuk mulai masuk pembiayaan konsumtif?

Kami justru mau memberi value bahwa multifinance not necessarily harus konsumtif, tidak harus motorcycle financing, tidak harus buat mobil. Bisa buat UMKM juga. Itu OJK dan APPI (Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia) senang kami masuk karena Amartha memberi kontribusi untuk bangun produktif UMKM di industri multifinance juga.

Tadi disinggung Amartha berfokus pada UMKM, khususnya perempuan. Apa alasannya?

Mission kami sejak awal tidak berubah, yaitu bagaimana bisa membantu masyarakat akar rumput, bottom of the pyramid, bisa hidup lebih baik secara financial. Dari ibu-ibu kami belajar bahwa, kalau komunitas UMKM, terutama ibu-ibu, diperkuat, masyarakat di desa jadi lebih kuat. Dari sisi kredit macet juga, kami bagus, karena UMKM-nya ibu-ibu semua. Lebih bagus-lah kualitas NPL-nya itu terbukti di kami.

Apa rencana ekspasi Amartha tahun ini?

Amartha berfokus pada pengembangan ekosistem layanan keuangan inklusif yang lebih komprehensif sehingga dapat menjangkau lebih banyak UMKM akar rumput. Kami ada produk Celengan bagi mereka yang mau menabung, AmarthaLink yang bisa membantu transaksi tarik dan setor tunai di warung terdekat, dan Modal untuk mengakses pembiayaan produktif. Kami juga akan berekspansi ke wilayah timur Indonesia, baik menambah jangkauan di Kalimantan, Sulawesi, maupun Bali dan Nusa Tenggara.

Sejak kapan Anda mengenal social entrepreneurship hingga memutuskan mendirikan Amartha?

Ketika bekerja di IBM dua tahun jadi lebih mengenal Indonesia karena banyak ke pelosok melihat Indonesia. Ternyata Indonesia setimpang itu. Ekonominya tidak merata. Belajar dari situ, mulai mencari apa kira-kira yang bisa dibantu. Lalu ketemulah konsep microfinancing yang bisa membantu komunitas, orang-orang di daerah, mendapatkan modal usaha untuk menjalankan bisnis mereka. Mulainya dari situ. Saya juga berpikir bagaimana caranya menciptakan bisnis yang tidak cuma profit, tapi juga bisa memberikan dampak ke komunitas.

Anda terlihat aktif mengikut lomba lari, bahkan sampai ke luar negeri. Kenapa memilih lari?

Lari dimaknai sebagai upaya untuk push to the limit, menikmati setiap progresnya, hingga tidak terasa kita sudah tumbuh berkali-kali lipat.

Apa target Anda untuk perusahaan dalam lima tahun ke depan?

Menjangkau dan mendigitalkan puluhan juta UMKM akar rumput di seluruh Indonesia dan menghadirkan ekosistem keuangan inklusif yang inovatif.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus