Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bisnis Sepekan

9 April 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dubai Danai Monorel

SETELAH terkatung-katung selama setahun, pendanaan pembangunan jalur monorel di Jakarta akhirnya menemui titik terang. Konsorsium Bank Dubai setuju membiayai proyek senilai US$ 500 juta (sekitar Rp 4,5 triliun) itu. "'Kami telah bertemu dan mereka menyetujui memberikan pinjaman," kata Direktur Operasional PT Jakarta Monorail, Sukmawaty Syukur, di Jakarta, Senin pekan lalu.

Konsorsium menyanggupi setelah mendapat surat pendukung (support letter) dari Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menjamin kelangsungan proyek tersebut. Dana yang akan dipinjamkan sekitar US$ 480 juta. Sisanya dibiayai oleh konsorsium lokal, yang terdiri dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank DKI.

Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, telah meresmikan pembangunan jalur monorel yang direncanakan sejak masa Presiden Megawati Soekarnoputri itu pada 17 Februari 2006. Targetnya selesai Oktober tahun ini, tapi kemungkinan besar bakal molor karena terganjal soal pembiayaan tadi. Membentang sepanjang 40,8 kilometer, di jalur ini akan dibangun 27 stasiun.

Yamaha Salip Honda

DOMINASI sepeda motor Honda mulai tergusur. Setelah puluhan tahun berada satu tingkat di bawah Honda pada Maret lalu, penjualan sepeda motor Yamaha berhasil melampaui pesaingnya itu. Data penjualan Asosiasi Industri Sepeda Motor menunjukkan penjualan sepeda motor Yamaha jenis MIO, Vega R, dan Jupiter MX mencapai 159.035 unit (43,7 persen pangsa pasar). Angka ini sedikit di atas penjualan sepeda motor Honda sebanyak 151.074 unit (41,5 persen).

Persaingan ketat menduduki posisi puncak di industri sepeda motor nasional terjadi sejak dua produsen otomotif asal Jepang ini hadir di Indonesia puluhan tahun lalu. Tahun lalu, Honda masih berjaya dengan penjualan mencapai 2,3 juta unit, melebihi Yamaha yang hanya 1,46 juta unit. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi, Gunadi Sindhuwinata, persaingan bakal semakin seru. "Yang pasti, Honda sebagai pemain lama tak akan tinggal diam," ujarnya.

Badan Baru Lumpur Lapindo

SEBUAH badan baru dibentuk untuk menggantikan tugas Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur di Sidoarjo. Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan, lembaga baru itu akan bernama Badan Penanggulangan Lumpur Lapindo. Pengurus badan itu terdiri atas seorang kepala, wakil, dan tiga deputi. "Itu yang kami usulkan ke Presiden, dan kalau disetujui," ujarnya kepada pers, Kamis pekan lalu. Selain itu, akan diangkat anggota Dewan Pengawas dan Pengarah.

Siapa yang bakal didapuk memimpin lembaga baru itu, Djoko masih mengunci mulut. "Nantilah, masih dipilih-pilih. Presiden yang memutuskan," katanya. Yang jelas, sejumlah kandidat telah digodok dalam rapat di Departemen Energi, Selasa pekan lalu, yang dihadiri oleh Menteri Koordinator Perekonomian Boediono, Menko Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie, dan sejumlah menteri di bawah dua kementerian itu.

Tim Nasional Lumpur Lapindo dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 13 Tahun 2006 yang diteken pa-da 8 September 2006. Seharusnya masa tugas tim ini berakhir 8 Maret, enam bulan sejak dikeluarkannya keputusan tersebut. Namun, pemerintah memperpanjang tugas tim sebulan lagi sambil menunggu badan baru terbentuk.

Bumi Jual,Tata Beli

PT Bumi Resources menerima tawaran Tata Power Company. Anak perusahaan Grup Bakrie itu, Ahad dua pekan lalu, menjual 30 persen sahamnya di PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia kepada konglomerasi asal India itu senilai US$ 1,3 miliar (sekitar Rp 11,7 triliun).

Dari kesepakatan itu, plus pembelian 10 juta ton batu bara dari KPC, Tata kini memiliki sumber bahan bakar untuk pembangkit listrik berkapasitas 7.000 MW yang tengah dibangunnya di kawasan pantai barat India. "Kami sudah bisa memenuhi setengah dari batu bara yang dibutuhkan," kata S. Ramakrishnan, Direktur Keuangan Tata. Sedangkan Bumi akan menggunakan duit hasil penjualan itu untuk membayar utang US$ 988 juta. "Perseroan terbebaskan dari utang tahun ini," kata Nalinkant Rathod, Komisaris Bumi.

Bumi memutuskan menjual saham minoritas di dua perusahaan tambang batu bara itu setelah niatnya menjual seluruh saham ke PT Borneo Lumbung Energi senilai US$ 3,2 miliar (Rp 29 triliun) kandas tujuh bulan lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus