Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis retail segmen departemen store atau swalayan mengalami masa yang menantang sepanjang 2024. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) misalnya, berencana menutup 13 tokonya tahun ini. PT Hero Supermarket Tbk (HERO) juga melakukan strategi pengalihan bisnis retail swalayannya ke anak perusahaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manajemen Matahari mengatakan saat ini tengah melakukan penyesuaian terkait portofolio gerainya. Ada rencana pengurangan jumlah gerai dengan performa rendah. Setidaknya, ada 20 gerai yang dalam pemantauan kinerja. Matahari juga berencana menutup 13 gerai miliknya tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Selain itu, rencana renovasi untuk gerai strategis juga sedang berjalan,” tulis manajemen Matahari dalam keterangan resminya 30 Oktober 2024 lalu.
Per kuartal ketiga 2024, Matahari mencatat penurunan pendapatan bersih sebesar 1,3 persen dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, laba bersih juga turun dari Rp631 miliar menjadi Rp622 miliar di kuartal ketiga 2024.
Selain Matahari, PT Hero Supermarket Tbk pada 19 April 2024 lalu mengumumkan telah menandatangani conditional sale and purchase agreement untuk mengalihkan bisnis retail Hero Supermarket kepada PT Hero Retail Nusantara. Pengalihan bisnis Hero Supermarket bernilai Rp135 miliar sebelum pajak.
Setelah itu, pemegang saham PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) sepakat mengubah nama perseroan menjadi PT DFI Retail Nusantara Tbk. Keputusan yang diambil pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu, 4 Desember 2024 lalu ini jadi salah satu langkah lanjutan dari Hero untuk fokus di unit usaha IKEA dan Guardian.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Solihin, mengatakan bisnis retail segmen departemen store cukup mengalami tekanan di 2024. Menurutnya, salah satu tantangan yang dihadapi departement store adalah peralihan tren konsumen.
“Matahari sudah memproklamirkan akan tutup beberapa gerai. Sekarang konsumen mencari yang bagus tapi murah,” ujar Solihin saat dihubungi Tempo, Selasa, 17 Desember 2024.
Menurut Solihin, saat ini department store tengah menerapkan strategi efisiensi operasional agar tetap bertahan. Salah satunya dilakukan dengan pengurangan karyawan hingga mengurangi luasan sewa bangunan. “Dulu biasanya sewa 500 meter, sekarang 200 meter,” kata dia.
Terlebih, kata dia, sejumlah swalayan atau department store bukan menjual kebutuhan primer masyarakat. Berbeda dengan segmen minimarket, yang penjualan utamanya adalah kebutuhan pokok sehari-hari.
Sementara itu, ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Mohammad Faisal, menyatakan tekanan yang dialami department store didorong oleh penurunan daya beli. “Agregat permintaan menurun, salah satunya karena kelas menengah yang melemah,” kata Faisal, Rabu, 18 Desember 2024.
Faisal menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebut ada penurunan kelas menengah di Indonesia hingga 9,7 juta orang dibandingkan sebelum pandemi. Menurutnya, berdasarkan kajian CORE Indonesia, penurunan itu bukan hanya karena kondisi wabah Covid-19. Pasalnya, penurunan kelas menengah juga masih terjadi setelah pandemi mereda.
Selain karena permasalahan daya beli, Faisal menganggap redupnya bisnis swalayan besar diakibatkan perubahan tren belanja masyarakat setelah pandemi. Ia mengatakan masyarakat berubah memilih belanja yang lebih dekat atau lewat layanan daring. Segmen minimarket, kata dia, relatif lebih bisa bertahan karena sebarannya yang dekat dengan konsumen.