TAM, yang genap berusia 20 tahun, terpaksa merevisi target penjualannya. Namun, omset Rp 1 trilyun tetap dipertahankan. BARU sekali ini, Honda disalip Toyota. Kejutan ini terungkap, ketika Toyota Astra Motor (TAM) mengumumkan hasil penjualannya pekan lalu. Menurut Direksi TAM, selama tujuh bulan pertama tahun ini, pihaknya telah menjual 6.500 unit sedan Toyota. Itu berarti, dalam bisnis sedan di Indonesia, Toyotalah yang kini memimpin pasar. Honda, yang pada tahun-tahun lampau selalu melaju di muka, sekarang merosot ke peringkat kedua. Sepanjang periode yang sama, penjualan sedan Honda hanya mencapai sekitar 5.000 unit saja. Ini bagaikan "bonus" impian bagi TAM, yang pekan ini merayakan ulang tahun ke-20. Ternyata, dari omset 6.500 unit itu, mayoritas penjualan masih ditempati oleh sedan kecil Toyota Starlet, yang harganya berkisar antara Rp 33 juta dan Rp 35 juta. Sedan 1.300 cc ini rata-rata laku 400 unit per bulan, atau 2.800 unit sepanjang tujuh bulan. Sementara itu, sedan-sedan Toyota yang mahal -- seperti Crown Royal Saloon yang berharga antara Rp 99 juta dan Rp 120 juta per unit -- terjual 50 unit saja sebulan. Yang lumayan adalah penjualan sedan Corolla dan Corona -- masing-masing laku 350 buah dan 150 buah sebulan. Becermin pada angka-angka itu, jelaslah, Toyota sampai kini masih bertumpu pada si Kijang. Tak urung ada kabar buruk pekan lalu, yang begitu santer menyebutkan bahwa gara-gara kebijaksanaan uang ketat, produk-produk TAM juga tak lolos dari guncangan (termasuk Kijang). Malah beberapa surat kabar menyebutkan, penjualan Toyota anjlok 20%. Benarkah? "Sama sekali tidak," bantah Rudyanto Hardjanto, Presdir TAM, yang bersama-sama empat direkturnya menguraikan banyak hal tentang kemajuan yang dicapai perusahaannya. Bahkan, jika dibandingkan tujuh bulan pertama tahun 1990, TAM mengalami kenaikan penjualan sekitar 17,7%. Namun, dengan prestasi itu, bukan berarti TAM lolos dari sergapan uang ketat. Paling tidak, manajemennya yakin bahwa target untuk tahun ini (90 ribu unit) tidak akan tercapai. "Paling banter, kami bisa mencapai 75 ribu unit. Itu pun sudah termasuk bagus," kata Rudyanto. Mau tidak mau TAM harus berupaya ekstrakeras. Misalnya saja, TAM terpaksa mengkreditkan sedan Corollanya, untuk masa 10 bulan, tanpa bunga. Alasannya, kalau mobil terlalu lama di gudang, biaya uangnya sangat besar. Jadi, lebih baik rugi bunga tapi sudah pasti terjual. Ini diutarakan oleh Sumitro Surachmad, salah seorang direktur TAM. Akibatnya, TAM terpaksa merogoh Rp 30 milyar untuk biaya promosi, tahun lalu biaya ini hanya Rp 25 milyar. Upaya lain -- masih untuk mendongkrak pasar -- TAM, juga semakin gencar membidik pasar ekspor. Ekspor blok mesin Kijang ke Jepang, misalnya, sepanjang periode Januari-Juni lalu telah mencapai 37 ribu unit. Dalam waktu yang bersamaan, 4.500 unit mesin lengkapnya dijual ke Malaysia. Akan halnya ekspor berupa mobil lengkap, TAM sudah melakukannya ke Papua Nugini dan Brunei Darussalam. Hasilnya, ekspor perusahaan ini, sepanjang enam bulan, mencapai 25 juta dolar atau 38% dari total ekspor produk otomotif yang dibuat oleh Grup Astra. Perusahaan yang beraset Rp 300 milyar ini boleh dikatakan paling maju jika dibandingkan dengan para pesaingnya. TAM kini sudah mampu membuat blok mesin sendiri. Dan dengan suplai komponen dari 100 subkontraktor, ketergantungan Kijang pada komponen impor tinggal 27% saja. Maka, TAM tetap menjadi andalan Astra. Tahun lalu, mampu mencetak omset Rp 1 trilyun, yakni 20% dari total penjualan yang diraih Grup Astra. Budi Kusumah dan Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini