Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Ibnu Fajar mengatakan pelibatan pemain baru, seperti PT Vivo Energy Indonesia, dalam penyaluran bahan bakar minyak atau BBM satu harga masih sangat dimungkinkan. Pasalnya, daerah yang perlu dijangkau pun menurut dia sangat luas.
"Kita punya luas wilayah 5,2 juta kilometer persegi, sebanyak 1,9 juta kilometer persegi daratan, ini kan luar biasa. Jadi, menurut saya, semakin banyak pemain justru bagus," katanya di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jumat, 3 November 2017.
Simak: November 2017, BBM Satu Harga Baru Terlaksana di 26 Titik
Dia mencontohkan pemain baru yang hadir dalam penyaluran BBM satu harga, yakni PT Aneka Kimia Raya (AKR). "Kemudian mungkin Vivo juga akan mengajukan karena ada keinginan juga pada saat peresmian itu untuk membangun lembaga penyalur di Maluku," ujarnya. "Ini sangat terbuka, tapi bukan dengan prosedur yang sekarang, ya. mungkin akan kita lelangkan tahun depan."
Apabila akhirnya Vivo ditugaskan untuk menyalurkan BBM satu harga, perusahaan penyalur asal Belanda itu mesti menyalurkan BBM dengan RON 88, bukan RON 89 seperti yang disalurkan saat ini. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Presiden Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM.
Mengenai harga, Ibnu mengatakan akan menyerahkan hal tersebut kepada perhitungan pemerintah, yang memang memiliki wewenang. Meskipun saat ini Vivo menjual BBM beroktan 89 dengan harga Rp 6.100 per liter, pemerintah menetapkan harga BBM RON 88 penugasan Rp 6.550 per liter.
Ihwal kemungkinan Vivo terlibat dalam penyaluran BBM satu harga, Direktur Hilir Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Harya Adityawarman mengatakan hal tersebut akan dibicarakan dalam rapat Senin mendatang. "Kita evaluasi apakah memang badan usaha itu bisa ditugaskan atau enggak," ucapnya.
Realisasi program BBM satu harga per 1 November 2017 belum mencapai 50 persen dari target tahun ini. Pelaksana harian Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, Saryono Hadiwidjoyo, mengatakan baru 26 penyalur yang beroperasi dari target 54 penyalur pada tahun ini.
Ke-26 titik itu tersebar mulai Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
"Sebanyak 18 titik masih on-progress. Jadi sedang tahap pembangunan dan direncanakan tahun ini diresmikan," tuturnya.
Selain itu, masih ada 10 titik lagi yang saat ini sudah direncanakan, tapi masih belum masuk ke tahap pembangunan. Sepuluh penyalur ini sedang dalam proses perizinan untuk bisa membangun stasiun penyalur.
CAESAR AKBAR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini