Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bremen Buka Pintu

40 pengusaha & pejabat bremen, jerman barat datang ke indonesia. memberi kesempatan luas bagi ekspor indonesia, termasuk hasil perikanan sebaliknya kapal penangkap ikan dibikin di bremen.

15 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NEGARA bagian terkecil di Republik Federasi Jerman adalah Bremen -- seluas 404 KmÿFD. Cuma dua saja kotanya: Bremen dan Bremerhaven Keduanya adalah kota pelabuhan. Walaupun terkecil dalam areal, peranannya dalam perdagangan dan pelayalan di Federasi itu tergolong raksasa. Dari situlah minggu lalu datang ke Jakarta satu delegasi pengusaha dan pejabat (lebih 40 orang), mengadakan seminar dan dialog dengan para pengusaha dan pejabat Indonesia. Tujuannya adalah promosi. Di Jakarta, biasanya orang segera menarik kesimpulan bahwa para pengunjung seperti itu dari Jerman Barat tentu ingin menjual lebih banyak. Maka suasana menyambut mereka pun agak dingin. Indonesia mengalami defisit besar dalam perdagangannya dengan RFJ. Impor Indonesia dari RFJ lebih dua kali lipat, dibanding ekspornya ke sana. Belum kelihatan bagaimana caranya supaya bisa berimbang. Indonesia berdagang dengan RFJ itu, menurut Menhub Emil Salim ketika membuka seminar tersebut, ibarat satu petinju kecil melawan Mohamad Ali, si juara dunia. Potensi pasar di Indonesia cukup besar untuk hasil industri RFJ. Tapi soalnya ialah apakah si kecil ini dibiarkan defisit terus-terusan? Delegasi Bremen rupanya agak berbe da. Pendekatannya justru bertujuan membeli lebin banyak dari Indonesia, menurut Senator Dieter Tiedemann, yang mengetuai delegasi itu dalam percakapan dengan TEMPO. Sudah terbukti bahwa impor RFJ via Bremen dari Indonesia adalah 10 kali, dibanding jumlah pengapalan barang dari Bremen ke Indonesia. "Kami ingin membantu Indonesia supaya bisa lebih banyak melewati Bremen untuk memasuki RFJ dan pasaran Eropa umumnya," kata Tiedemann. Sejak 1959, Bremen menjadi tempat pelelangan tembakau Indonesia yang dipindahkan dari Amsterdam karena sengketa Irian Barat. Sesudah hubungan Indonesia-Belanda bersahabat kembali (1963), berkali-kali ada usaha untuk membawa kembali tembakau Indonesia ke Amsterdam. Tapi ternyata Bremen tetap dipertanankan, karena cukup menguntungkan. Belakangan ini, omzet tembakau Indonesia di Bremen sekitar $ 39 juta/tahun, lebin 11% di atas rata-rata tahunan selama dasawarsa terakhir. Selain tembakau - yang akhir-akhir ini mulai disaingi juga oleh yang masuk dari negara Kamerun di Afrika - Brcmen kini nampaknya mencoba menarik kopi, teh, tapioka, kayu, harang setengahjadi dan ikan dari Indonesia. Ikan? Ya, ruang bergerak bagi nelayan Bremen makin sempit dengan adanya perkembangan di Konperensi Hukum Laut. Maka terpikir olehnya untuk membantu Indonesia, yang mempunyai perairan luas, untuk menangkap ikan. Dengan peti kemas dingin, demikian gaga$an delegasi Bremen itu, ikan Indonesia akan hisa diangkut ke Eropa. Kapal khusus untuk itu, kalau perlu, tak akan sulit bagi Bremen membikinnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus