NEGARA bagian terkecil di Republik Federasi Jerman adalah
Bremen -- seluas 404 KmÿFD. Cuma dua saja kotanya: Bremen dan
Bremerhaven Keduanya adalah kota pelabuhan. Walaupun terkecil
dalam areal, peranannya dalam perdagangan dan pelayalan di
Federasi itu tergolong raksasa. Dari situlah minggu lalu datang
ke Jakarta satu delegasi pengusaha dan pejabat (lebih 40 orang),
mengadakan seminar dan dialog dengan para pengusaha dan pejabat
Indonesia. Tujuannya adalah promosi.
Di Jakarta, biasanya orang segera menarik kesimpulan bahwa para
pengunjung seperti itu dari Jerman Barat tentu ingin menjual
lebih banyak. Maka suasana menyambut mereka pun agak dingin.
Indonesia mengalami defisit besar dalam perdagangannya dengan
RFJ. Impor Indonesia dari RFJ lebih dua kali lipat, dibanding
ekspornya ke sana. Belum kelihatan bagaimana caranya supaya bisa
berimbang. Indonesia berdagang dengan RFJ itu, menurut Menhub
Emil Salim ketika membuka seminar tersebut, ibarat satu petinju
kecil melawan Mohamad Ali, si juara dunia. Potensi pasar di
Indonesia cukup besar untuk hasil industri RFJ. Tapi soalnya
ialah apakah si kecil ini dibiarkan defisit terus-terusan?
Delegasi Bremen rupanya agak berbe da. Pendekatannya justru
bertujuan membeli lebin banyak dari Indonesia, menurut Senator
Dieter Tiedemann, yang mengetuai delegasi itu dalam percakapan
dengan TEMPO. Sudah terbukti bahwa impor RFJ via Bremen dari
Indonesia adalah 10 kali, dibanding jumlah pengapalan barang
dari Bremen ke Indonesia. "Kami ingin membantu Indonesia supaya
bisa lebih banyak melewati Bremen untuk memasuki RFJ dan pasaran
Eropa umumnya," kata Tiedemann.
Sejak 1959, Bremen menjadi tempat pelelangan tembakau Indonesia
yang dipindahkan dari Amsterdam karena sengketa Irian Barat.
Sesudah hubungan Indonesia-Belanda bersahabat kembali (1963),
berkali-kali ada usaha untuk membawa kembali tembakau Indonesia
ke Amsterdam. Tapi ternyata Bremen tetap dipertanankan, karena
cukup menguntungkan. Belakangan ini, omzet tembakau Indonesia di
Bremen sekitar $ 39 juta/tahun, lebin 11% di atas rata-rata
tahunan selama dasawarsa terakhir.
Selain tembakau - yang akhir-akhir ini mulai disaingi juga oleh
yang masuk dari negara Kamerun di Afrika - Brcmen kini nampaknya
mencoba menarik kopi, teh, tapioka, kayu, harang setengahjadi
dan ikan dari Indonesia. Ikan? Ya, ruang bergerak bagi nelayan
Bremen makin sempit dengan adanya perkembangan di Konperensi
Hukum Laut. Maka terpikir olehnya untuk membantu Indonesia, yang
mempunyai perairan luas, untuk menangkap ikan. Dengan peti kemas
dingin, demikian gaga$an delegasi Bremen itu, ikan Indonesia
akan hisa diangkut ke Eropa. Kapal khusus untuk itu, kalau
perlu, tak akan sulit bagi Bremen membikinnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini