BADAN Koordinasi Penanaman Modal biasanya bergerak lamban.
Setiap investor yang pergi ke situ harus sabar, jaga tekanan
darah, dan dianjurkan supaya rajin datang berulangkali. Ketua
BKPM, Barli Halim, dan stafnya yang cukup ramah dan tak pernah
bosan menerima aplikasi baru, pasti sabar pula. Tapi belakangan
ini makin sedikit jumlah orang yang datang ke situ. Tahun lalu,
misalnya, cuma 34 aplikasi yang masuk -- jumlah paling rendah
sejak pemerintah Orde Baru membuka pintu tahun 1967 untuk
investasi asing. Angka yang jatuh itu rupanya mendorong
pemerintah untuk meninjau sifat koordinasi yang dimiliki BKPM.
Maka minggu lalu keluarlah dua Keputusan Presiden (no. 53-54)
tahun 1977 yang bertujuan membuat BKPM supaya bisa bekerja
cepat, jangan membiarkan investor menunggu lama.
Dengan dua Kepres itu, menurut Menpan Sumarlin, BKPM kini
menjadi one-stop investment service center (terjemahan: pusat
yang melayani permohonan investasi tanpa bertele-tele, tanpa
banyak birokrasi. Semua persoalan yang menyangkut departemen
atau instansi lain akan bisa diselesaikan lewat BKPM. Investor
tak perlu lagi mengurus ke sana-sini.) Sejak semula memang
demikianlah pengertian orang terhadap BKPM, terutama sejak ia
bertugas menampung aplikasi untuk keduanya PMA dan PMDN. Namun
dalam prakteknya, kata Sumarlin kepada pers, keputusan BKPM yang
menolak atau menyetujui sesuatu aplikasi barulah diketahui satu
tahun atau lebih kemudian. Ini dulu. Untuk hari-hari mendatang
ini diharapkan dalam tiga bulan sudah bisa BKPM memutuskannya,
demikian Sumarlin. Atas semua jasa yang diberikan pada calon
investor, Barli Halim menyambung pula, BKPM tak akan menarik
bayaran. Terjemahan lagi: tanpa pungli.
Tak Sabar
Rencana investasi asing (PMA) sampai dengan Agustus lalu bersisa
780 proyek (non-minyak) yang meliputi $ 6.559 juta. Jumlah sisa
itu setlah dihitung proyek PMA yang mengundurkan diri atau yang
beralih ke PMDN. Dengan demikian tidaklah ia jauh berada di atas
rencana PMDN yang meliputi Rp 2.274,7 milyar atau sekitar $
5.481 juta (2.612 proyek) sampai dengan waktu yang sama. Besar
dugaan bahwa jumlah rencana PMDN malah akan bisa menyusul,
mengingat tingkat kenaikan rencana PMA makin kecil. Tingkat
kenaikannya itu terasa jatuh sekali ke $ 228 juta saja pada
tahun lalu - terendah sejak 1970.
Banyak hal yang menyebabkan berkurangnya animo investor asing
datang ke Indonesia. Kelambanan prosedur dan birokrasi hanya
salah satu sebab. Mereka umumnya berhitung berapakah bisa
dipungut kembali dari setiap dollar yang ditanam. Dan kondisi di
Indonesia, meskipun ada stabilitas nasional, belum menarik betul
dalam perhitungan itu, terutama untuk investasi besar. Modal
Jepang, misalnya, kini tertarik untuk pergi ke Amerika. Sedang
modal Amerika yang sudah ada di luar negerinya mungkin mau
pulang saja jika pemerintahan Carter tidak memberi kelongrah
pajak.
Kebetulan Daftar Skala Prioritas dari BKPM makin mempersempit
pintu bagi modal asing untuk proyek investasi yang kiranya bisa
dikerjakan oleh modal domestik. Proyek gampang itu dulu dibuka
seluasnya pada modal asing. Itu tidak bisa iagi, terutama sejak
peristiwa Januari 1974.
"Tidaklah bisa dihindari di suatu negeri berkembang bahwa harus
ada tekanan politik lokal terhadap meluasnya usaha swasta
asing," berkata Dubes AS, David D. Newsom minggu lalu. Newsom
berbicara - pidato perpisahan dengan para wira-swasta Amerika di
negeri ini-sebelum pindah ke Manila: "Ada hasrat rakyat setempat
untuk memperoleh bagian lebih besar dalam pemilikan, manajemen,
dan pekerjaan trampil dari perusahaan besar. Terdapat -- mari
kita menghadapinya - suatu kecurigaan umum terhadap perusahaan
multinasional. Ada suatu perasaan di bawah permukaan bahwa
cara-cara Barat mungkin tak cocok untuk Indonesia."
Investor, menurut kesan Newsom, perlu memahami masalah negeri
ini yang sedang bergulat melawan birokrasi dan pungli. "Negeri
ini adalah penting bagi kawasan ini dan bagi Amerika Serikat,"
kata Newsom lagi. "Sektor swasta memainkan peranan penting dalam
hubungan ini."
Tapi agaknya investor tak sabar untuk memahaminya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini