Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Bukan Cuma Darah Biru

31 Desember 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GRUP Bakrie boleh jadi salah satu kelompok usaha yang berhasil memadukan potensi ”darah biru” para ahli waris takhta kerajaan bisnisnya dan tenaga profesional yang andal. Sepeninggal Achmad Bakrie pada 1988, imperium bisnis yang di­rintis pada 1942 ini beralih ke tangan anak-anaknya.

Si sulung, Aburizal Bakrie, memegang kendali utama lewat PT Bakrie Investindo, payung perusahaan-perusahaan yang mayoritas sahamnya dikuasai keluarga. Sedangkan dua adiknya, Nirwan Bakrie dan Indra Bakrie, menakhodai PT Bakrie Capi­tal Indonesia dan PT Bakrie & Bro­thers (B&B).

Langkah terobosan dibuat pada 1991 ketika manajer andal Tanri Abeng ditarik Grup Bakrie dari PT Multi Bintang Indonesia—dengan nilai transfer Rp 1 miliar—untuk memimpin B&B. Namun, ketika Tanri dipercaya menjadi Menteri Pendayagunaan BUMN di akhir pemerintahan Presiden Soeharto pada 1998, pucuk pimpinan B&B kembali beralih ke tangan Indra.

Tidak lama. Empat tahun kemudian, posisi itu kembali dipercayakan kepada seorang profesional, Gafur Sulistyo Umar. Di tangannyalah B&B, yang sempat terpuruk, perlahan mulai bangkit bersama unit bisnis Grup Bakrie lainnya.

Aburizal kemudian memutuskan lengser penuh dari segala urusan bisnis setelah didapuk menjadi Menteri Koordinator Perekonomian pada 2004. Peran Ical—panggilan akrab Aburizal—sebagai orang nomor satu di imperium bisnis Bakrie diambil alih Nirwan. Kini, meski Nirwan pun tak lagi duduk di jajaran direksi ataupun komisaris, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia M.S. Hidayat yakin ahli strategi bisnis ini masih menjadi otak utama Grup Bakrie.

Kejelian membidik bisnis batu bara, kata Hidayat, salah satu kunci sukses kebangkitan Grup Bakrie. ”Sekarang terbukti strategi mereka benar,” ka­tanya, ”Harga batu bara melambung.” Mereka inilah tulang punggung di balik kebangkitan raksasa bisnis itu.

Nirwan D. Bakrie, 56 tahun Jarang tampil ke publik membuat Nirwan memang kalah pamor dari kakak tertuanya, Aburizal Bakrie. Tapi, menurut sejumlah orang dalam dan kolega Grup Bakrie, sesungguhnya ­dialah ”otak” bisnis Grup Ba­krie. Pe­ran sang abang lebih pada urus­an negosiasi dan lobi politik. Karena itu, ketika Aburizal lengser, master of business administration (MBA) dari University of Southern California, Amerika Serikat, ini tak gamang menerima tongkat estafet.

Nalinkant A. Rathod, 57 tahun Pria berkebangsaan India ini sudah malang-melintang di mancanegara, termasuk Singapura, sebelum akhir­nya nyemplung total ke Grup Bakrie. Melihat posisinya sebagai komisaris di berbagai unit bisnis Bakrie, seperti di Bakrie Telecom dan Energi Mega Persada, serta presiden komisaris di Bumi Resources, ia termasuk orang kepercayaan keluarga Bakrie.

Anindya Novyan Bakrie, 33 tahun MBA dari Stanford Graduate School of Business, California, Amerika Serikat, pada 2001 ini merupakan gene­rasi ketiga imperium bisnis Grup Ba­krie. Dialah putra tertua Aburizal, yang tengah dipersiapkan menjadi putra mahkota kerajaan bisnis Bakrie. Ujian pertamanya, menghidupkan PT Cakrawala Andalas Televisi (ANTV), yang sempat limbung, sejak 2002, terbilang cukup berhasil. Setahun kemudian, ia dipercaya memimpin PT Ba­krie Telecom Tbk. Di tangannya, laba bersih perusahaan telekomunikasi ini per September lalu naik hampir 120 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah pelanggan pun naik lebih dari dua kali lipat menjadi 2,9 juta orang.

Ari S. Hudaya, 48 tahun Sebagai Presiden Direktur PT Bu­mi Resources, yang dijabatnya sejak­ enam tahun lalu, ia punya peran pen­ting membesarkan salah satu tambang duit terpenting Grup Bakrie itu. Di bawah kendali lulusan Institut Teknologi Bandung pada 1983 ini, Bumi mengakuisisi dua perusahaan tambang batu bara: PT Arutmin Indonesia dan PT Kaltim Prima Coal. Berkat langkah itu, Bumi kini tercatat sebagai salah satu perusahaan tambang batu bara terbesar di dunia. Sejak 11 Mei 2007, ia juga dipercaya menjadi presiden komisaris di PT Energi Mega Persada.

Gafur S. Umar, 39 tahun Pria yang akrab disapa Bobby ini putra Sucipto Umar, kawan dekat Ach­mad Bakrie. Bermula dari Assistant of Chairman Bakrie & Brothers pada 1995, karier MBA dari University of Arkansas, Amerika Serikat, ini terus melejit. Dua tahun kemudian, dia ditunjuk menjadi Manajer Proyek untuk Restrukturisasi dan Akuisisi di Ba­krie & Brothers, sebelum pada 2002 didapuk menjadi presiden direktur. Kini ia menjabat pula presiden komisaris di Bakrie Telecom dan komisaris di sejumlah perusahaan milik Bakrie.

Grace S. Gandhi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus