Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

5 Strategi Ubah Pengetahuan Jadi Tindakan untuk Raih Kesuksesan

Banyak orang-orang percaya bahwa berpengetahuan luas akan mendatangkan kesuksesan. Benarkah selalu begitu?

26 Desember 2024 | 22.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi diskusi. Dok. Freepik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kesuksesan adalah salah satu impian  atau bahkan tujuan banyak orang yang ingin diraih dalam hidupnya. Untuk mewujudkannya, hal dasar yang dilakukan orang-orang adalah mengumpulkan pengetahuan untuk menjadi bekal meraih kesuksesan. Namun ternyata berpengetahuan yang luas saja tidak cukup, lantas apa saja yang menjadi kunci dibalik kesuksesan itu? 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banyak orang-orang percaya bahwa berpengetahuan luas akan mendatangkan kesuksesan. Hal itu sering terlihat dari banyak orang yang pintar atau berprestasi di masa sekolah juga akhirnya berhasil memiliki karir yang mapan dan bisa dianggap sukses. Meski begitu, nilai  kesuksesan setiap orang bisa jadi berbeda-beda, dan begitu pula dengan prosesnya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari laman Psychology Today, memiliki pengetahuan terhadap sesuatu atau banyak hal memang sangat baik namun itu tidak cukup untuk menghasilkan hal positif atau kesuksesan. Kuncinya adalah adalah menerapkan pengetahuan itu. 

Craig Barkacs, MBA, JD,  seorang profesor hukum bisnis di Sekolah Bisnis Universitas San Diego, mengungkapkan kesenjangan antara pemahaman teoritis dan penerapan praktis dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi gambaran mengenai perbedaan mengetahui-melakukan. 

Ia pun mencontohkan, saat banyak orang tahu bahwa menjaga gaya hidup sehat melalui pola makan, olahraga, dan tidur sangat penting untuk kesejahteraan. Pengetahuan ini tersebar luas dan tidak kontroversial, namun berapa banyak orang yang secara konsisten menerapkannya dalam praktik sehari-hari?

Lebih lanjut, Craig yang juga berprofesi sebagai pengacara itu menyebut bahwa masalah utamanya terletak pada ilusi bahwa mengetahui sesuatu sama dengan menguasainya. Mengetahui saja, kata dia, tidak akan menciptakan perubahan yang berarti—penerapanlah yang akan menciptakannya.

Dan seringkali penerapan tersebut membutuhkan berbagai usaha keras, kegigihan, termasuk kemauan untuk mengubah perilaku yang sudah mengakar. Hal tersebut menjadi tantangan utama bahkan banyak orang yang memiliki pengetahuan akhirnya tak bergerak untuk mencapai kesuksesan itu. Karena tak sedikit orang yang justru merasa takut terhadap perubahan yang mungkin terjadi dan tidak siap untuk itu, menurut Healthline

Kendala-kendala untuk mengubah prilaku disebabkan oleh beberapa hal, namun bisa terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Secara internal, perubahan perilaku mengharuskan kita untuk keluar dari pola-pola yang sudah dikenal, yang menuntut usaha dan kesadaran diri. Secara eksternal, lingkungan dan budaya kita sering kali menghambat perubahan positif.

Meski begitu, menerapkan pengetahuan menjadi tindakan tentu bukanlah hal yang sulit, karena banyak yang telah berhasil mengatasinya. Craig pun memberikan lima strategi untuk mengubah pengetahuan menjadi tindakan. 

Berikut adalah lima pendekatan praktis, yang didasarkan pada ilmu perilaku, yang dapat menjadi titik awal menggapai kesuksesan:

1. Fokus pada Kebiasaan, Bukan pada Kemauan
Penelitian dari sebuah studi Universitas Duke mengungkapkan bahwa lebih dari 40% tindakan manusia sehari-hari didorong oleh kebiasaan, bukan keputusan yang disadari. Ini artinya, perubahan perilaku jangka panjang tidak dapat hanya bergantung pada kemauan keras atau motivasi, karena keduanya bersifat sementara. Sebaliknya, individu harus mengubah tindakan yang diinginkan untuk diwujudkan dengan merubahnya menjadi kebiasaan, perilaku otomatis yang membutuhkan sedikit atau tanpa usaha mental.

2. Mulai dari Hal Kecil
Karena evolusi dan kimia otak, manusia secara alami menolak perubahan yang signifikan, terutama saat perubahan tersebut terasa sangat membebani. Para ahli seperti James Clear  (Atomic Habits) dan BJ Fogg (Tiny Habits) menekankan pentingnya memulai dengan kebiasaan  kecil yang mudah dikelola. 

Misalnya, daripada berkomitmen untuk melakukan latihan selama satu jam, mulailah dengan hanya tiga kali push-up sehari. Tujuannya adalah untuk mengurangi gesekan sehingga otak tidak punya alasan untuk menolak.

3. Harus Spesifik Tentang Waktu dan Konteks
Sasaran yang samar seperti “menjadi lebih empati” atau “membaca lebih banyak” bisa jadi tak memberi perubahan yang berarti. Sebaliknya, buatlah sasaran dengan konteks dan waktu yang lebih jelas. 

Misalnya daripada mengatakan “membaca lebih banyak,” coba ubah menjadi “Saya akan membaca selama 15 menit setiap malam sebelum tidur.”

BJ Fogg menyebut pendekatan ini sebagai habit anchoring (juga dikenal sebagai habit stacking ), di mana individu mengaitkan kebiasaan baru dengan kebiasaan yang sudah ada. 

4. Optimalkan Lingkungan 
Lingkungan sekitar dapat memengaruhi kemampuan individu untuk mengadopsi kebiasaan baru secara signifikan. James Clear menyarankan untuk membangun kebiasaan baru di lingkungan agar tindakan yang diinginkan dapat dilakukan semudah mungkin.

Misalnya, jika ingin membina percakapan yang bermakna dengan pasangan saat makan malam, cobalah untuk menyimpan daftar topik diskusi atau pertanyaan menarik di meja. Perubahan lingkungan yang sederhana ini mengurangi beban kognitif dalam memulai percakapan dan meningkatkan kemungkinan untuk mempraktikkan kebiasaan tersebut.

5. Sertakan Hadiah
Perubahan perilaku lebih mudah jika disertai dengan penguatan positif langsung. Tantangannya adalah kebiasaan baik sering kali memberikan imbalan yang tertunda, sementara kebiasaan buruk memberikan kepuasan instan. Oleh karena itu, belajarlah memperhatikan dan menghargai imbalan jangka pendek yang lebih halus dari kebiasaan baik.

BJ Fogg, menyarankan untuk merayakan kemenangan kecil sendiri —misalnya, mengepalkan tangan dan berkata, "Saya berhasil!" Atau, Charles Duhigg (The Power of Habit) merekomendasikan hadiah kecil yang nyata, seperti memanjakan diri dengan secangkir kopi atau menonton satu episode acara favorit. Kuncinya adalah menjaga hadiah yang masuk akal dan terkendali sehingga tidak menjadi kebiasaan buruk yang baru. Seiring waktu, hadiah eksternal ini dapat membantu mempertahankan motivasi hingga hadiah intrinsik dari kebiasaan tersebut menjadi nyata.

PSYCHOLOGY TODAY | HEALTHLINE
Pilihan editor: Tanda Orang Iri pada Kesuksesan Anda

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus