Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

BUMN Istaka Karya Dinyatakan Pailit, Arti Perusahaan Pailit?

Seorang debitur memenuhi syarat untuk dinyatakan pailit hanya apabila debitur telah dalam keadaan insolven.

20 Juli 2022 | 12.13 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Pailit atau Bangkrut. kemenkeu.go.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat resmi memutuskan PT Istaka Karya (Persero) pailit atau bangkrut. Putusan pengadilan Niaga bertanggal 12 Juli 2022 bernomor 26/Pdt.Sus — Pembatalan Perdamaian/2022/PN Niaga Jkt. Pst jo No. 23/Pdt.Sus — PKPU/2012/PN Niaga Jkt. Pst tersebut disampaikan oleh tim kurator pada Jumat, 15 Juli 2022. 

Arti Pailit

Pailit adalah sebuah situasi dimana pihak debitur tidak mampu atau kesulitan untuk membayar utang-utang atau uang pinjaman dari kreditur atau pemberi pinjaman uag, dan pengadilan menyatakan pailit.

Perusahaan yang gagal mengembalikan uang pinjamannya kepada kreditur saat jatuh tempo, perusahaan itu bisa-bisa terkena pailit. Jika kasus ini terjadi, maka perusahaan atau kreditur yang memberinya uang pinjaman akan melaporkan situasi ini ke pengadilan.

Pengadilan nantinya akan menunjuk seorang kurator untuk mengurus dan menjual aset-aset perusahaan yang gagal membayar tersebut, dan uangnya diserahkan kepada kreditur

Saat ini segala pengaturan mengenai kepailitan berpedoman pada Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang kepalitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang “UU Kepailitan”. Menurut Pasal 1 angka 1 UU Kepailitan.

"Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini."

Kemudian syarat-syarat untuk dapat dinyatakan pailit ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan.

"Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya."

Dilansir dari  buku Sejarah, Asas, dan Teori Hukum Kepailitan, karya Sutan Remy Sjahdeini  permohonan pernyataan pailit terhadap seorang debitur hanya dapat diajukan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

Debitur terhadap siapa permohonan itu diajukan harus paling sedikit mempunyai dua kreditur, atau dengan kata lain harus memiliki lebih dari satu kreditur.

Debitur tidak membayar lunas sedikitnya...


Debitur tidak membayar lunas sedikitnya satu utang kepada salah satu krediturnya. Utang yang tidak dibayar itu harus telah jatuh waktu dan telah dapat ditagih (due and payable).

Lebih lanjut Sutan Remy Sjahdeini  menjelaskan bahwa debitur yang tidak membayar utangnya kepada kreditur bukan hanya terjadi karena debitur tidak dapat membayar utangnya tersebut, melainkan dapat pula karena karena debitur tidak mau membayar utangnya. Tegasnya, debitur bukan tidak memiliki ability to repay, tetapi tidak memiliki willingness to repay.

Dalam hal debitur tidak memiliki willingness to repay, bukan selalu karena debitur beriktikad tidak baik. Misalnya karena kreditur telah menyerahkan barang tapi tidak sesuai dengan spesifikasi sebagaimana yang telah diperjanjikan. Akibatnya debitur tidak bersedia melunasi utangnya karena adanya iktikad buruk dari kreditur.

Oleh karena itu, seorang debitur memenuhi syarat untuk dinyatakan pailit hanya apabila debitur telah dalam keadaan insolven. Disebut insolven apabila nilai seluruh utang debitur melebihi jumlah seluruh asetnya.

Oleh karena itu, Pengadilan Niaga harus menolak pengajuan  sengketa perdata antara debitur yang tidak insolven (nilai asetnya masih melebihi nilai utang) dengan pihak lain. Sebagai gantinya, perkara tersebut diajukan sebagai sengketa wanprestasi (ingkar janji) ke Pengadilan Negeri dan bukan perkara kepailitan.

Wewenang Pengajuan Permohonan Pernyataan Pailit Bank BUMN

Pada prinsipnya baik debitur atas permohonannya sendiri atau kreditur dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan. Akan tetapi UU Kepailitan membedakan secara khusus terkait siapa yang berwenang untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit atas BUMN.

Dalam hal debitur adalah BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Yang dimaksud dengan "BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik" adalah badan usaha milik negara yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham.

Frasa “BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham” merupakan bentuk BUMN Perusahaan Umum (“Perum”) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 UU BUMN.

"Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan."

Atas kesesuaian definisi tersebut dapat dikatakan bahwa wewenang pengajuan pailit oleh Menteri Keuangan di dalam UU Kepailitan hanya berlaku bagi BUMN berbentuk Perum.

Dengan demikian, Menteri Keuangan tidak berwenang untuk mengajukan permohonan pailit atas bank BUMN yang berbentuk PT. Sebaliknya, dikarenakan bergerak di bidang perbankan dan tunduk di bawah UU Perbankan dan perubahannya, maka yang berhak mengajukan permohonan pernyataan pailit adalah Bank Indonesia.

IDRIS BOUFAKAR
Baca juga : Minta Urusan Pesangon Tidak Ikuti UU Kepailitan, Eks Pilot Merpati: Kemungkinan Tak Dibayar

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus