SEYOGIANYA pers di Amerika bebas memberitakan. Tidak selalu.
Ternyata 'pengekangan' sebelum publikasi juga ada di sana,
seperti yang dialami Progressive, majalah bulanan yang
merencanakan cerita berjudul: The H-Bomb Secret (Rahasia Bom
Hidrogen).
Sebelum diterbitkan, naskah cerita itu rupanya beberapa pekan
lalu membuat ledakan tersendiri. Asal mulanya sang redaktur
mengirim satu kopi ke DOE (Departemen Energi) di Washington
untuk menanyakan kebenaran beberapa fakta. Pejabat DOE kontan
meminta supaya majalah itu tidak menerbitkan cerita begitu
karena dikuatirkan negara lain akan pandai pula membuat Bom-H.
Sebaliknya, majalah itu berpendapat bahwa masyarakat perlu
mengetahuinya supaya bisa mendebat kebijaksanaan nuklir.
Akhirnya, pemerintah AS meminta pengaruh Hakim Distrik Robert
Warren di Milwaukee. Dengan dasar Undang-undang tahun 1946
tentang Tenaga Atom, yang melarang penyiaran informasi rahasia
mengenai senjata nuklir, Warren memang bertindak, dan buat
sementara berhasil menyetop cerita itu."Saya mau berpikir-pikir
dulu sebelum saya berikan bom hidrogen kepada (Presiden Uganda)
Idi Amin," kata sang hakim.
Tiada Beralasan
Kasus media ini paling menggegerkan seJak Ne York Times tahun
1971 dengan peristiwa Pentagon Papers. Dokumen itu mengungkapkan
sejarah keterlibatan pemerintah AS dalam perang Vietnam.
Percetakan NYT ketika itu sedang berputar tapi pihak berwajib
menyetopnya supaya dokumen tadi tidak tersiar demi kepentingan
negara. Kemudian pengadilan berpendapat bahwa 'pengekangan' itu
tiada beralasan. "Meski pun begitu," demikian tajuk NYT tentang
peristiwa Progressive, "pemerintahan tempo hari, juga yang
sekarang ini, telah sami mawon terlalu cepat membikin alasan
untuk membenarkan penyensoran dan membuat diri mereka partners
dalam mengedit buku, jurnal atau koran."
Terbit di Madison, Wis., Progressive yang sudah berusia 70 tahun
itu mempunyai oplah 40.000. Artikel bom itu sedianya akan dimuat
dalam edisi Mei yang mulai cetak 26 Maret. Howard Morland, 36
tahun, seorang penulisfreelance. telah mengumplkan bahan
naskahnya mengenai bom tadi dari kunjungan yang diatur
pemerintah ke beberapa proyek atom, dari interpiu dan literatur
ilmiah.
"Sesungguhnya penulis kami," tulis Pemimpin Redaksi Progressive
Erwin Knoll seperti yang disiarkan International Herald Tribune,
"mengikuti pekerjaan rutin biasa seorang wartawan yang rajin.
Dia membaca buku dan material umum lainnya. Dia melakukan
interpiu banyak di antaranya diatur Departemen Energi dan
dihadiri para pejabat DOk. Dia tidak memakai cara-cara illegal,
dan tidak pula berusaha menyembunyikan identitasnya atau
maksudnya."
Lima negara -- AS, Uni Soviet, Inggeris Raya, Perancis dan RRC
--telah membikin dan mentes ledakan bom hidrogen. Knoll
mengemukakan bahwa negara-negara lain tidak ikut membikinnya
bukan karena tidak memiliki "rahasia" bom itu, melainkan karena
mahalnya dan kemampuan industrinya terbatas.
Tujuan Progressive dengan cerita bom itu, kata Knoll lagi, bukan
saja untuk mengungkapkan betapa kurang beralasan "mistik
rahasia" itu, tapi juga untuk menyebarkan informasi berfaedah
apalagi rakyat Amerika perlu turut mengambil keputusan tentang
hal-hal penting yang menyangkut kepentingan umum -- seperti
pencemaran lingkungan, bahaya kesehatan, pengawasan persenjataan
dan prioritas belanja pemerintah. Jadi, apakah Knoll
bertanggungjawab?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini