Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

CSIS Sebut Program Biodiesel B35 dan B40 Gibran Berpotensi Rusak Lingkungan

Center for Strategic and International Studies (CSIS) menyoroti pernyataan calon wakil presiden nomor urut 3 Gibran Rakabuming ihwal Biodiesel B35 dan B40 dalam Debat Cawapres semalam. Gibran mengklaim program tersebut terbukti menurunkan impor minyak dan mendorong nilai tambah dan lebih ramah lingkungan.

22 Januari 2024 | 13.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengkritik pernyataan calon wakil presiden nomor urut 3 Gibran Rakabuming yang menyebut program Biodiesel B35 dan B40 terbukti menurunkan impor minyak dan mendorong nilai tambah serta lebih ramah lingkungan. Menurut Research Associate, Climate Research Unit CSIS Via Azlia Widiyati, transisi energi menggunakan bahan nabati seperti B35 dan B40 justri berpotensi menyebabkan kerusakan lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Karena pada dasarnya program ini biasanya menyebabkan eksternalitas (dampak negatif) yang dihasilkan dari proses pengembangan bioenergi berbasis sawit terhadap lingkungan di Indonesia," kata Via dalam diskusi di Jakarta pada Senin, 22 Januari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menegaskan agar pemerintah jangan hanya fokus pada parogram ini. Menurutnya, pengembangan B35 dan B40 ini bisa mengakibatkan terjadinya berbagai masalah lingkungan. Antara lain, eksploitasi izin sawit dan deforestasi. Selain itu, program tersebut juga hanya akan memindahkan emisi dari sektor energi menjadi sektor FOLU (Forestry and Other Land Use) atau eksploitasi hutan. 

Dengan demikian, CSIS menilai pemerintah perlu mengkaji lebih lanjut soal Program B35 dan B40 ini. Sebab berdasarkan penelitian tahun lalu, Via mengungkapkan belum ada hasil yang optimal dari energi berbasis nabati ini, baik dari segi teknis maupun ekonomi. 

Gibran dalam debat calon presiden pada Ahad, 21 Januari 2024, mengklaim program B35 dan B40 telah menurunkan ketergantungan Indonesia pada energi fosil. Perhitungan pemerintah, kebijakan B35 akan menyerap 13,15 juta kiloliter biodiesel bagi industri dalam negeri. Implementasi kebijakan juga diperkirakan akan menghemat devisa sebesar USD10.75 miliar dan meningkatkan nilai tambah industri hilir sebesar Rp16,76 triliun. Kebijakan B35 juga diproyeksikan akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 34,9 juta ton CO2. Gibran dalam debat tersebut menyatakan akan terus mendorong energi hijau berbasis bahan baku nabati, bioetanol, bioavtur, biodiesel.

Mengutip Cek Fakta Tempo, belum ada bukti yang menunjukkan bahwa impor minyak di Indonesia turun karena B35 dan B40. Indonesia baru meluncurkan program Biodiesel 35 persen atau B35 pada Rabu, 1 Februari 2023. B35 adalah campuran minyak sawit (CPO) 35 persen dengan minyak solar 65 persen. Sementara untuk penerapan B40 baru akan dilakukan pada 2024. 

Namun data dari Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak mentah RI selama Januari-Agustus 2023 tercatat mencapai 11,42 juta ton. Angka ini melejit 17 persen dibandingkan periode yang sama pada Januari-Agustus 2022 yang mencapai 9,77 juta ton.

BPS juga mencatat pada September 2023 Indonesia mengimpor minyak mentah 1,88 juta ton. Jumlahnya meningkat 29 persen dibanding September tahun lalu. Dengan demikian, total volume impor minyak Indonesia, yakni gabungan impor minyak mentah dan hasil minyak, pada September 2023 mencapai 4,08 juta ton. Angka itu bertambah sekitar 10 persen dibanding September tahun lalu. 

RIANI SANUSI PUTRI 

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Reporter di Tempo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus