PANIN Bank ramai lagi dibicarakan. Pekan lalu, orang memperbincangkan Bambang N. Rachmadi, karena pengunduran dirinya sebagai Dirut Panin Bank. Sekarang giliran Jan Darmadi, yang tiba-tiba saja duduk sebagai anggota komisaris. Bahkan ada bisikan, yang muncul juga di harian Bisnis Indonesia, bahwa Jan telah memborong hampir 30% saham Panin. Dengan demikian, wajar sekali bila ia duduk dalam Dewan Komisaris Panin. Tapi ada pula pertanyaan sumbang, kok bisa, ya? Pertanyaan ini berangkat dari kenyataan bahwa dulu Jan, pemilik Jakarta Theatre itu, juga dikenal sebagai bandar judi. Itu dulu. Namun, tak urung seorang pemegang saham Panin berkata, "Saya sendiri bingung, ketika dalam rapat umum pemegang saham bulan lalu, tiba-tiba saja Jan diangkat sebagai komisaris." Lantas kenapa? Prijatna Atmadja, Dirut Panin Bank, yang didampingi oleh Mu'min Ali Gunawan sebagai Wakil Dirut, tidak langsung membantah isu yang beredar. Tentang pembelian saham oleh Jan, itu juga dibenarkan. " Tapi tidak sampai sebesar itu, paling juga hanya 10%," kata Prijatna. Sedangkan bisnis Jan sebagai bekas pengelola kasino NIAC (New International Amusement Centre) dianggap bukan masalah. "Dia 'kan pengelola, bukannya penjudi langsung," begitu Mu'min menangkis. Yang pasti, ujar Prijatna lagi, pengangkatan Komisaris Panin Bank tidak didasarkan pada pemilikan saham. "Artinya, orang yang tidak memiliki saham pun bisa kami angkat menjadi komisaris atau direksi," ujarnya. Tapi dengan beberapa syarat, di antaranya seorang komisaris harus orang yang sudah dikenal masyarakat, di samping harus bisa mengangkat nama baik perusahaan. Khusus pada Jan Darmadi, reputasinya sebagai pengusaha muda dianggap cukup baik. Alias belum pernah cacat. Pendapat ini diperkuat oleh Christianto Wibisono, pengamat ekonomi yang menjadi Direktur Pusat Data Bisnis Indonesia. Menurut dia, dengan memiliki beberapa gedung jangkung seperti Setiabudi Building I & II, Skyline Building, ditambah lagi pabrik tekstil plus beberapa usaha lainnya, Jan adalah pengusaha yang masuk ke dalam Top 50. Peringkat keberapa? "Belum bisa diumumkan, sebab sedang kami hitung," ujar Chris. Tapi kunci sukses Jan jelas berawal dari bisnis kasino dulu. "Dia besar dari sana dan sampai sekarang masih termasuk pengusaha yang likuid," tutur Chris. Dari keterangan ini, bisa disimpulkan bahwa keraguan terhadap Jan tidaklah beralasan sama sekali. Tapi bagaimana dengan isu mengenai Panin Bank yang dikatakan menerbitkan saham baru? Baik Prijatna maupun Mu'min membantah keras isu tersebut. Sampai saat ini, saham yang diterbitkan masih tetap 16 juta lembar, dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar. Ini berarti, Direksi Panin juga membantah isu yang menyebutkan: bank yang termasuk lima besar di antara bank swasta nasional ini sedang mengalami kesulitan likuiditas. "Itu isu yang paling tidak benar," kata Mu'min menyanggah. Soalnya, hingga September yang baru lalu saja, laba yang diraih sudah mencapai Rp 9,9 milyar. Bahkan pada bulan itu, ujar Rusli, yang juga menjadi Wakil Dirut, di kas Panin Pusat ada dana yang menganggur sejumlah Rp 80 milyar, yang akhirnya dilempar ke money market di dalam negeri. Singkat kata, Panin tak perlu menarik tambahan investasi dari luar dengan cara menerbitkan saham baru. Dan para pemegang saham tampaknya yakin benar, dalam soal likuiditas, Panin tidak akan mengecewakan. Buktinya, di bursa, kurs sahamnya naik terus, dari Rp 3.240 pada akhir bulan lalu menjadi Rp 3.315 per lembar pekan ini. BK
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini