Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Dari barat masuk ke timur

Pabrik tepung terigu pt. prima indonesia di ujungpandang diperciut pemerintah pasarnya. anggota dpr menduga dimonopoli bogasari. bulog menyatakan itu kesulitan pengangkutan. (eb)

23 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR 300 buruh pabrik terigu PT Prima Indonesia di Ujungpandang diancam pengangguran. Pabrik bekerja jauh di bawah kapasitas. Tenaga buruh lebih banyak digunakan untuk membersihkan mesin daripada mengerjakan terigu. Di halaman pabrik bertingkat 14 yang terletak di kawasan pangkalan Soekarno pelabuhan Ujungpandang itu, tampak beberapa orang karyawan omong-omong dengan santai. Beberapa orang lalu lalang di depan kantor. Pintu gerbang ke gudang tertutup. Di depannya nongkrong 2 buah truk yang kosong. Dalam bulan Mei ini tak ada gandum yang masuk ke situ. Suasana prihatin di pabrik itu sempat dipersoalkan dalam acara dengar pendapat Komisi Vl DPR di Senayan. Menurut Manajer Pusat PT Prima, Kho Tiang Lio daerah pemasaran yang ditetapkan oleh pemerintah buat mereka terdiri dari Nusatenggara Barat, Nusatenggara Timur, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Tapi sekarang ini secara bertahap dipersempit. Tinggal Sulawesi saja. Dari keterangan itu, anggota Komisi VI Samsoeri dalam pertemuan terpisah mempertanyakan kemungkinan monopoli pabrik terigu PT Bogasari yang bikin gara-gara pabrik di Ujungpandang itu lumpuh. Tapi Direktur II PT Bogasari, Ibrahim Risyad membantahnya. Ibrahim memberikan tiga alasan dalam menolak tuduhan persaingan tak sehat yang dilancarkan Bogasari terhadap PT Prima. Pertama, katanya, harga ditetapkan oleh Bulog. Kedua, distribusi juga ditentukan Bulg dan ketiga, biaya produksi ditetapkan Menteri Keuangan. "Jadi dengan tiga sistem yang ditetapkan pemerintah untuk produksi serta perdagangan tepung terigu di dalam negeri, tidak tepat jika PT Bogasari dikatakan menjalankan sistem monopoli, " katanya. Menurut pihak Prima dengan dipersempitnya daerah pemasaran, kapasitas produksinya hanya 25 sampai 50% saja. Kapasitas mesin pabrik itu sendiri bisa beberapa kali lipat jatah gandum yang diberikan Bulog yaitu 30.000 ton gandum/bulan. Jatah gandum dari Bulog cuma 7.000 ton. Kho Tiang Lio yang memimpin perusahaan berstatus PMA dari Singapura itu menyebutkan, sekalipun produksi terus menurun, namun pabrik belum mengurangi tenaga buruh. "Dalam keadaan kembang kempis perusahaan tetap membayar buruh," katanya. Tetapi tim Komisi Vl DPR yang sempat meninjau ke sana agak cemas juga melihat keresahan yang mulai timbul di kalangan buruh. Mereka meminta agar masalah tersebut ditangani secepat mungkin. Untuk menghidupkan kembali mesin-mesinnya, PT Prima sekarang ini hanya mengharapkan tambahan jatah gandum dan diluaskannya kembali daerah pemasaran. Tetapi harapan Prima itu nampaknya tak bakalan tercapai. Dulu memang ada pembagian daerah pemasaran, Prima yang didirikan Tjeng Chan Ban mensuplai Indonesia Timur dan Bogasari punya kelompok Liem Sioe Liong ke Indonesia Barat. "Tapi sekarang, terutama untuk daerah NTT dan NTB ketentuan itu tak dapat dipertahankan, karena kurang lancarnya angkutan dari Ujungpandang ke sana," ujar Kepala Biro Penyaluran Bulog Pusat, Moh. Ramli kepada TEMPO. Menurut Moh. Ramli, untuk mengatasi kesulitan pengangkutan, suplai terigu untuk darerah Indonesia Timur, terutama NTT dan NTB disuplai dari Surabaya saja. Itu berarti jatah Prima di daerah itu diambil oleh pabrik terigu PT Bogasari Flour Mills Cabang Surabaya. Dan ia membantah kebijaksanaaan itu telah memberi peluang monopoli bagi Bogasari dan mengucilkan Prima. "Daerah Sulawesi sendiri sering mengeluh kekurangan terigu. Karena angkutan dari Ujungpandang tak selancar jika diatur dari Surabaya," katanya. Berulang-ulang dia menekankan bahwa langkah Bulog itu diambil sematamata untuk mencukupi kebutuhan terigu bagi masyarakat yang sulit mendapatkannya dari Ujungpandang. "Kami tahukapasitas Prima memang luar biasa. Karena itu untuk bulan ini sudah ditetapkan penambahan jatah 400 ton, dari 2.100 menjadi 2.500," katanya menghibur. Untuk lebaran, sekitar akhir Juli atau awal Agustus, katanya, malah akan ditambah 100%.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus