Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Santoso, Heru Hendratmoko, dan Eni Mulia bertolak ke Brussel, ibu kota Kerajaan Belgia, Jumat sore pekan lalu. Tiga serangkai petinggi Kantor Berita Radio 68H, Jakarta, itu menerima King Baudouin International Development Prize 2008-2009 di hadapan 400 orang tamu undangan di Istana Raja Belgia, Selasa pekan ini. Selain itu, radio ini mendapat 150 ribu euro, atau sekitar Rp 2,1 miliar. “Kami akan menggunakannya untuk pengembangan radio, pembangunan listrik tenaga matahari, dan kegiatan yang menunjang penyebaran informasi,” ujar Direktur Utama Radio 68H Santoso.
Penghargaan King Baudouin yang dianugerahkan dua tahun sekali itu diberikan kepada orang atau organisasi yang aktif memberikan kontribusi kepada pembangunan di negara-negara berkembang. Nah, Radio 68H dinilai ikut serta memajukan demokrasi dengan cara menyebarkan informasi secara luas ke berbagai daerah di Indonesia.
The King Baudouin Foundation berdiri di Brussel sejak 1976. Lembaga ini mulai memberikan penghargaan dua tahun kemudian. Menurut pernyataan pers dari panitia, penghargaan juga diberikan kepada pendukung pemerintahan yang bersih, transfer teknologi, dan perlindungan terhadap penggiat hak asasi manusia. Pemenang penghargaan sebelumnya antara lain tokoh pendidikan untuk kalangan bawah di Brasil, Paulo Freire, dan tokoh pengembangan ekonomi kerakyatan dari Bangladesh, Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank.
Kantor Berita Radio 68H adalah lembaga pertama di bidang penyebaran informasi yang menerima penghargaan ini. Ketika memasukkannya sebagai nomine, panitia penghargaan King Baudouin mengirim kru televisi Belgia untuk meliput aktivitas Radio 68H. Selain merekam kesibukan redaksi, tim Belgia juga meliput pembangunan radio korban bencana di Aceh dan Radio Gogali di Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Liputan ini diputar di stasiun televisi nasional Belgia bersamaan dengan acara pemberian penghargaan.
Sejak berdiri pada 29 April 1999, Radio 68H tak bergantung pada konglomerasi dan pemilik modal. Institut Studi Arus Informasi (ISAI)—lembaga yang bergerak di bidang penyebaran informasi yang berdiri di masa pemerintahan Presiden Soeharto—adalah sponsor berdirinya radio ini. Ketika radio ini berdiri, Soeharto baru setahun tumbang dan demokrasi masih terseok-seok. “Semuanya kami bangun dari bawah,” ujar Santoso.
Awalnya, hanya tujuh radio yang menggunakan berita hasil olahan kantor berita ini. Kini, sudah 650 stasiun radio di berbagai daerah di Indonesia dan sembilan negara Asia serta Australia menjadi pemakai berita radio ini. Melalui satelit, Radio 68H menyiarkan langsung program berita radio berupa buletin, Kabar Baru, dan talk show interaktif. Radio di Indonesia yang menyiarkan kabar dari Radio 68H cukup membayar Rp 100 ribu-Rp 200 ribu per bulan, tergantung berita yang mereka ambil, dengan kontrak setahun di muka. Namun, untuk radio komunitas, Radio 68H memberi berita secara gratis.
Nama “68H” diambil dari nomor lokasi kantor mereka di Jalan Utan Kayu, Jakarta Timur. Karena dikenal sebagai tempat pergerakan dan penyebaran informasi prokeberagaman—agama, suku, dan kepercayaan—lokasi kantor ini kadang didatangi beberapa kelompok yang tidak setuju dengan sikap mereka. Misalnya, ketika radio itu dianggap berpihak pada Ahmadiyah atas dasar pertimbangan kebebasan beragama, tempat tersebut sempat diancam kelompok yang tidak setuju dengan keberadaan Ahmadiyah. “Tapi kami tetap ada dan menyebar ke seluruh Indonesia serta negara lain, karena kebebasan menyebarkan informasi. Itu yang patut dipertahankan,” ujar Santoso.
Ahmad Taufik
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo