Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Dua Bulan Menjelang Ramadan, RI Impor 16,43 Ribu Ton Kurma

Pada Januari 2025, nilai impor kurma tercatat sebesar US$ 20,68 juta.

17 Februari 2025 | 19.00 WIB

Pengunjung mengamati aneka kurma yang di tawarkan pada lapak kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, 16 Mei 2017. Nilai impor ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 6,6 juta kg dengan nilai impor 11,5 juta dollar AS. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Perbesar
Pengunjung mengamati aneka kurma yang di tawarkan pada lapak kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, 16 Mei 2017. Nilai impor ini meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 6,6 juta kg dengan nilai impor 11,5 juta dollar AS. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat volume impor kurma dua bulan menjelang bulan Ramadan 2025 mencapai 16,43 ribu ton. Pada Januari 2025, nilai impor kurma tercatat sebesar US$ 20,68 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, apabila dilihat dari negara asalnya, impor kurma terbesar didatangkan dari Mesir sejumlah 10,15 ribu ton. “Dengan kira-kira share-nya adalah sebesar 61,8 persen terhadap total impor kurma Indonesia,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta pada Senin, 17 Februari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Kemudian, impor kurma kedua terbesar berasal dari Arab Saudi dengan jumlah impor 1,88 ribu ton atau sekitar 11,42 persen dari total impor. Sementara Uni Emirat Arab menduduki posisi ketiga dalam impor kurma. Nilai impor kurma yang berasal dari Uni Emirat Arab tercatat sejumlah 1,76 ribu ton atau sebesar 10,71 persen dari nilai total impor kurma.

Amalia menjelaskan, tren impor kurma selama beberapa bulan terakhir ini meningkat seiring dengan persiapan menjelang periode Ramadan dan Hari Raya Idulfitri. Adapun BPS mencatat impor kurma pada Desember 2024 sebanyak 10,55 ribu ton.

Sebelumnya, BPS menyatakan neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 3,45 miliar pada Januari 2025. Surplus neraca perdagangan terjadi lantaran nilai ekspor Indonesia lebih tinggi daripada nilai impor.

Amalia mengungkapkan, nilai ekspor Indonesia pada Januari 2025 berada di angka US$ 21,45 miliar, dan impor di angka US$ 18 miliar. Menurut Amalia, neraca perdagangan barang tercatat surplus sebesar US$ 3,45 miliar atau naik US$ 1,21 miliar secara bulanan. “Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 57 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” ujar Amalia.

Surplus pada Januari 2025, lanjut dia, ditopang komoditas nonmigas. Penyumbang utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewani/nabati, serta besi dan baja. Pada saat yang sama, kata Amalia, neraca perdagangan komoditas migas tercatat mengalami defisit US$ 1,43 miliar. “Di mana penyumbang defisitnya adalah minyak mentah dan hasil minyak,” tuturnya

Berdasarkan data BPS, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan sejumlah negara, di antaranya Amerika Serikat, India, dan Filipina. Surplus perdagangan dengan ketiga negara tersebut tercatat masing-masing sebesar US$ 1,58 miliar, US$ 0,77 miliar, dan US$ 0,73 miliar.

Sementara itu, Indonesia mencatatkan defisit perdagangan dengan China sebesar US$ 1,77 miliar, Australia US$ 0,19 miliar, dan Ekuador US$ 0,13 miliar.

Ervana Trikarinaputri

Ervana Trikarinaputri

Lulusan program studi Sastra Inggris Universitas Padjadjaran pada 2022. Mengawali karier jurnalistik di Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus