Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ekspansi lippo

Di bandung, grup lippo mendirikan gedung lippo center bandung, merupakan kompleks perkantoran. sedangkan di jakarta bersama grup wijaya wisesa dan grup metropolitan internasional membangun apartemen.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEBIJAKSANAAN uang ketat rupanya tidak sedikit pun menjadi hambatan bagi Grup Lippo. Ekspansinya berjalan terus, di Indonesia dan di Hong Kong, baik di sektor keuangan maupun di sektor lain. Perusahaan milik Hasyim Ning dan keluarga Mochtar Riady itu sekarang melebarkan sayapnya ke bisnis perkantoran dan apartemen (Lippo Land). Peresmian dan pemasaran gedung Lippo berlangsung Senin pekan silam, di Bandung dan Jakarta. Kedua gedung itu menunjukkan kecenderungan Lippo akan bangunan mewah. Gedung Lippo Center Bandung (GLCB) merupakan kompleks perkantoran paling mentereng dan paling tinggi (11 lantai) di Kota Kembang. GLCB adalah proyek pertama Medan menjadi proyek kedua dari chain Lippo Center di banyak kota GLCB seluruhnya menelan investasi Rp 25 milyar. Sementara di Jakarta, sejak tiga tahun silam, Lippo bersama Grup Wijaya Wisesa dan Grup Metropolitan International mendirikan PT Masato Prima. Produknya yang pertama adalah perumahan mewah bertingkat (apartemen) di kawasan elite Permata Hijau, Senayan, Jakarta. Di atas tanah seluas 11.450 m2 milik Grup Wijaya Wisesa (Henry Widjaya), PT Masato Prima membangun tiga gedung apartemen bertingkat 12, lengkap dengan fasilitas seperti kolam renang dan lapangan tenis. Ketiga gedung itu terdiri atas 163 unit apartemen. Ada 138 apartemen dengan dua kamar tidur, 30 apartemen dengan tiga kamar tidur, dan empat apartemen kelas penthouse yang terletak di puncak gedung. Semua apartemen dijual (bukan disewa) dengan harga US$ 1.600 sampai US$ 1.700 per m2 (Rp 3,2 juta sampai Rp 3,4 juta). Berarti harga per unit Rp 422 juta sampai Rp 925 juta (tidak termasuk PPN dan bea balik nama). Pemasaran apartemen tersebut dilancarkan Senin pekan lalu melalui jamuan makan di Grand Hyatt Hotel. Mereka yang berminat dipersilakan menghubungi belasan peragawati Ibu Kota malam itu dikontrak sebagai sales girl dengan komisi 1%. Debby Sahertian, peragawati dan bintang Lenong Rumpi, berhasil menjual dua unit. Pokoknya, hasil penjualan malam itu cukup menggembirakan James Riady. "Tiga puluh persen sudah terjual. Penthouse yang harganya Rp 1 milyar habis," kata James tersenyum puas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus