Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengatakan ekspor hasil hutan sepanjang 2020 hingga November tercatat sebesar US$ 10,13 miliar. Angka ini turun hingga 4,9 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pada tingkat ekonomi global, pandemi Covid-19 telah berdampak pada melemahnya sektor industri kehutanan yang ditandai dengan menurunnya kinerja ekspor hasil hutan dibandingkan dengan 2019,” ujar Indroyono dalam Rapat Kerja APHI 2019 yang ditayangkan secara virtual, Rabu, 2 Desember 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indroyono menjelaskan, tren kinerja hasil ekspor pada awal tahun masih menunjukkan pergerakan positif. Pada Januari 2020, ekspor hasil hutan naik 2,1 persen secara year on year dan pada Februari meningkat tipit 2,3 persen.
Namun, mulai Maret, catatan ekspor menukik amblas. Bulan ketika pandemi Covid-19 pertama kali terjadi di Indonesia tersebut, ekspor hasil hutan menorehkan kontraksi -1,9 persen. Ekspor terus menurun pada bulan berikutnya sebesar -4,3 persen.
Puncaknya, ekspor hasil hutan melemah pada Mei yang mencapai -8,4 persen. Sepanjang Juni hingga November, tren pengiriman hasil hutan ke luar negeri terus mengalami fluktuasi. Berturut-turut, ekspor mengalami kontraksi -5 persen pada Juni; -6 persen pada Juli; -6,9 persen pada Agustus; -4,2 persen pada September; -3,6 persen pada Oktober; dan -4,9 persen pada November.
Indroyono berharap kenaikan ekspor akan terjadi pada Desember sehingga mampu memulihkan keadaan. Ia memproyeksikan, pada akhir tahun, ekspor produk kehutanan mulai hulu hingga hilir menembus US$ 11 milar.
“Kami fokus mendorong agar tetap bertahan dan menjalankan kegiatan operasional,” katanya.
Meski kinerja menurun, Indroyono memastikan anggota asosiasi tidak banyak melakukan pemutusan hubungan karyawan atau PHK. Hingga kini, total karyawan yang bergerak di sektor kehutanan masih 1,5 juta orang.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA