Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Era baru dunia pendidikan

Tvri bekerja sama pt citra lamtorogung persada merencanakan siaran pendidikan televisi awal tahun 1991 20% dari seluruh waktu siaran untuk iklan. program pendidikan dikembangkan oleh pustekkom.

11 Agustus 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENCINTA pohon pisang di Indonesia, berbahagialah! Tanaman yang kulitnya mirip warna Golkar ini, dan juga yang jadi pohon teladan dalam filosofi almarhum pengusaha Mohammad Gobel, sebentar lagi akan jadi bintang televisi. Kita akan menyaksikan petualangan sang pisang -- dari masa kecilnya di alam segar, sampai kisah petualangannya di bawah gemerlap lampu studio. Episode pisang itu cuma satu dari sekian banyak acara. Semuanya bersifat pendidikan. Seperti kata Presiden Soeharto menjelang era lepas landas, sektor ini akar mendapat perhatian khusus. Bahkan, kalau perlu, bukan masyarakat yang susah-susah mencari pendidikan. Tapi pendidikan yang masuk ruang tamu. Dan yang masuk ruang tamu itu akan bisa dipetik dari udara awal tahun 1991. "Ide dasarnya untuk mempercepat dan mendorong program-program pendidikan," ujar Menteri Penerangan Harmoko pekan lalu. Lagi pula, menurut Menteri, medium yang paling efektif untuk penyebaran ilmu pengetahuan adalah media elektronik. Efektif, karena siaran yang bersifat nasional ini akan menjangkau 6,4 juta pemilik televisi di seluruh Indonesia. Dan siaran itu diperkirakan bisa dinikmati oleh sekitar 30 juta pasang mata. Untuk memprosesnya dipakai peralatan milik TVRI. Dan siaran pendidikan ini akan ditayangkan pagi atau siang hari. Dalam perkembangan selanjutnya, siaran pendidikan itu akan punya stasiun dan pemancar sendiri seperti Rajawali Citra Televisi Indonesia. "Kami mencanangkan suatu kerja sama antara TVRI dan pihak swasta," Menteri mengungkapkan. Memang, kabarnya, kerja sama itu sudah terbina. Dan mitra TVRI itu, siapa dia? "Saya hanya melihat satu saja, yaitu PT Citra Lamtoro Gung Persada," jawab Ir. Dewabrata, Kepala Badan Penelitian Pengembangan Penerangan Departemen Penerangan. Sumber yang layak dipercaya menegaskan bahwa memang perusahaan milik Mbak Tutut -- panggilan akrab Siti Hardiyanti Rukmana, putri sulung Presiden Soeharto -- yang dipercaya menjadi penyelenggara swasta televisi pendidikan itu. Tapi, "Dia itu di bawah TVRI, dan harus membayar fee sekian persen," Dewabrata menambahkan. "Tidak ada tender, mereka mengajukan proposal dan ternyata cocok dengan pemerintah," demikian Menpen Harmoko. "Jelas, mereka harus punya dana." Sebab, biaya siaran tidak murah. Biaya produksi RCTI rata-rata Rp 3,6 juta per jam, ditambah sekitar Rp 1,1 juta untuk ongkos materi. Dan Universitas Terbuka pernah merogoh Rp 3 juta untuk 20 menit kuliah televisi Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Itu pada tahun 1984. Maka, penyelenggara televisi pendidikan ini masih beruntung karena ditunjang oleh instansi-instansi pemerintah yang berkaitan dengan penyebaran ilmu. "Deppen yang mengatur pengarahan siaran, teknisi, dan satelit Palapa. Dananya dari swasta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bertanggung jawab atas paket pendidikan" ujar Menteri P & K Fuad Hassan. Program pendidikan yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) itu antara lain bersifat instruksional. "Tujuan utamanya, memperdalam penguasaan siswa atas materi pelajaran yang diujikan di Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional," tutur Drs. Sudarsono Sudirjo, M.Sc., Kepala Pustekkom P & K. "Materi yang diberikan meliputi pelajaran matematika fisika, biologi, ekonomi dan koperasi, serta geografi untuk siswa SMP. Untuk SMA, kami tambahkan pelajaran kimia." Pustekkom bukan satu-satunya guru di depan kelas kaca itu. Program lain dipasok oleh Balai Produksi Media TV di Surabaya, TV Pemerintah Jepang, unit produksi IKIP Yogya, kedutaan-kedutaan negara sahabat, dan badan internasional, seperti Unesco. Dilengkapi siaran yang bersifat informatif edukatif termasuk "Balada si Pisang" tadi, dan pelajaran beternak ayam. Persiapan ke arah itu memang sudahlama dirintis. Drs. Ishadi S.K., M.Sc., Direktur Televisi, menjelaskan bahwa Menteri Penerangan telah memerintahkan TVRI untuk mempelajari sistem pendidikan melalui televisi di negeri lain. Misalnya dari Filipina, Amerika Serikat, Jepang, dan Inggris. Di negeri Lady Di itu, sistemnya bahkan sudah berjalan dua dasawarsa dan menghasilkan gelar sarjana. "Ada pula yang bentuknya pendidikan umum, seperti yang ditayangkan CBS di AS," sambung Ishadi. "Jadi, selain acara pengetahuan dan pendidikan umum, ada hiburan." Yang disebut terakhir, tampaknya, tidak akan ditemukan di Indonesia. "Program yang kami buat bukan hiburan," Drs. Sudirjo menegaskan. Selain pengetahuan, yang ada malah iklan -- menurut Menpen, mencakup 20% dari seluruh waktu siaran. "Karena penyelenggara swasta tidak diizinkan menarik iuran, maka mereka boleh menyiarkan iklan," tutur Harmoko. Lagi puia, fee yang dibayar Lamtoro Gung kepada TVRI memang berasal dari hasil iklan. Ini yang dimaksud Menpen kerja sama antara swasta dan TVRI. Wajarlah jika sejumlah media cetak jadi gugup. Ada yang meramal, siaran pendidikan itu akan mengikis sampai 40% dari nilai iklan yang beredar sekarang. Jika saja ramalan itu benar, maka persentase yang direbut dari pangsa media cetak, jelas, cukup besar. Jika tahun 1988, media cetak memborong hampir 82-% dari nilai iklan yang US$ 114,62 juta (berdasarkan data dari Citra Lintas Media Monitoring Dept.), maka pengikisan yang 40% itu bisa "mengguncang kapal" juga. Apa boleh buat. Kadang-kadang, seperti dalam siaran pendidikan ini, hasilnya justru si ungu rupiah. Memang, mata perlu jeli. Itu sebabnya, kulit pisang bisa lebih licin ketimbang senyum Magnum PI. Yudhi Soerjoatmodjo, Sri Indrayati, Linda Djalil, Moebanoe Moera.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus